All Chapters of Istri Lugu Presdir Dingin: Chapter 371 - Chapter 380
480 Chapters
Bab 374
Asih masih saja menatap layar ponselnya terus-menerus, dimana masih tampak menyala dan itu adalah panggilan dari Barra.Hingga akhirnya panggilan pun terputus dan Asih pun mengusap wajahnya yang begitu basah karena air mata.Sejenak dia berpikir dengan perlakuan Barra padanya beberapa waktu kebelakang, rasanya perlakuan suaminya itu begitu hangat tanpa ada yang berbeda.Apakah itu semua karena ada maksud tertentu?Entahlah, Asih begitu pusing memikirkan hal seperti ini.Ini sangat membuatnya menjadi tidak bisa berpikir dengan jernih.Hingga sebuah pesan pun di terimanya, awalnya dia berpikir itu adalah Barra.Akan tetapi ternyata bukan, karena yang mengirimkan pesan justru seseorang yang baru saja menemuinya.Entah mengapa jari-jari Asih pun bergerak untuk membukanya.Mungkin dia penasaran atau hanya sekedar ingin tahu saja.[Aku masih menunggumu, sampai kapan pun. Pikirkan yang aku katakan tadi, jangan sampai kau tersakiti] Sandi.Asih pun menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, d
Read more
Bab 375
Akhirnya Asih pun dapat bernapas dengan sedikit lega, karena Nia menjawab panggilan tersebut.Hingga tanpa menunggu Nia bersuara sekalipun Asih sudah terlebih dahulu berbicara."Nia, aku mau kamu kasih tau resepsionis ini di mana, ruangan, Barra," kata Asih sambil melihat wanita di hadapannya itu dengan penuh kemarahan.Sebenarnya itu hanya sebagai dari alasan saja, karena yang penyebab sebenarnya adalah Sandi.Semuanya harus diselesaikan, begitu juga saat ini.Jika tidak, maka dia bisa mati berdiri karena memikirkan sesuatu hal yang sangat menguras pikirannya."Maksudnya, gimana?" tanya Nia yang sepertinya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Asih.Bagaimana dia akan mengerti, belum juga menjelaskan secara baik-baik sudah terkesan seperti sedang buru-buru tanpa arah dan tujuan yang jelas.Sedangkan Nia juga sedang tidak enak badan, jadi dia harus mendengar penjelasan perlahan sebelum mengetahui maksud Asih saat ini."Tolong katakan padanya, aku ingin bertemu, Barra," kata As
Read more
Bab 376
"Mohon maaf, rapat kita selesai untuk hari ini," Barra pun langsung saja bangkit dari duduknya, sedangkan Asih mengikut dirinya dari belakang.Perasaan Asih saat ini kacau, antara takut namun juga butuh sebuah pembuktian.Sudahlah, jangan terlalu banyak menimbang. Bagaimana pun juga dia butuh sebuah pembuktian untuk semuanya.Sampai akhirnya Barra pun masuk ke dalam ruangannya, sedangkan Asih pun masih saja mengikutinya.Barra pun berbalik badan dan melihat Asih yang kini berdiri di depan daun pintu yang sudah tertutup rapat.Lagi-lagi Asih hanya diam saja, tampaknya ada perasaan bersalah di dirinya.Dia sadar ini bukan dirinya, bersikap semaunya terhadap Barra sudah cukup lama dia tinggalkan.Tidak, Asih tak boleh lemah!"Mas, aku mau jalan-jalan!" kata Asih tanpa ingin di bantah sama sekali."Kemana?" tanya Barra.Sepertinya pria itu tidak banyak bertanya kepada Asih tentang keanehan Asih saat ini, mungkin dia juga berusaha untuk mengerti dengan kehamilan yang membuat suasana hati i
Read more
Bab 377
Satu jam berlalu, Asih masih saja terlelap di sana. Hingga akhirnya dia pun terbangun dan segera duduk."Aku ketiduran?" tanya Asih."Kamu lelap sekali, aku tidak tega membangunkannya," jawab Barra.Tidak tega?Wah, apakah itu sebuah perhatian seorang suami terhadap istrinya?Perhatian yang membuatnya menjadi merasa di cintai?Cinta?Tidak, dia belum mendengarkan pengakuan itu dari mulut Barra, sehingga dia masih harus dalam keadaan yang seperti ini.Marah tidak jelas dan berusaha untuk membuat Barra mau mengakuinya secara langsung."Apa kamu kelelahan?" tanya Barra sambil merapikan rambut Asih yang sedikit berantakan.Ampun!Asih ingin sekali menangis, dia tak kuasa benar-benar tidak kuasa.Tahan Asih, misi mu belum selesai. Ini demi masa depan mu.Batin Asih pun kembali berbicara."Mas, aku mau pulang. Kita pulang ke rumah, Bunda, aja," ujar Asih."Rumah, Bunda?""Iya.""Tapi, Mas masih harus bertemu dengan Tuan Dion."Asih pun mengerucutkan bibirnya, dia kesal karena Barra tak mau
Read more
Bab 378
Barra melihat wajah Asih yang kini terlelap di sampingnya, wanita itu sangat kelelahan setelah selesai dengan semua godaan yang di berikan pada Barra tentunya.Semuanya tentu akan sangat membingungkan, bagaimana tidak?Barusan Asih bersikap sangat aneh dan itu diluar akal sehat.Penyebabnya apa?Entahlah, Barra tak tahu sama sekali. Namun, dia pun tak bisa menutupi perasaannya yang sangat senang dengan itu semua.Bahkan bibirnya sampai menyunggingkan senyuman tanpa hentinya saat kembali mengingat Asih hanya dengan memakai lingerie dan menggoda dirinya dengan begitu sexy.Sebagaimana seorang pria normal, tentunya dia akan sangat mudah merespon itu semua.Apa lagi yang membuatnya menjadi panas dingin adalah istrinya sendiri.Akhirnya dia pun mengusap rambut Asih, kemudian mengecup kening istrinya tersebut.Sejenak Barra kembali menatap dengan jarak yang begitu dekat, menatap dengan lekat dengan tatapan mata yang penuh dengan cinta.Cinta?Benarkah demikian?ya itu benar.Meskipun tidak
Read more
Bab 379
"Selesai makan, kamu langsung tidur. Kalau ada yang di butuhkan, Bunda yang akan membantumu," ujar Tias bersamaan dengan sendokan terakhir yang dia arahkan pada mulut Asih, artinya makan pun selesai.Kemudian Tias memberikan piring di tangannya pada Barra.Barra tentu saja bingung dengan apa yang dilakukan oleh Bundanya, dia bahkan tidak lantas mengambil alih piringnya, yang ada hanya melihat dengan penuh tanya.Dia bingung dengan sikap Tias, mengapa pula memberikan piring kotor padanya."Kenapa diam? Ambil, kemudian antar ke dapur," Tias pun memperjelas maksudnya agar Barra tidak hanya melihat piring di tangannya dan tampak wajahnya yang bingung."Barra?" tanya Barra yang belum percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Bundanya.Lihat saja wajah pria itu, masih saja bingung dengan maksud Bundanya. Padahal sudah demikian diperjelas oleh Tias."Iya, nama kamu, Barra, 'kan?" tanya Tias.Barra pun mengangguk lemah saat mendengar pertanyaan dari Tias dengan wajah bingungnya, hingga akhirn
Read more
Bab 380
"Ya, ampun. Hampir saja wajahku yang terkena daun pintu," gumam Barra yang penuh dengan kekesalan.Dia benar-benar merasa diperlakukan layaknya orang asing oleh wanita yang sangat menyayanginya dan melahirkannya itu dalam sekejap saja.Dan itu semua karena kehadiran Asih, di tambah dengan calon anaknya."Baru di perut Ibunya saja sudah berhasil menggeser posisi ku, apa lagi setelah lahir nanti?" Barra pun bergumam sambil mengubah posisinya dari duduk menjadi berbaring.Dia sibuk memikirkan sesuatu hal yang kini sangat berubah drastis, yaitu posisinya yang benar-benar sudah bergeser dari anak kesayangan, berubah seakan menjadi anak tiri.Tapi ada hal yang membuatnya menjadi lebih penasaran, yaitu sikap Asih dan keanehan yang terjadi pada wanita tersebut.Dia pun mengambil ponselnya dan mencoba untuk mencari tahu penyebab perubahan sikap Asih yang sangat drastis itu.Hingga mendadak dia pun mendudukkan tubuhnya kembali setelah mengetahui bahwa Sandi menemui Asih di toko.Barra pun berpi
Read more
Bab 381
"Sopan? Kamu bicara soal kesopanan?" Asih pun menantang Barra, dia tak mau mengalah sama sekali.Karena menurutnya Barra menuduhnya tanpa jelas alasannya, apakah mungkin dia hanya bisa diam menerima itu semua."Ya, kamu semakin kesini semakin tidak karuan saja. Ada apa? Apa setelah bertemu dengan, Sandi?""Apa hubungannya? Tidak ada!" Asih pun menepis semua tuduhan yang diberikan oleh Barra padanya.Barra pun mencoba untuk diam, mungkin Asih demikian karena pengaruh hormon kehamilan.Barra tak ingin pertengkaran berlanjut dan malah menciptakan sebuah masalah."Kenapa diam? Apa yang aku katakan benar, makanya kamu diam, karena memang tidak punya alasan untuk mengelak lagi. Kamu, dan, Sandi bersaudara dan sama-sama bersaing mendapatkan aku. Agar merasa hebat, kamu jahat!""Aku dan Sandi memang bersaudara, tapi jangan berpikir yang tidak-tidak.""Lalu apa?" Asih pun membuang tatapan matanya, dia lebih memilih untuk melihat arah lain dari pada Barra di hadapannya.Kesal sekali rasanya, u
Read more
Bab 382
"Ada apa ini? Kalian bertengkar?" tanya Tias yang tiba-tiba muncul.Awalnya dia hanya melihat saja, tapi dari kejauhan sana matanya melihat Barra dan Asih yang sedang berbicara dengan wajah serius.Dirinya yang penasaran pun langsung menghampiri anak menantunya tersebut, tujuannya hanya satu.Dia tak ingin pertengkaran keduanya membuat janin di rahim Asih malah mendapatkan imbasnya.Tapi saat dia bertanya kedua orang itu hanya diam sambil melihat dirinya."Kenapa tidak menjawab, Bunda nggak mau ada pertengkaran. Karena, sebesar apapun masalahnya, akan tetap ada jalan keluarnya," tambah Tias lagi."Nggak ada masalah apa-apa, Bun, hanya saja ada orang yang marah-marah tidak jelas sebabnya apa," jelas Barra.Barra pun melihat Asih, begitu juga dengan Tias yang ikut melihat Asih juga."Enak aja, aku nggak marah-marah tidak jelas. Aku marah jelas penyebabnya!" kata Asih yang juga berusaha untuk membela dirinya."Ya, dan masalahnya kamu cemburu!" jawab Barra lagi.Asih pun hanya bisa diam s
Read more
Bab 383
Cinta?Apa lagi itu yang ada di benak Asih, mengapa jadi dia yang merasa tidak nyaman untuk melihat wajah Barra saja."Tapi, ngomong-ngomong soal cemburu, kata orang-orang, cemburu itu tanda cinta," lanjut Barra.Glek!Nah, kenapa kali ini Barra malah merangkak menjadi seorang cenayang?Lihat saja, dia bahkan tahu apa yang tengah di perdebatan oleh Asih dengan pikirannya sendiri.Sulit dimengerti, tapi haruskah Barra mengetahui perasaan yang ada?Tapi rasanya itu tidak perlu, sebab itu terlalu memalukan sekali bagi Asih tentunya."Istri, Mas kok diem? Tapi, tidak membantah apa yang, Mas bilang berarti benar!" kata Barra lagi."Apaansih, sok tahu!" Asih pun segera menuju kamar mandi, dia tak ingin Barra tahu tentang dirinya yang menegang karena ucapan Barra yang begitu manis.Asih pun segera mencuci wajahnya, dia melihat wajahnya dari pantulan cermin.Sesaat kemudian kembali mengingat panggilan Barra untuknya."Cantik."Ah, lagi-lagi dia berbunga-bunga karena panggilan sederhana itu.T
Read more
PREV
1
...
3637383940
...
48
DMCA.com Protection Status