Semua Bab Talak Setelah Fitnah: Bab 31 - Bab 40
145 Bab
Berusaha menghindar.
Setelah kedatangan Arka ke rumah Aisyah, kini ibu guru cantik itu berusaha untuk meminimalisir pertemuannya dengan mantan suaminya itu. Setiap kali mereka hampir bertemu Aisyah akan langsung menghindar dan berbalik arah.Aisyah juga akan langsung menolak jika di mintai tolong untuk mengantar makan siang atau dokumen ke tempat proyek dimana Arka bekerja. Seperti siang ini, Aisyah kemabli menolak ketika Kepala sekolah memintanya untuk mengantarkan undangan tasyakuran untuk Arka dan anak buah pria itu. "Maaf Pak, kalau saya minta orang lain saja yang mengantar boleh kan Pak? Pekerjaan saya banyak dan sudah menumpuk sejak kemarin," tolak Aisyah dengan menawarkan solusi lain. "Bu Shania mungkin bisa atau Bu Mila," sambungnya mengulurkan tangan meminta undangan yang di bawa oleh kepala sekolah. "Iya gak papa. Yang penting ada yang mengantar," jawab kepala sekolah lalu menyerahkan beberapa undangan yang di bawanya. "Terima kasih."Setelah kepala sekolah pergi, Aisyah masuk ke dalam kelasn
Baca selengkapnya
Tak sengaja terbongkarnya kebenaran.
"Gak itu tidak benar." Shania menyahut. "Aisyah tidak melakukan kesalahan, tapi dia hanya sedang sial saja karena memiliki suami brengsek yang suka selingkuh tapi menuduh istrinya selingkuh." Deghhh.... Aisyah dan Arka kompak menoleh pada Shania yang membantah ucapan Aisyah. "Apa maksudnya?" tanya Arka dengan menahan emosi yang langsung muncul begitu mendengar ucapan Shania. Bisa-bisa Aisyah berbohong pada teman-temannya dan memutar balikkan fakta tentang alasan perceraian mereka, pikir Arka. "Pak Arka kenapa?" tanya Angga dengan kening berkerut. "Oh itu, saya hanya penasaran saja dengan apa yang di katakan Bu Shania," jawab Arka salah tingkah karena semua orang memandangnya aneh."Oh,," kompak shania dan Angga mengangguk sambil tersenyum tipis pada Arka lalu melanjutkan kegiatannya menikmati soto yang ada di hadapan mereka. Aisyah menghela nafas lega, 'Syukurlah gak ada yang ada yang membahasnya lagi,' ucapnya dalam hati sembari mengaduk dan bersiap menyuapkan satu sendok nasi
Baca selengkapnya
Maaf karena tidak jujur.
Sekitar pukul delapan pagi, Andaru datang ke rumah Aisyah. Pria tampan itu datang dengan membawa nasi kuning untuk sarapan bersama. Sebelum datang Andaru sengaja mengirim pesan untuk memberi tahu Aisyah akan kedatangannya. "Kamu tidak lupa membelikan aku juga kan?" sahut Shania keluar dari ruang tamu menuju kursi teras dimana Aisyah dan Andaru berada. "Oh tentu saja, ibu guru Shani. Saya belikan paket komplit," ujar Andaru mengacungkan dia jempolnya. "Bagus. Kamu jangan lupa aku yang sudah membantu membujuk Aisyah." Shania balik memberi dua jempol pada Andaru. "Siap Bu!!" ucap Andaru tegas. Aisyah tersenyum geli melihat tingkah dua orang itu. "Ayo makan keburu dingin," ucapnya sembari meletakkan bungkusan nasi kuning di atas piring lalu menguburkannya ke depan Andaru dan Shania."Ngobrolnya sambil makan," ujar Aisyah dengan senyum manis yang selalu membuat Andaru tertegun."Woy, Aisyah nyuruh kamu makan! Bukan ngeliatin dia," tegur Shania mengetuk meja depan Andaru dengan sendok.
Baca selengkapnya
Membongkar kebusukan Maya.
"Si siapa yang mengatakan itu? Tentu saja tidak?" bantah Maya gugup. "Jangan berbohong lagi Ma!" sentak Arka dengan tatapan tajam dan wajah memerah. "Apa benar foto-foto itu palsu dan Mama-lah yang membayar orang untuk membuat foto dan video laknat itu?" Sontak saja Maya ketakutan, tubuhnya gemetaran dengan wajah pucat pasi. Selama Maya tinggal. di rumah Mahendra tidak pernah sekalipun ia melihat putra tirinya itu semarah ini. Rasa takut mulai menjalar di hati dan pikiran Maya hingga membuatnya mendadak bisu. "Jawab Ma!!" Suara Arka menggelegar sampai terdengar ke lantai satu rumahnya. "Mengapa tega melakukan ini padaku? Apa yang tidak aku lakukan untuk Mama? Semua yang Mama inginkan tidak pernah aku bantah, tapi satu keinginanku pun tidak dapat Mama mengerti." "Arka!! Hentikan!!" teriak Mahendra sambil berjalan cepat mendekati Arka yang mencengkeram kedua lengan Maya dengan penuh amarah. Mahendra sedang berada di ruang kerjanya saat asisten rumah tangganya memberi tahu jika Arka
Baca selengkapnya
Sifat Asli Maya.
"Putrimu? Siapa yang kamu maksud? Bukankah putrimu sudah meninggal?" tanya Mahendra dengan ekspresi terkejut. "Maharani," jawab Maya tegas dengan menatap Mahendra tajam. "Maharani adalah putriku yang terpaksa harus aku titipkan di panti asuhan karena di paksa menikah denganmu." Mahendra dan Arka kompak melebarkan matanya kaget. Mereka berdua benar-benar btidak menyangka jika gadis dari panti asuhan itu adalah putri kandung Maya. "Ya gadis yang kamu katakan tidak jelas asal usulnya itu adalah putriku." Lanjut Maya dengan mengarahkan tatapannya pada Mahendra. "Astag,,," Arka menggelengkan kepalanya tak percaya. "Jangan-jangan sejak dulu Mama memang sengaja mendekatkan aku dengan Maharani karena ingin aku menikahinya?" tebaknya memicingkan mata curiga. "Benar, aku ingin kamu menikahi Maharani agar aku bisa dekat dengannya tapi sayangnya Papamu menolaknya hanya karena masalah asal-usul Maharani," aku Maya melirik sinis kearah suaminya yang masih tidak bisa percaya pada kebenaran yang
Baca selengkapnya
perasaan Arka.
"Lalu mau kamu apa? Katakan!" tantang Mahendra. "Aku mau Arka menikahi Putriku. Cinta atau tidak itu tidak penting. Yang aku mau putriku mendapatkan status sebagai keluarga Mahendra Putra." Jawaban Maya sontak saja membuat Arka tercengang. Ternyata se-egois itu wanita yang sangat dihormatinya itu. "Tidak, aku tidak akan pernah menuruti keinginan Mama," tolaknya tegas. "Aku juga tidak akan memaksa Arka menuruti keinginan kamu," sahut Mahendra mendukung keputusan putranya. "Mintalah hal lain sebagai kompensasi perceraian kita!" "Berikan Setengah dari saham perusahaan dan aset pribadimu padaku," ujar Maya pelan dan tenang namun efeknya sangat luar biasa untuk ayah dan anak didepannya. "Astaghfirullah, ternyata Mama sangat egois dan serakah," ucap Arka tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya."Aku tidak akan melakukan itu jika tidak mengecewakan aku. Jika kamu ingin kembali pada Aisyah maka kamu harus siap kehilangan separuh dari warisan kamu," ujar Maya tanpa sedikitpun
Baca selengkapnya
Sikap Arka yang aneh.
Pagi ini saat akan berangkat mengajar Aisyah di kejutkan dengan keberadaan sebuah buket bunga di atas meja teras rumahnya. Buket mawar putih dengan sebuah kartu ucapan berwarna pink muda yang bertuliskan 'Semoga harimu menyenangkan Aisyah A. R.' Pandangan Aisyah tertuju pada pintu pagar rumahnya yang rusak. Sudah hampir dua minggu pintu itu tidak berfungsi seperti seharusnya. Karena itu siapa saja bisa bebas masuk halaman rumahnya, salah satu pengiriman bunga yang di pengang Aisyah saat inim"Aku harus segera mencari orang untuk memperbaikinya," gumam Aisyah lalu kembali meletakkan buket tersebut di atas meja lalu mengarahkan pandangannya pada jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Sudah pukul setengah tujuh, Aisyah bergegas menuju sekolah tempatnya mengajar. Ia sampai di sekolah bersamaan dengan bel sekolah berbunyi. Nampak Shania yang juga baru sampai sedang memarkir motornya lalu berjalan cepat menyalip Aisyah. "Tumben nih ibu guru Aisyah terlambat," godanya s
Baca selengkapnya
Berusaha merebut hati kembali
Aisyah menarik nafas panjang, menahan rasa kesal di hatinya melihat tingkah aneh mantan suaminya itu. Sudah sejak satu jam yang lalu pagar rumahnya selesai di perbaiki namun pria itu masih belum meninggalkan rumah Aisyah. Dengan berbagai alsan Arka menolak perintah Aisyah untuk segera pergi dari rumahnya. "Aku harus memastikan pintu pagarnya tidak roboh lagi. Sekalian aku ingin tahu kinerja dari anak buahku." Arka kembali memberi alasan saat Aisyah memintanya pergi. "Ini sudah satu jam dan pintu pagar itu tidak nampak ada yang salah. Itu besi menempel dengan erat dan tepat. Saya rasa tidak akan ada masalah lagi." Aisyah berusaha berbicara dengan sopan meski hatinya sudah sangat jengkel. Entah apa yang sudah terjadi pada Arka hingga membuat pria itu menjadi sangat aneh. Bukankah selama ini Arka begitu membenci dirinya, kenapa sekarang tiba-tiba berubah menjadi sangat peduli dengannya. Mungkinkah ini karena cerita Shania dua minggu lalu? Pikir Aisyah. "Bolehkah aku numpang sholat s
Baca selengkapnya
Diantara dua pria.
"Aku mantannya,,," aku Arka lalu mengarahkan tatapannya pada Aisyah "Kami..." "Apa yang ingin Anda katakan? Jangan membuat orang salah faham," ujar Aisyah memotong kalimat Arka. Bukan Aisyah ingin menyembunyikan statusnya namun ia hanya mengikuti keinginan Arka yang sedari awal tidak ingin mengungkapkan hubungan mereka. "Mantan? Maksudnya apa?" Shania menatap tak percaya pada Arka dan Aisyah. "Sepertinya Pak Arkana Mahendra ini sangat suka sekali bercanda. Selera humornya lumayan juga," sahut Andaru menimpali pengakuan Arka dengan candaan. Ucapan Andaru sontak saja memancing amarah Arka. Dengan tatapan tajam Arka berbicara, "Saya tidak sedang ingin bercanda. Aku memang,....""Maaf." Lagi-lagi Aisyah menyela ucapan mantan suaminya itu. "Saya permisi duluan," ucapnya lalu menarik tangan Andaru dan berjalan meninggalkan Shania dan Arka yang mengepalkan kedua tangannya erat. "Laki-laki itu bernama bernama Andaru. Dia menyukaimu Bu Aisyah, sudah dua tahun lebih Andaru berusaha melulu
Baca selengkapnya
Kebenaran dari Arkana.
"Kamu jatuh cinta pada laki-laki brengsek itu?" Arka menatap lekat wajah Aisyah, pria itu ingin tahu seperti apa perasaan mantan istrinya itu sekarang. Meski tidak bisa di pungkiri dalam hati Arka berharap jika Aisyah menjawab tidak. Sama halnya dengan Arka, mata tajam Andaru juga mengarah pada wanita yang berdiri diantara dirinya dan Arka. Ada rasa penasaran juga di hati Andaru dengan perasaan wanita yang sangat ia puja itu. Aisyah menghembus nafas kasar, kesabaran benar-benar mulai menipis dan hampir habis menghadapi mantan suaminya. Aisyah tidak pernah menyangka jika Arka orang yang tidak hanya keras kepala tapi juga tidak tahu malu dan egois. "Suka atau tidak itu bukan urusan kamu," jawab Aisyah tegas. "Berhentilah! Kamu benar-benar mempermalukan dirimu sendiri. Entah apa niatmu tapi jika orang tuamu tahu mereka pasti akan sangat murka karena malu." "Kamu tidak ingin menjawabnya, apa itu artinya kamu memiliki perasaan padanya? Kamu jangan lupa dia yang sudah membuat aku mencer
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status