All Chapters of Talak Setelah Fitnah: Chapter 21 - Chapter 30
145 Chapters
Memastikan perasaan.
"Kamu sudah benar-benar yakin ingin menemuinya?" Anton berjalan masuk ke dalam kamar Andaru. "Iya," jawab Andaru menoleh sebentar lalu kembali sibuk memasukkan pakaian dan barang-barang pribadinya ke dalam ransel. Setelah berpikir panjang juga atas saran dari Anton, akhirnya Andaru memutuskan menemui Aisyah untuk memastikan rasa yang saat ini tumbuh di hatinya. Pria berusia 28 tahun itu ingin mencari jawaban dari rasa tidak tenang dan kegelisahan yang sudah beberapa bulan ini ia rasakan. Apakah ini murni rasa bersalah ataukah perasaan lain. Mungkinkah playboy seperti dirinya benar-benar merasakan jatuh cinta. "Ya semoga kamu bisa menemukan jawabannya. Dan setelah pulang dari sana, kamu tidak lagi seperti vampir yang wajahnya dipenuhi dengan kantong mata," ujar Anton sambil terkekeh lantas merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sembari menunggu temannya itu bersiap-siap. "Kamu yakin alamat yang kamu berikan itu benar?" tanya Andaru ingin memastikan Anton tidak salah memberi alam
Read more
Kejutan di sore hari
Aisyah pov. "Maaf," ucap laki-laki tampan yang duduk berhadapan denganku. Benar, aku akui wajahnya memang sangat tampan, tapi bukan berarti ia dapat seenaknya mengucapkan kata suka kepada wanita yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya. "Bukankah aku sudah memaafkan kamu saat kita bertemu di bandara beberapa bulan yang lalu. Kamu tidak perlu lagi meminta maaf." Aku kembali mengingatkan pertemuan kami beberapa bulan lalu di bandara. "Tapi kamu terus menghantuiku," katanya. Apa maksudnya? Aku tercengang mendengar kata-katanya. Apa laki-laki ini sedang mabuk? Sepertinya otaknya sedang bermasalah karena itu omongannya melantur kemana-mana. Aku masih hidup bagaimana bisa aku menghantuinya. "Kamu pasti berpikir aku seperti orang tidak waras,?" sambungnya dengan tatapan yang entah apa artinya. Aku sama sekali tidak bisa mengartikan arti tatapan matanya."Iya." Tanpa basa-basi aku menjawab jujur sesuai apa yang aku pikirkan. Kulihat dia menghela nafas panjang lalu kembali berbicara, "S
Read more
Setelah dua tahun.
Derrrrtt.... Suara ponsel milik Arka bergetar. Nampak sebuah panggilan suara dan beberapa pesan dari nomer yang sama. "Angkatlah dulu ponselmu! Sepertinya penting," ujar Radit teman kerja sekaligus sahabat Arka sejak masih kuliah. Belum ada sepuluh menit sejak Radit masuk ke ruang kerja temannya itu, sudah lebih dari tiga kali panggilan suara dari nomer yang sama yaitu nomer telfon dengan nama kontak 'Mama Maya'. "Sudah tidak usah kamu perdulikan," jawab Arka tanpa mengalihkan fokusnya dari kertas-kertas yang ada di atas meja kerjanya. "Kamu masih belum mau pulang ke rumah?" tanya Radit menatap Arka yang nampak sibuk. Arka hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Masih dengan posisi yang sama yaitu sibuk memeriksa beberapa dokumen dan membubuhkan tanda tangan di beberapa kertas penting itu. "Ini sudah dua tahun sejak perceraianmu dengan guru SD itu. Sepertinya keinginan Mamamu bukan hal yang aneh jika melihat kedekatan kamu dan Maharani," tutur Radit sambil membolak-balikk
Read more
Keputusan Arka.
"Aku tidak suka Mama membuat keributan di kantorku," ujar Arka pelan namun penuh penekanan. Terlihat sekali jika dia sedang marah dan tidak aula dengan sikap Maya."Mama datang ke kantor karena kamu tidak membalas pesan dari Mama. Kamu juga tidak mau mengangkat telfon Mama," ungkap Maya membela diri. "Tapi tidak dengan memaksa masuk ke tempat kerja aku." Arka menatap mamanya kesal. Satu jam yang lalu Maya menerobos masuk ke ruang kerja Arka. Sambil marah-marah Maya mengomeli putra tirinya itu. Sehingga membuat Arka malu karena menjadi bahan tontonan anak buah dan rekan-rekan kerjanya. Tanpa banyak bicara Arka langsung membawa ibu tirinya itu keluar dari kantor. Dan sekarang disinilah mereka, di ruang tamu rumah papanya. "Kalau Mama tidak memaksa masuk ke kantormu, kamu pasti tidak mau menemui Mama.""Mama tahu alasan," jawab Arka singkat. Mantan suami Aisyah ini memang pendiam dan irit bicara. "Memangnya apa salah Mama?" sungut Maya kesal. "Mama hanya,..." "Ma," sela Mahendra a
Read more
Bertemu kembali.
"Jangan bercanda kamu!" Aisyah meninggikan suaranya. "Kembalilah ke Jakarta dan jangan pernah kembali kesini!" sambungnya mengusir Andaru. Aisyah sudah tidak lagi bisa menahan emosinya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pria tampan di depannya itu. Sudah di maafkan masih saja mengusiknya, apa dipikir Aisyah tidak bisa marah?Shania dibuat kaget melihat sikap rekan kerjanya itu. Selama hampir dua tahun Shania mengenal Aisyah tidak pernah sekalipun melihatnya se-marah ini. "Ai, jangan kayak gitu! Kamu gak kasihan, dia jauh-jauh dari Jakarta hanya ingin bertemu denganmu." Shania menarik lengan Aisyah. "Ck, Kamu diam dulu," ujar Aisyah sambil melepaskan tangan Shania dari lengannya. "Gak papa, kamu boleh memaki dan mengumpat padaku. Aku pantas menerimanya," sahut Andaru masih dengan senyum yang tak lepas dari wajah tampannya. Aisyah menghembuskan nafas kasar, kesabarannya emosinya sudah mencapai ubun-ubun. Entah kenapa ia tidak bisa menghadapi laki-laki di depannya ini dengan ten
Read more
Terkejut.
"Ai, kamu kenapa??" pekik Shania sambil menggedor pintu toilet "Lama banget di toilet? Apa kamu sakit?" sambungnya khawatir.Aisyah tiba-tiba izin ke kamar mandi saat menyambut tamu dari diknas dan perwakilan dari perusahaan kontruksi yang akan membangun sekolah menengah atas di lahan kosong depan sekolah mereka. Setelah hampir satu jam namun Aisyah belum juga kembali. Karena khawatir Shania menyusul untuk memastikan keadaan rekan kerjanya itu. "Aisyah, buka pintunya!""Iya sebentar," sahut Aisyah dari dalam kamar mandi. Jari tangannya saling meremas sambil mondar-mandir di dalam ruangan sempit itu. Tak ketinggalan wajah pucat dengan tangan dan kaki yang gemetaran. "Astaga apa yang harus aku lakukan?" gumamnya ketakutan. Waktu dua tahun belum cukup membuatnya siap untuk kembali berhadapan dengan Arkana Mahendda, mantan suaminya itu. Aisyah takut jika Arka akan kembali mengoyak kembali kehidupannya yang sudah tenang di kota kecil ini. Baru juga dua tahun, ia merasakan ketenangan s
Read more
Sindiran pedas.
Ting, Ting, Ting.. Bel sekolah berbunyi tepat pukul 12 siang. "Ok, pelajaran untuk hari ini cukup sampai di sini," ucap Aisyah mengakhiri pembelajaran untuk hari ini. "Untuk Zahira dan Reyhan jangan lupa pelajari soal-soal yang ibu kasih untuk latihan olympiade bulan depan." Sambungnya mengingatkan dua siswanya. "Baik Bu Ai," sahut siswa-siswi kompak. Sejak Aisyah mengajar di SD Kendalsari sudah lebih dari sepuluh piala dan mendali yang di dapatkan anak didiknya dari berbagai olympiade sains dan sastra. Aisyah tak segan mengeluarkan uang pribadinya untuk biaya pendaftaran dan membeli peralatan siswa-siswinya untuk mengikuti olympiade dan lomba-lomba karya sastra. Wanita berumur 24 tahun itu benar-benar mendedikasikan dirinya untuk mendukung siswa-siswinya dalam berbagai bidang.Kepala sekolah sangat bangga sekaligus salut dengan semangat Aisyah yang tanpa kenal lelah membuat sekolah Kendalsari yang dulunya sepi peminat sekarang menjadi sekolah favorit. Dan itu merupakan kebanggaan
Read more
Ayo berteman,!!
Dengan penuh kekesalan Aisyah berjalan menyusuri jalan sendirian. Sesekali ia menghela nafas panjang sat kembali teringat sindiran pedas mantan suaminya beberapa menit yang lalu. Di selingkuhi? Apa Arka sudah hilang ingatan? Dia sendiri yang selingkuh bisa-bisa menyindir dirinya yang selingkuh, pikir Aisyah.Kedua tangan ibu guru itu mengepal kuat di kedua sisi tubuhnya sebagai pelampiasan emosi yang sudah terasa sampai di ubun-ubun. Di ujung jalan nampak seorang pria tampan berdiri sambil menendang krikil yang ada di sekitar kakinya. Pria itu adalah Andaru Pradipta Reksa. Ia sedang menunggu pujaan hatinya dengan sebatang coklat di tangan kanannyaSebuah senyum terbit dari wajah tampan Andaru saat ia mendongakkan kepalanya, nampak Aisyah berjalan dari arah berlawanan. Hatinya langsung berbunga-bunga setelah melihat wanita yang sudah sangat di rindukannya dari seminggu yang lalu itu berjalan ke arahnya. Namun senyum itu segera sirna ketika Andaru menyadari jika wajah cantik itu nampa
Read more
Perlahan lebih dekat.
Sudah hampir lima menit tapi Aisyah masih belum juga menyambut uluran tangan Andaru. Matanya menatap dalam pada mata tajam milik Andaru. Ada rasa ragu yang masih mengganjal di hatinya untuk menerima ajakan pertemanan dari pria yang secara tidak langsung menjadi penyebab kekacauan di hidupnya dua tahun lalu. "Apakah menjadi temanmu aku juga tidak pantas?" tanya Andaru masih dengan mengulurkan tangannya. Ia tidak akan menyerah, jika kali ini Aisyah menolak ia akan mencoba besok dan besoknya lagi. Aisyah menghela nafas sepenuh dada, tatapan matanya beralih pada tangan Andaru. 'Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Siapalah aku, hingga pantas menilai ketulusan orang.' Suara hati Aisyah. "Baiklah." Aisyah menjabat tangan Andaru. "Dengan satu syarat,""Apa?" sahut Andaru cepat dengan wajah berbinar. "Jangan lagi mengatakan kamu tidak pantas, karena kita sama. Aku juga memiliki banyak dosa." "Siap laksanakan!" Andaru meletakkan telapak tangannya di keningnya. "Kalau kamu ingin
Read more
Habis kesabaran
Aisyah baru selesai sholat magrib ketika terdengar pintu pagar besi rumahnya berbunyi. Teng... Teng... Teng.... Dengan kening yang berkerut Aisyah mengintip dari balik tirai jendela ruang tamu. Nampak sesosok pria yang tidak terlalu jelas wajahnya dikarenakan suasana yang gelap. Sore tadi Aisyah lupa untuk menyalakan lampu teras rumahnya. "Siapa sih yang datang magrib-magrib begini? Gak ada mengucap salam, orang apa bukan ya?" gumam Aisyah menyalakan lampu teras lantas membuka pintu rumah. Matanya menyipit, "Mas Arka?" ucapnya memastikan jika penglihatannya tidak salah. "Ya, buka pintunya!" suruh Arka dengan wajah dingin dan rahang mengeras. Aisyah tak bergerak, dari wajah Arka terlihat jika kedatangannya tidak dengan disertai niat baik. Ada firasat buruk muncul di hatinya setelah melihat wajah dingin dan tak bersahabat dari mantan suaminya itu sehingga membuat Aisyah ragu untuk membuka pintu pagar rumahnya. "Aku bilang buka pintunya!" sentak Arka dengan wajah garang yang sonta
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status