All Chapters of Talak Setelah Fitnah: Chapter 11 - Chapter 20
145 Chapters
Perdebatan dalam keluarga.
"Tidak," Jawab Jafar tegas. Mendengar jawaban Ayahnya membuat Aisayah mengarahkan pandangannya pada sang ibu yang duduk di sebelah ayahnya. "Bu, bantu ku membujuk Ayah," ucapnya meminta dukungan. "Sebentar, bisa jelaskan kenapa kamu di mutasi? Apa itu karena foto dan video fitnah itu?" tanya Salma tidak langsung mengiyakan permintaan putri kesayangannya itu. Aisyah hanya mengangguk untuk menjawab. "Zeyn, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kamu Ibu suruh jaga Mbakmu kan, kenapa bisa jadi seperti ini?" Salma mengomeli putra bungsunya yang dari tadi hanya diam dan mengamati saja. "Bu jangan salahin Zeyn," sela Aisyah tidak tega adiknya di salahkan. Zeyn menghela nafas lalu berbicara, "Beberapa hari yang lalu, para orang tua siswa berdemo di sekolah. Mereka meminta supaya Mbak Aisyah di nonaktifkan sebagai guru. Menurut mereka Mbak Aisyah tidak pantas menjadi seorang guru karena video skandal perselingkuhannya viral di media sosial." Mendengar penjelasan Zeyn sontak membuat wajah
Read more
Keputusan Ayah.
Semalaman Aisyah tidak bisa tidur, ia khawatir jika ibunya tidak bisa membujuk ayahnya untuk merubah keputusan pria yang sangat tegas itu. Sekitar pukul 6 pagi Aisyah keluar dari kamar. Matanya melebar saat melihat ayahnya sudah duduk di kursi meja makan dengan pakaian rapi sembari membaca koran. Dengan langkah pelan, ia mendekati meja makan dan duduk di sebelah adiknya. Tak lama ibunya datang dari arah dapur dengan membawa sepiring telur dadar di tangannya. "Sarapan dulu," suruh Salma setelah meletakkan sepiring telur dadar di atas meja. Jafar langsung melipat korannya dan meletakkannya di atas meja. Tanpa banyak bicara laki-laki paruh baya itu memakan sepiring nasi goreng yang ada di hadapannya. Sama halnya dengan Aisyah juga Zeyn mereka juga ikut memakan nasi goreng yang dibuat ibunya itu. "Mana surat pengunduran diri kamu?" tanya Jafar setelah menyelesaikan sarapannya. Sontak Aisyah mengarahkan pandangannya pada Salma yang membalas dengan anggukan dan senyum lebar. "Kamu me
Read more
Kebesaran hati.
Author pov. "Katanya Bu guru Ai selingkuh makanya mamanya Kenan mengajak demo," sahut siswa yang lain. Degh,,,, Aisyah tertegun mendengar kalimat yang di lontarkan anak didiknya. "Iya benar, Ibunya Kenan juga ngajak mamaku untuk demo tapi mamaku gak mau," sahut siswa yang lain. "Itu tidak benar. Bu guru Ai gak mungkin selingkuh," bantah siswi yang pertama bertanya tadi membela Aisyah. Dengan wajah garang siswi itu melotot pada temannya yang mengatakan Aisyah selingkuh. "Tentu saja tidak." jawab Aisyah tegas setelah dapat menguasai diri dari keterkejutannya. "Bu guru tidak pernah selingkuh. Semua berita itu tidak benar." "Aku percaya sama Bu guru," jawab beberapa siswa bersahutan. Aisyah menghela nafas lega karena siswa-siswinya mempercayai ucapannya. "Terima kasih," ucapnya penuh haru. "Tapi tetap saja Bu guru Ai akan pindah, itu gara-gara Kenan," sahut seorang siswa dengan wajah sedih. "Iya gara-gara Kenan Bu Ai pindah." "Benar, mama Kenan yang buat Ai Pindah." Anak-anak i
Read more
Bab Rasa bersalah yang tak di akui.
Author Pov. "Ngapain kamu? Bengong saja dari tadi?" Seorang laki-laki tampan menepuk pundak temannya yang sedang duduk di kursi balkon apartemen. "Sudah balik? Mana Meysa?" tanya balik Anton menoleh. "Lagi ambil minum," jawab Andaru lalu ikut duduk di kursi sebelah Anton. "Jangan melamun aja nanti kesambet setan gundul," guraunya sambil terkekeh. Andaru pradipta Reksa, sang Playboy tampan yang menyukai hidup bebas. Demi bisa hidup bebas Andaru memilih keluar dari rumah orang tuanya. "Apa kamu gak merasa bersalah?" Anton bertanya pada sahabatnya itu. "Ya nggak lah, ngapain juga ngerasa salah?" jawab Andaru tersenyum tipis. Menurutnya Anton terlalu melankolis karena merasa kasihan pasa hal yang tidak penting. "Salah ceweknya sendiri karena tidak becus milih suami yang baik. Harusnya dia tidak menikah dengan laki-laki bajingan yang suka selingkuh," sambung Andaru enteng. "Benar, cewek itu sudah salah milih suami. Dan brengseknya kita membantu laki-laki bajingan itu." Anton menata
Read more
Pertemuan yang tidak diinginkan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih mereka sampai di mall pusat kota. Dengan langkah riang Meysa membawa Andaru menuju ke toko baju langganannya yang menyedihkan pakaian dengan merk branded yang harganya cukup menguras kantong. "Apa tidak bisa beli pakaian di toko lain saja?" ucap Andaru sambil tangannya memegang sebuah kaos putih dengan bandrol harga jutaan. "Memang kenapa?" ujar Meysa sambil sibuk memilih dress yang ingin di belinya. "Di sini bajunya bagus-bagus dan brand terkenal Daru. Kalau masalah harga tidak jadi masalah. Kamu mau itu? Biar aku yang bayar," kata Meysa dengan nada sombong. "Jangan kayak orang miskin." Sambungnya sambil berbisik yang membuat Andaru mendengus kasar. Sifat Meysa yang sok kaya itu menjadi salah satu alasan Andaru tidak nyaman berada bersama Wanita itu. Wanita berumur 26 tahun itu adalah putri dari seorang pengusaha. Orang tuanya bercerai sejak ia masuk sekolah menengah atas. Mamanya menikah lagi dan pindah ke luar negeri bersama s
Read more
Kebersamaan yang akan di rindukan.
Sejak semalam Salma terus menangis. Ia masih tidak rela melepas kepergian Aisyah ke tempat putrinya itu di mutasi. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang berkepala empat itu tak berhenti merengek pada suaminya supaya di izinkan mengantar Aisyah sampai ke kota tempat putri mereka di tugaskan. "Hanya untuk beberapa hari saja Yah, izinkan Ibu ikut Aisyah," rengeknya untuk yang kesekian kalinya sejak suami istri itu selesai menjalankan sholat shubuh. Jafar hanya bisa menarik nafas panjang, melihat sikap istrinya yang seperti anak kecil itu. Sudah berkali-kali ia menjelaskan bahwa putri mereka itu sudah dewasa pasti bisa menjaga dirinya sendiri, tapi istrinya itu masih tetap kekeh ingin ikut dan menemani Aisyah beberapa hari di tempat baru. "Masih tetap pengen ikut Yah?" Zeyn berjalan masuk dengan membawa Kantong kresek berisi nasi pecel yang di belinya di warung langganan keluarganya. "Hemm," jawab Jafar lalu melirik istrinya yang sejak pagi mengekorinya. "Astaghfirullah
Read more
Permintaan maaf dari laki-laki itu.
"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Aisyah dengan tatapan datar. "Maaf aku tidak bisa mengatakan siapa orangnya. Orang itu sudah membayarku dan aku sudah menjanjikan jika identitasnya menjadi rahasiaku." Andaru tidak bisa membocorkan rahasia orang yang telah membayarnya karena itu adalah merupakan profesional kerja baginya. "Oh," kata Aisyah menganggukkan kepalanya pelan. "Hah." Andaru melongo melihat reaksi wanita yang diakuinya sangat cantik dan memiliki mata yang indah itu. "Cuma oh saja?" Andaru tidak bisa membayangkan wajah tolol yang diekspresikannya saat ini. Ia benar-benar tak habis pikir orang seperti apa Aisyah ini? Mengapa ia begitu tenang dan sabar saat berhadapan dengan orang yang mungkin sangat di bencinya. "Memang aku harus apa?" tanya balik Aisyah. "Kamu tidak ingin marah? Memakiku atau menamparku mungkin?" "Apa kamu akan mengatakannya jika aku menampar dan memakimu?" "Tidak, aku tetap tidak bisa mengatakannya," jawab Andaru pelan. "Ya sudah." Aisyah mengambil tasny
Read more
Tempat baru.
Setelah turun dari kereta api, Aisyah berjalan mendekati seorang wanita yang berdiri dengan memegang sebuah papan bertuliskan namanya. "Bu Shania?" tanya Aisyah pada wanita berseragam coklat khas seragam guru sekolah itu. "Iya. Aisyah?" tanya balik wanita itu yang langsung di jawab anggukan dan senyum tipis oleh Aisyah. "Kenalkan aku Shania Wulandari." Wanita itu mengulurkan tangannya ke depan Aisyah. "Aisyah Ainur Ramadani." Aisyah menyambut tangan Shania. "Bagaimana perjalanannya? Pasti capek ya, habis naik pesawat terus naik kereta," "Lumayan capek." Lagi-lagi Aisyah menjawab dengan senyum yang tak lepas dari wajah cantiknya. Meski tulang punggungnya terasa hampir copot setelah melakukan perjalanan yang memakan waktu cukup lama dan melelahkan itu, namun ia masih tetap bersemangat ketika bertemu dengan rekan-rekan sejawatnya. Shania mengajak Aisyah berbincang-bincang sembari berjalan menuju pintu keluar stasiun dimana temannya sesama gurunya sedang menunggu. "Angga," panggi
Read more
Hari pertama mengajar.
Setelah istirahat dua hari, pagi ini Aisyah sudah bisa mulai untuk mengajar kembali. Sejak semalam ia sudah tidak sabar untuk bisa kembali berinteraksi dengan anak-anak polos yang selalu membuatnya merasa di butuhkan. Setelah sholat subuh Aisyah membeli sarapan di sebuah warung nasi pecel rekomendasi Shania yang letaknya tidak jauh dari rumah kontrakannya. Untuk sementara waktu Shania di perintahkan untuk menemani Aisyah selama guru cantik itu beradaptasi dengan tempat barunya. Rumah kontrakan yang di tempati Aisyah letaknya lumayan dekat dengan sekolah. Ia hanya perlu berjalan kaki sekitar sepuluh menit sampai lima belas menit untuk sampai di sekolah. "Sudah selesai? Ayo cepat!" Shania berjalan keluar sembari tangannya sibuk mengetik pesan di ponselnya. "Kita harus cepat sampai di sekolah sebelum Angga sampai duluan," ajaknya sambil menggandeng tangan Aisyah yang sudah menunggunya sejak lima menit yang lalu di teras rumah. berjalan keluar. "Apa?" Aisyah melongo melihat sikap teman
Read more
Semua tempat itu sama.
"Masa sih?" . "Iya, katanya ia terlibat sebuah skandal yang memalukan sampai akhirnya dia di mutasi kesini." "Astaghfirullah,,," Shania berjalan mendekati dua guru senior yang sedang bergosip di depan koridor kelas. "Eh,,, bu Shania, Pak Angga," sapa salah satu guru dengan name tag Mila. "Maaf ya Bu Mila, ini sekolah tempat orang memberi ilmu dan mencari ilmu sangat tidak pantas jika dijadikan tempat bergosip hal-hal yang belum tentu kebenarannya," ujar Shania masih dengan senyum yang tersemat di wajahnya. "Apa sih, kita cuma ngobrol saja," bantah Mila membela diri. "Maaf Bu, tapi akan menjadi salah faham jika ad yang mendengar pembicaraan kalian. Padahal itu belum tentu benar. Dan sekalipun benar, itu bukan urusan kita. Ibu sendiri pasti tahu hukumnya orang menggunjing," Sahut Angga ikut berbicara. "Ya Alloh, aduh maaf kenapa saya jadi ngomongin orang," sesal Karina, guru yang tadi bergosip dengan Mila. "Maaf ya saya pulang duluan," Mila melirik kesal Shania yang tetap memasan
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status