All Chapters of Istri Lugu Presdir Dingin: Chapter 341 - Chapter 350
480 Chapters
Bab 344
Yang ada justru Barra yang banyak bicara, dulu dan sekarang seakan begitu jauh berbeda.Sangat jauh dan tak pernah terpikirkan oleh seorang Asih, jika bisa melihat tingkah laku Barra yang sangat aneh ini.Aneh bagi dirinya yang belum mengenali Barra dengan jauh."Coba tersenyum," pinta Barra."Senyum?" tanya Asih bingung."Senyum," Barra pun menarik kedua sudut bibir Asih dengan tangannya sendiri.Supaya apa?Tentu saja untuk melihat Asih kembali tersenyum tanpa harus terbebani karena ulah wanita tadi."Apaansih, nggak jelas banget," gerutu Asih sambil berusaha melepaskan tangan Barra dari bibirnya."Nah, gitu dong. Senyum, kan, enak di lihat," ujar Barra."Enak? Memangnya makanan!" gerutu Asih."Iya, kalau kau siap aku juga bisa memakan mu," jawab Barra."Apaansih!"Asih pun memukul lengan bagian atas Barra, karena semakin lama Barra semakin berbicara sembarangan.Dan setiap kalimat yang keluar dari mulut pria itu rasanya hanya omongan yang tak bermakna sama sekali.Lihat saja sampai
Read more
Bab 345
Seketika itu juga Asih mengingat satu perkataan Nia sebelumnya.Ada kejutan yang disiapkan oleh Nia, Apakah mungkin kejutan ini yang dimaksud oleh Nia?Sepertinya memang begitu adanya, karena siapa lagi yang bisa melakukan apapun selain Nia di rumah tersebut.Namun, saat ini malah menjadi masalah besar untuk Asih.Rasanya sangat geli sekali harus tidur di tempat seperti ini.Apa lagi bersama dengan Barra, rasanya sangat luar biasa.Akhirnya perlahan kaki Asih pun melangkah masuk, bahkan kakinya menginjak mawar yang bertaburan di lantai.Dia juga penasaran dengan pintu kamar mandi yang terbuka lebar, ada bunga pula ke arah sana.Dan ternyata benar, kamar mandi pun tidak lepas dari hiasan yang sangat indah.Hanya saja sepertinya ini tidak tepat untuk Asih, sebab dirinya dan Barra belum seperti pasangan suami istri pada umumnya.Lantas bagaimana?Entahlah, tetapi perasaan Asih benar-benar sangat tegang sekali.Padahal, baru saja dirinya lepas dari ketegangan. Namun, sepertinya hal itu ta
Read more
Bab 346
Asih masih saja terdiam di tempatnya, tepatnya berdiri dengan tegak di depan pintu almari dengan pikirannya yang benar-benar sangat kacau.Membuat Barra pun bingung dan memutuskan untuk berjalan ke arah Asih.Dia ingin melihat lebih dekat lagi keadaan Asih, sebab wajah Asih memang tampak sangat pucat.Tentunya Barra khawatir akan keadaan yang seperti ini, mengingat Asih sangat sulit untuk makan.Belum lagi sering merasa mual, namun sulit untuk muntah.Belum lagi ada janin yang membutuhkan nutrisi yang cukup dan itupun masih harus berbagi dengan Ibunya."Kamu sakit?" tanya Barra yang kini sudah benar-benar sangat dekat dengan Asih.Tangannya pun bergerak memegang dahi Asih, memastikan suhu tubuh wanita itu dengan benar.Tetapi sepertinya tidak ada yang salah, karena suhu tubuh Asih tampak normal meskipun wajahnya tampak begitu memucat.Asih pun semakin terkejut melihat Barra yang ternyata sudah berdiri di hadapannya.Sejak kapan?Ya, ampun Asih. Sepertinya kamu itu sangat stress memiki
Read more
Bab 347
Toko tok tok.Barra merasa Asih sudah terlalu lama berada di dalam kamar mandi, membuatnya menjadi merasa khawatir.Karena keadaan Asih memang sedang sangat harus di perhatikan, mengingat sering kali wanita itu kehilangan keseimbangannya sendiri."Asih, kamu tidak apa-apakan di dalam sana?" tanya Barra dengan suara yang sedikit meninggi agar Asih yang berada di dalam kamar mandi pun bisa mendengar suaranya dengan jelas.Sedangkan Asih yang berada di dalam kamar mandi merasa semakin panik, dia pun kembali melihat pantulan dirinya pada cermin.Huuuufff.Bagaimana mungkin dia bisa keluar dengan pakaian seperti ini."Nia, kamu ngerjain aku gini banget, sih," gumam Asih sambil mengacak rambutnya sendiri.Tok tok tok!Lagi-lagi terdengar suara ketukan pintu, membuat Asih pun segera melihat ke arah pintu.Dia benar-benar tak tahu bagaimana cara untuk keluar dari dalam kamar mandi dalam keadaan seperti ini."Aku tidak apa-apa," jawab Asih dari dalam sana agar Barra tak lagi merasa khawatir di
Read more
Bab 348
"Maaf," kata Barra saat menyadari mata Asih yang terbuka lebar.Dia benar-benar tak menyangka jika saja mata Asih terbuka lebar dengan tiba-tiba seperti ini.Pikirannya Asih sudah sangat lelap dan tak mungkin terbangun lagi.Dan gilanya lagi, dia malah seperti seorang maling yang mencuri sesuatu.Padahal Asih adalah istrinya, ini sungguh sangat aneh sekali rasanya.Apakah ada larangan untuk tidak melakukan ini pada istrinya sendiri?Apakah dia berdosa juga menginginkan istrinya sendiri saat ini juga.Sialan memang."Kamu marah?" tanya Barra, sebab Asih pun hanya diam saja.Asih pun terdiam tanpa menjawab apapun, dia juga bingung dengan dirinya yang tidak marah sama sekali.Tapi, bagaimana pula mengatakannya pada Barra, hingga diam adalah pilihan tepatnya.Hingga perut Asih pun berbunyi, wajar saja. Karena, dia tidak makan nasi seperti biasanya."Aku lapar, banget," kata Asih, sekaligus ingin mengalihkan pembicaraan saat ini.Dia juga sangat tegang dan bingung harus seperti apa.Mengat
Read more
Bab 349
Asih pun terbangun dari tidurnya, dia melihat tak ada Barra di sampingnya.Tetapi, telinganya mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi.Dia pun yakin jika Barra ada di dalam kamar mandi.Sesaat pintu kamar mandi pun terbuka, dia pun memejamkan matanya karena tidak tahu harus berhadapan dengan Barra di pagi ini seperti apa.Perlahan Asih pun mengintip dan melihat Barra tengah berpakaian.Rasanya sangat menegangkan sekali jika harus kembali mengingatnya.Tapi Asih pun tak menampik jika dia terpesona dengan keindahan tubuh Barra yang tampak begitu berkarisma.Mengapa dia baru menyadari setelah banyaknya masalah yang berlalu, tapi itu tidak masalah.Lebih baik terlambat menyadari dari pada tidak pernah sadar sama sekali."Asih," Barra pun berjalan ke arah ranjang.Dan saat itu Asih pun kembali menutup matanya, dia pun kembali berpura-pura tidur agar tidak merasa malu."Sepertinya, dia sangat lelap," kata Barra lagi, sebab Asih tak juga bangun dari tidurnya.Dan alasan Barra mem
Read more
Bab 350
"Aku mau ke toko, soalnya hari ini karyawan gajian. Kasihan mereka kalau harus di tunda," kata Asih yang langsung bangkit dari duduknya."Kalau kamu nggak kuat aku aja yang ke toko," kata Nia."Aku nggak papa," kata Asih lagi."Mana tahu kamu susah jalan," ujar Nia sambil mengejek Asih."Apaan sih!" Asih pun memilih untuk segera pergi dari sana, karena jika terus berada di sana tentunya dia akan semakin pusing mendengar ejekan Nia.Hingga kini Asih pun turun dari ojek yang mengantar dirinya sampai di toko kue.Dia langsung saja di sambut oleh Nilam, sedangkan masalah tanda merah itu sudah tersamarkan dengan foundation."Mbak Asih, kirain bakalan telat gajian," kata Nilam yang kini duduk di kursi yang saling berhadapan dengan Asih.Asih pun melihat Nilam, "Nggak, aku ingat, kok," kata Asih sambil membuka brangkas."Mana tahu, soalnya udah di tungguin dari pada sama yang lainya. Mereka juga sedih kalau gajian di tunda.""Nggak, aku nggak akan menundanya. Tenang aja, ini buktinya aku di
Read more
Bab 351
Asih pun terkejut melihat Barra yang turun dari mobilnya, Asih yang sedang berdiri di depan toko sambil tersenyum ramah pada pelanggan yang berdatangan pun bingung.Sebab, ini belum waktunya toko tutup. Dan dia pun belum ingin pulang ke rumah.Sebab, Asih pun sadar diri. Dia hanya karyawan, meskipun adalah orang kepercayaan Nia tapi bukan berarti bisa datang dan pergi sesukanya, dia tidak mau memanfaatkan kenaikan Nia terhadap dirinya.Lagi pula dia butuh uang untuk Ibu dan adiknya di kampung halaman."Kamu jemput aku?" tanya Asih.Dijawab dengan anggukan kepala oleh Barra."Tapi, aku baru akan pulang 2 jam lagi," kata Asih lagi."Ya, aku akan menunggumu," Barra pun seketika mendudukkan dirinya pada kursi.Asih pun terdiam sambil melihat Barra yang sudah duduk di kursi.Menurutnya itu terlalu aneh, lagi pula tidak mungkin juga Barra mau menunggu hingga 2 jam lamanya bukan?Aneh saja rasanya, tapi kita lihat saja nanti. Apakah benar Barra mau menunggu selama itu.Dan Asih yakin situ ti
Read more
Bab 352
"Mama, ingin kita menginap di rumahnya. Malam ini," kata Barra.Asih yang masih begitu larut dalam pikirannya tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Barra sama sekali.Sepertinya dia masih memikirkan nominal rupiah yang masuk pada akun rekening bank miliknya."Asih!""Hah, iya. Kenapa?" Asih pun tampak terkejut saat mendengar suara Barra yang sedikit meninggi.Dirinya benar-benar bingung dengan Barra, mengapa bisa memanggilnya demikian."Kamu memikirkan sesuatu," tebak Barra, karena terlihat jelas Asih sedang tidak fokus."Iya, aku bingung. Kayaknya ada yang salah transfer uang ke rekening aku. Mana jumlahnya tidak sedikit," jelas Asih."Berapa?""Rp.300. 000. 000.""Itu gaji suami mu, artinya sudah masuk ke rekening mu," jelas Barra."Gaji suami?" Asih yang semakin bingung mendengar penjelasan Barra barusan."Jangan bilang, kamu lupa, sudah punya suami. Ingat juga, kamu sedang hamil!" papar Barra.Asih pun terdiam sejenak sambil terus saja menatap wajah Barra.Hingga dia pun akhirny
Read more
Bab 353
"Dasar aneh!" Asih pun memukul lengan Nilam, menurutnya Nilam sangat menjengkelkan sampai detik ini."Mbak Asih, apaansih. Perasaan sensitif aja, tapi maklumlah, namanya Bumil," celetuk Nilam sambil mengusap lengannya yang dipukul oleh Asih."Nggak jelas banget deh, ngaur!" omel Asih."Nilam, kapan, bisa dapat jodoh sebaik, Mas Barra. Coba aja ada pasti, Nilam bahagia sekali," kata Nilam lagi dengan bibirnya yang terus saja tersenyum."Dasar gila!"Asih pun kini berjalan ke arah Barra, dia mengantarkan beberapa roti yang menurutnya cukup lezat untuk di nikmati oleh Barra bersama dengan kopi hangat buatnya tadi."Terima kasih," kata Barra sambil tersenyum pada Asih."Bayar, ya, pakai duit, Mas. Bukan pakai terima kasih," ujar Asih.Barra pun tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Asih."Malah senyum, bayar. Ini bukan toko kue milik istri mu, ini toko kue milik, Ibu Nia Putri, sudah baca nama toko kuenya, 'kan?" tanya Asih lagi."Kalau kamu, Mas bisa bikin toko kue punya kamu. Sekal
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
48
DMCA.com Protection Status