All Chapters of Cinta dalam Balutan Doa : Chapter 71 - Chapter 80
94 Chapters
Kehebohan yang Meresahkan
Azril masih berjalan untuk mencari tumpangan untuk mencapai jalan raya. Maklum pesantren Kiyai Latief berada di pelosok perdesaan, sehingga jauh dari jalan raya. Ia harus berjalan cukup jauh untuk mencapai jalan raya. Sekitar satu jam kalau ditempuh dengan jalan kaki.Azril sudah berjalan cukup jauh. Suara marbot masjid di sekitar kampung itu membangunkan warga untuk makan sahur. Ia teringat sang bunda. Biasanya setelah semua siap sang bunda akan mengetuk pintu kamar anak-anaknya dan mengajaknya makan sahur.Azril langsung meneteskan air matanya. Ia sangat merindukan keluarganya. Terutama sang bunda.Azril duduk di bawah pohon. Ia membuka tas ranselnya mengambil makanan dari dalam tas itu untuk ia jadikan sahur. Air matanya masih merembes mengingat wajah sang bunda yang tersenyum lembut padanyaSetelah mengisi perutnya dengan roti kesukaannya dan air mineral yang ia bawa, Azril segera melanjutkan perjalanannya. Ia harus segera keluar dari desa ini sebelum pihak pesantren menyadari dir
Read more
Mencari Keberadaan Gus Azril
Arni masih menangis sejak tadi. Ia takut terjadi sesuatu pada sang putra. Dirinya sangat khawatir, bagaimana tidak? Selama ini sang putra tidak pernah keluar sendiri dari rumah, sedangkan saat ini dia sedang sendirian di luar sana.Afnan masuk ke dalam kamar. Ia sudah melihat Arni sudah berganti gamis. Wanita cantik yang teramat ia cintai itu terlihat sangat sedih matanya sudah sembab, sejak dirinya mendengar sang putra kabur, Arni menangis.“Sayang, ayo keluar! Ummi dan Abah sudah menunggu. Kalian akan diantar Kang Dedik dan Mbak Ratna. Maaf ... Abi tidak diperkenankan Abah ikut karena masalah tadi pagi, tapi aku tidak akan tinggal diam kok, Abi akan tetap mencari keberadaan Azril ke rumah teman dan sahabatnya dan juga keluarga kita. Gus Achmad, dan semuanya. Abi akan menanyakannya pada mereka. Kamu tenang, ya. Baca sholawat terus. Abi yakin Azril tidak akan apa-apa,” ujarnya sambil memeluk tubuh Arni memberi ketenangan pada wanita itu.“Iya, Abi. Benar yang dikatakan Abah , sebaikn
Read more
Gus Azril Ditemukan
“Pakde akan menelepon Abi dan Bundanya sekarang, Pakde enggak mau Bundamu menangis gara-gara kebingungan mencari kamu,” ujar Haikal.“Ah, Pakde enggak asyik ... biarin Bunda dan Abi cari aku dulu, biar mereka merasakan bagaimana kalau anaknya hilang. Suruh siapa aku pakai dihukum dengan memasukkan di pesantren. Apalagi pesantrennya bikin hatiku gelisah enggak jelas dan enggak tenang gitu. Ogah banget, aku juga mau lihat apa mereka masih sayang aku atau tidak,” ujarnya. Membuat Haikal dan Najma makin gemas melihat kelakuan sang keponakan.“Yakin ... beneran ... kamu mau lihat Bunda kamu sedih, menangis sampai sakit dulu baru Pakde kasih tahu keberadaanmu?”“hehehe, ya enggak segitunya lah Pakde. Cukup hari ini aja, biar mereka kelimpungan. Jangan telepon mereka dulu, please. Ayolah Pakde!” rengeknya.“Kamu lagi puasa ‘kan, Nak?” tanya Najma.“Ya iyalah ... masak putra Kiyai Afnan dan Bu Nyai Arni bolong puasanya. Meskipun hanya makan roti aku masih kuat lah puasa,” ucapnya jumawa. B
Read more
Merengek Pulang
Azril masih memeluk sang Abi sambil meminta maaf dan menangis. Jurusan andalan Azril supaya terlepas dari masalah. Menangis, mencoba dengan muka melasnya membuat yang melihatnya tidak tega untuk menghukumnya. Namun, kali ini jurus itu tidak mempan untuk sang Abi dan sang Bunda. Mereka hanya ingin memberi efek jera pada sang putra yang badungnya, Masya Allah, meskipun begitu tetap saja Azril memiliki kecerdasan dan kepintarannya sendiri. Pemuda tampan itu masih pura-pura mencoba di pelukan sang Abi dan disaksikan Abang dan Adiknya. Hingga terdengar suara mobil masuk ke halaman ndalem pesantren milik Haikal. Kiyai Laqief, Ummi Syarifah, Arni, Dedik dan Ratna turun dari mobil. Mereka langsung mengucap salam karena di depan ndalem mereka sudah disambut oleh Haikal, Najma, Hambali dan Yulia.Arni bersalaman pada mantan mertuanya yang sudah seperti kedua orang tuanya sendiri dan Najma, sedangkan dengan Haikal ia menangkupkan kedua tangannya.Najma menyuruh Arni untuk menemui Azril yang a
Read more
Disangka Kabur Lagi
Setelah semuanya sepakat akan memondokkan Azril ke pesantren milik Kiyai Bisri. Afnan dan Arni pamit pada Abah dan Umminya untuk ke kamarnya.“Sayang, kita ke kamar Azril dulu, ya!” ajak Afnan.“Iya, Abi. Mari!”Afnan dan Arni terkejut Azril tidak ada di kamarnya. Di mana anak itu saat ini sudah pukul 10 berarti para santri sudah diwajibkan tidur, kalau belum tidur akan ditakzir.Afnan dan Arni mencari sang putra di bawah. Di sana masih ada Kiyai Laqief dan Ummi Syarifah yang belum tidur dan masih mengobrol berdua.“Kenapa kalian berdua turun lagi. Dan kenapa wajah kalian berdua terlihat panik gitu?” tanya Ummi Syarifah.“Azril enggak ada di kamarnya, Umm.”“Kok bisa, Nak. Terus ke mana anak itu?”“Kami sudah mencari di kamar Arza dan Afni juga tidak ada. Kami juga tidak melihat anak itu keluar ndalem setelah sholat tarawih tadi,” ucap Arni.“Ya Allah anak itu, kamu telepon Dedik mungkin main ke rumahnya Dedik!” perintah Kiyai Laqief.Afnan langsung menelepon Dedik. Namun, Dedik menga
Read more
Mengantar ke Pesantren
sangat bahagia karena masih bisa sahur bersama keluarganya. Meskipun ia tahu setelah ini dirinya harus menjalani takzirannya lagi di pesantren Kiyai Bisri.Azril sudah tahu, kalau dirinya akan di masukkan ke pesantren Kiyai Bisri. Ia juga sudah tahu suasana di pesantren itu. Pesantren yang cukup besar sama halnya di pesantren milik keluarga sang Abi ini. Pesantren Kiyai Bisri juga merupakan pesantren modern meskipun di daerah pelosok. Santrinya juga banyak sama halnya di sini. Azril sudah pernah mengunjungi pesantren itu saat Adiknya Najma menikah. Dirinya ikut ke sana bersama Arni dan Afnan juga keluarga lainnya.“Abang makannya yang banyak. Nanti Abang sudah buka dan sahur di pesantren Kiyai Bisri,” ucap Ummi Syarifah penuh perhatian.“Terima kasih, Nek. Bunda ... apa Mas Fais juga masuk di pesantren kakeknya?”“Enggak, Sayang. Mas Fais mondoknya di Gontor.”Fais adalah putra ketiga Haikal yang seumuran dengan Arza, tapi Azril cukup dekat dengannya. Putra Haikal ada empat, tiga lak
Read more
Hari Pertama di Pesantren
Azril masih asyik dengan Kang Abduh yang mengajaknya keliling pesantren. Dirinya juga sudah memilih kamar.“Kang, apa takzirannya bila melakukan kesalahan di pesantren ini?” tanyanya.“Takzirannya bermacam, Gus. Ada yang rambutnya di cukur gundul, ada yang disuruh berlari keliling pesantren sampai 100 kali, ada yang di suruh menyapu halaman depan dan belakang selama 3 hari, ada yang disuruh membersihkan toilet selama satu minggu dan ada yang sampai dikeluarkan secara tidak terhormat dari pesantren dan beberapa kasus yang cukup berat Kiyai Bisri sendiri yang mentakzirnya.” terang Kang Abduh.“wuih, sedikit menakutkan dong kalau gitu, tapi bisa dicoba,” ucapnya membuat Kang Abduh terbelalak heran. Dirinya sudah banyak menjumpai putra Kiyai yang badung selama menjadi asisten Kiyai Bisri dan menjadi ketua pengurus putra.“Dilihat dari tindak tanduknya cukup sopan, tapi tidak bisa diremehkan kayaknya Gus yang satu ini,” batin Kang Abduh.“Jenangan jangan pernah mencoba melanggar, Gus. Tak
Read more
Gara-gara Ketiduran
Azril terbangun setelah pengurus keamanan membangunkannya untuk mengajaknya sholat asar berjamaah. Ia segera bangun dan mengambil peralatan mandinya. Azril segera membersihkan tubuhnya, kebetulan kamar mandi ada di setiap kamar. Seperti halnya pesantren milik keluarganya.Setelah mandi ia bersiap untuk segera sholat. Teman sekamarnya sudah menunggunya dan meminta berkenalan dengannya.Azril tersenyum dan memperkenalkan dirinya dengan ramah pada teman-teman sekamarnya.Terlepas dari sifat konyol, nyeleneh, jahil, seenaknya sendiri dan bertindak semaunya saja, Azril adalah anak yang ceria dan mudah beradaptasi. Ia tidak pernah memilih dalam bergaul, tak pernah membedakan teman dan ramah pada setiap orang.Setelah berkenalan dengan santri lain yang satu kamar dengannya. Ia pun bersama santri lain menuju masjid pesantren untuk sholat berjamaah.Setelah sholat ashar semua santri sudah bersiap dengan kitabnya masing-masing sedangkan Azril lupa tidak membawa kitab. Untuk kembali lagi ke k
Read more
Kulit Sensitif
Malam ini setelah mengaji malam Azril dipanggil pengurus keamanan dan pengurus pendidikan.“Kamu tahu kenapa kami panggil di sini?” tanya Kang Khaidir.Azril menggeleng. “Saya tidak tahu.”“Karena kamu melakukan kesalahan.”“Aku merasa tidak melakukan kesalahan. Memangnya menurut Akang-akang ini aku melakukan kesalahan apa?”“Hehehe, kamu itu bodoh apa pura-pura bodoh ya?” ujarnya sambil tertawa mengejek.“Lha, aku memang enggak merasa melakukan kesalahan kok harus dipaksa mengakui kesalahan,” ujarnya santai. Sebenarnya dirinya sudah mulai kesal apalagi dikatai bodoh.“Baiklah, kesalahanmu itu tidur ... santri dilarang tidur saat mengaji. Sepertinya kamu nyenyak sekali ya, sampai adzan maghrib baru bangun,” ujarnya mengejek.“Tidur bukan kesalahan, jadi menurutku aku tidak salah, permisi Akang-akang yang gantengnya enggak ketulungan,” ucapnya sambil berdiri meninggalkan ruangan itu, tapi belum sampai menggapai pintu kamar itu Kang Fajar selaku pengurus keamanan mencegahnya.“Enak sa
Read more
Gadis Berkerudung Merah
Kiyai Bisri menyuruh Kang Khaidir dan Kang Fajar untuk tetap di tempat.Saat ini Kiyai Bisri sendiri yang memberi nasihat pada dua pengurus pembikin ulah itu, setelah kepergian Kang Abduh dan Azril dari tempat itu.“Kang Khaidir, Kang Fajar. Bisa-bisanya kalian memperlakukan santri baru seperti itu to, Le.”“Hal ini bisa merusak citra pesantren ini. Kalau tingkah kalian semena-mena pada santri baru. Santri batu itu butuh dirangkul supaya mereka itu kerasan, tidak malah ditakuti dan dijahili.” Kiyai Bisri terlihat marah. Namun, masih bisa mengontrolnya. Kang Khaidir dan Kang Fajar hanya tertunduk malu, tidak berani mengangkat kepalanya. Mereka berdua hanya mendengarkan sang Kiyai yang sedang dukani mereka.“Kalian juga sudah dewasa, bisa-bisanya melakukan hal yang sangat tak pantas ini. Apa memang kalian berniat menjatuhkan nama baik pesantren dengan membikin ulah seperti ini pada santri baru.”Mereka berdua serentak menggeleng. “Mohon maaf Kiyai, kami sama sekali tidak berniat mengh
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status