All Chapters of Istri Lugu Presdir Dingin: Chapter 361 - Chapter 370
480 Chapters
Bab 364
Chandra pun melihat Kiara dengan wajah penuh intimidasi, dia menimbang apakah saat ini Kiara yakin dengan apa yang dia katakan ataupun tidak."Om," seru Kiara dan tangisnya pun pecah seketika itu juga.Saat itu Chandra pun menendang satu-persatu pria yang memegang Kiara."Aaaaa!" teriak Kiara dengan histeris.Karena dia mengira bahwa dirinya akan ikut terkena tendangan dari Chandra.Namun, ternyata tidak. Kedua tangannya pun sudah bebas dari cengkraman preman itu.Hingga tubuh Kiara pun rasanya seperti melayang dan ternyata Chandra yang mengangkat tubuhnya."Tendang!" kata Chandra."Nggak!" Kiara pun menggelengkan kepalanya, karena dia merasa tidak bisa melakukan hal seperti itu."Tendang aku bilang!""Enggak!" Kiara masih saja menolak tetapi dia juga sangat panik dan saat itu entah kekuatan dari mana hingga dia pun menendang salah satu preman itu dengan kuatnya."Wah?" Kiara pun menatap bingung."Satu lagi!" kata Chandra.Kini Kiara merasa yakin jika dia bisa menendang dengan sangat
Read more
Bab 365
Sedangkan di tempat lainnya Barra sedang merasa pusing memikirkan Asih, karena saat pergi dari toko kue dirinya yang hendak menyusul Asih pun malah mendapatkan perintah dari Dion untuk membuat skenario.Dimana dia harus mengirimkan dua orang preman dan membawa Dila pulang agar tak melihat apa yang sedang terjadi.Barra pun tak masalah dan sekaligus dia ingin memberikan waktu sedikit untuk Asih, namun saat ini dirinya malah di buat pusing tujuh keliling.Sebab, entah dimana Asih berada.Ponsel Asih yang seharusnya bisa menunjukkan di mana keberadaannya malah di tinggal begitu saja di toko.Sepertinya kali ini Barra harus bekerja keras untuk bisa menemukan istrinya dengan segera.Hingga dia pun menuju kosan milik Nilam, tapi sesampainya di sana tak juga menemukan Asih."Mbak Asih, pulang lebih awal. Nilam, juga nggak tahu."Begitulah jawaban Nilam saat Barra bertanya padanya.Barra pun kembali masuk ke dalam mobilnya, dia benar-benar bingung dimana kini Asih berada.Hingga akhirnya dia
Read more
Bab 366
Kepala Barra ingin pecah rasanya karena tak juga menemukan Asih, dia benar-benar khawatir akan keadaan istrinya tersebut.Hingga matanya pun mendapat panggilan telepon dari salah satu orang suruhannya, mengatakan mereka melihat Asih berada di taman kota.Dengan cepat Barra pun ke sana, dia takut nantinya Asih malah pergi lagi dari tempat tersebut.Serta meminta orang suruhannya untuk mengawasi istrinya itu dari kejauhan, tidak menunjukkan diri agar Asih tidak merasa takut karena berpikir sedang di ikuti oleh preman.Akhirnya Barra pun sampai di tempat yang sudah di beritahukan kepadanya, sesaat kemudian melihat Asih di sana, istrinya itu sedang duduk sambil melihat sekelilingnya.Banyak juga orang lainnya yang bermain di sana, terutama anak-anak.Langsung saja Barra duduk di kursi yang di duduki oleh Asih.Tanpa kata, tanpa menyapa sama sekali.Asih pun tersadar ada yang duduk di sampingnya dan itu ternyata Barra, dengan segera dia pun bangkit dari duduknya.Rasanya sangat kesal sekali
Read more
Bab 367
Rasanya pria itu sangat menjengkelkan, bahkan sampai ingin membuatnya menangis seketika."Kamu itu benar-benar sangat menjengkelkan sekali, mendingan kamu pergi dari sini. Nggak usah dekat-dekat sama aku lagi! Aku benci sama kamu!" pekik Asih.Asih benar-benar meluapkan amarahnya, bahkan amarah yang sebelumnya belum selesai kini sudah kembali membuncah.Dan itu karena Barra.Barra yang semakin memancing emosinya kembali mendidih.Asih pun berjalan dengan menghentakkan kakinya, dia sangat tidak ingin pulang dengan Barra."Asih, kamu bisa membahayakan anak kita," kata Barra panik saat melihat apa yang dilakukan oleh Asih."Aku nggak perduli!" Asih pun memilih untuk terus saja melangkah sesuka hatinya, perasaannya sedang kacau dan jangan pernah untuk semakin memancing amarahnya lagi.Tapi Barra pun kemudian menarik salah satu tangannya, membuat langkah kaki Asih pun harus terhenti dengan mendadak.Seiringan dengan tubuhnya yang tertarik ke belakang, saat itu juga Asih merasa melayang kar
Read more
Bab 368
Kiara hanya duduk diam sambil melihat ke depan sana, jam menunjukan pukul 21:00 wib.Belum terlalu larut, tetapi tidak juga bisa dikatakan masih aman untuk seorang wanita berkeliaran bebas di malam hari seperti ini."Om! Kenapa, sih. Suka banget maksa, Kiara?""Panggil, Mas. Jika, kita hanya berdua saja!"Huuueekkk....Kiara pun merasa mual dan ingin muntah saat mendengar apa yang diinginkan oleh Chandra.Dan itu membuat Chandra menatapnya dengan bingung."Lihat ke depan, Om! Entar nabrak! Kia, nggak mau mati konyol! Bayangin aja, akan ada berita nantinya, seorang wanita cantik, berwajah bagaikan bidadari tewas dengan Om-om manula, karena, Om manula sudah tidak layak untuk mengemudi, nggak lucu tahu, Om. Yang ada malu-maluin!" Kiara pun terus saja meluapkan kekesalannya yang sepertinya tidak akan ada hentinya terhadap seorang Chanda.Wajar saja, itu terjadi karena Kiara merasa terus saja terhimpit karena ancaman Chandra yang membuatnya harus menurut.Chandra pun memilih diam, tapi wan
Read more
Bab 369
Asih yang sedang kesal pun terus saja mengerucutkan bibirnya."Asih, apakah kamu tidak ingin yang lain selain dari mangga milik tetangga itu?" tanya Barra lagi.Dari tadi dia berusaha untuk membujuk Asih agar tak meminta mangga milik tetangga.Karena itu rasanya sangat tidak mungkin, menimbang tetangga itu sangat pelit sekali. Siapa yang tidak mengetahui watak dari tetangga itu? Tidak ada, karena sudah begitu terkenal di kompleks perumahan tersebut.Belum lagi ada anjing yang diikat di bawah pohon tersebut.Untuk apa lagi?Tentu untuk menjaga agar buah mangga yang tidak ada hentinya berbuah dengan lebat itu tidak sampai ada yang mengambilnya.Tentu, siapa yang mau berhadapan dengan anjing galak.Sungguh rasanya sangat menyeramkan sekali, itu adalah hal yang jauh lebih horor dari pada film horor tentunya."Bilang aja nggak mau!" Asih pun memilih untuk segera keluar dari kamar, dia sangat kesal pada Barra."Asih, kamu mau kemana? Jangan pergi, ini sudah malam!"Barra pun segera menyus
Read more
Bab 370
"Bos, sepertinya Anda yang harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini," kata Barra.Sepertinya pria itu mulai merasa kesal pada pria keriput yang memiliki mangga tersebut.Sebab, hanya untuk sekedar berbicara saja tidak ada yang benar menurutnya."Kau saja terlebih dahulu, aku ingin melihat kemampuan mu," jawab Dion.Akhirnya Barra pun kembali lagi melihat wajah Kakek tua itu.Memberanikan diri untuk mengutarakan maksud dirinya."Kek--""--Bro! Panggil aku, Bro!" kata Kakek itu dengan suara tegas.Barra dan Dion pun dengan refleks saling menatap satu sama lainya, keduanya seakan begitu terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu.Bahkan sampai menahan tawa yang sebenarnya ingin pecah."Kalian mengejek saya?" tanya Kakek itu menyadari bahwa dua orang pria itu tampaknya sedang memikirkan sesuatu."Tidak, Kek, maksudnya. Bro, tidak, Bro," jawab Barra dengan cepat."Awas kalian kalau berani mengejek!"Barra pun mengangguk, kemudian dia pun kembali mengingat tujuan, "Bro, s
Read more
Bab 371
"BOS!" Barra terus saja memegang pagar dengan eratnya, dia sangat takut terjatuh.Karena itu bisa membuat tubuhnya di cabik-cabik oleh anjing sialan yang terus saja menggonggong di bawah sana.Sialnya saat Barra sudah sangat ketakutan dengan satu anjing saja, kini malah tampak anjing yang lainnya ikut terlepas dan ikut menggonggong Barra juga."Cepat naik, bodoh!" seru Dion.Barra tak mendengar apa yang dikatakan oleh Dion, karena dia terlalu fokus pada anjing-anjing yang terus saja menggonggong di bawah sana.Bahkan celananya masih saja di tarik, tentu itu sangat menyulitkan dirinya untuk bisa melarikan diri."Barra!" seru Dion lagi."Bos, celana ku. Aku bisa kehilangan masa depan ku juga, Bos," kata Barra yang semakin merasa terancam."Tidak perlu takut, semakin kau lama disana hanya membuat mu semakin terancam! Cepat naik dan meloncat!" kata Dion lagi."Celana ku, Bos?""Buka saja celana mu, berikan saja pada anjing sialan itu!""Buka celana?" tanya Barra.Bertapa shock dia menden
Read more
Bab 372
Barra yang memasuki kamar pun melihat Asih yang sedang berbaring di ranjang, dia pun segera ikut naik ke atas ranjang dan ingin berbicara pada istrinya tersebut.Akan tetapi dia juga bingung harus bagaimana, karena tak ingin Asih kembali marah padanya."Asih, kamu masih marah sama, Mas?" tanya Barra yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.Sedangkan Asih masih diam dengan memunggungi Barra.Dia mendengar pertanyaan Barra barusan dan memang dia sangat kesal pada Barra.Tetapi kini tidak lagi, sebab sudah mendapatkan buah mangga.Akan tetapi Asih memilih diam saja."Asih," panggil Barra lagi."Mendingan, Mas mandi, ganti baju dulu. Biar istirahat," jawab Asih.Barra yang mendengar suara istrinya itu pun segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Asih.Segera menuju kamar mandi dan kini sudah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai.Kemudian dia ikut berbaring di samping Asih."Kamu udah nggak marah sama, Mas?" tanya Barra yang ingin memecahkan keheningan di antara mer
Read more
Bab 373
"Asih!" pintu langsung saja terbuka, Asih dan Nilam pun dengan refleks melihat kearah pintu.Senyuman di bibir Asih menghilang begitu saja saat melihat wajah yang muncul di depan matanya.Sandi.Sandi yang tiba-tiba muncul, bahkan memasuki ruang pribadi yang seharusnya tak bisa dimasuki oleh sembarang orang.Yang hanya masuk yaitu orang-orang yang sudah benar-benar diijinkan, ataupun karyawan yang memang sudah di panggil ke sana.Dan Sandi tidak termasuk diijinkan untuk masuk, tetapi mengapa masuk ke ruangan itu."Kamu?" tanya Asih sambil berdiri dari duduknya."Nilam, permisi, Mbak.""Jangan pergi, tetap di sini!"Asih dengan cepat menahan Nilam, sebab dia tak mau hanya berdua saja dengan Sandi.Dia sadar sudah memiliki seorang suami, bahkan sedang mengandung juga.Tidak ingin membuat Barra kecewa, meskipun pria itu tidak tahu sama sekali keadaan saat ini."Asih, aku ingin bicara dengan mu. Kita bicara berdua saja," pinta Sandi dengan penuh harapan.Apa yang sebenarnya diinginkan ole
Read more
PREV
1
...
3536373839
...
48
DMCA.com Protection Status