All Chapters of WANITA YANG MERINDUKAN SURGA : Chapter 11 - Chapter 20
67 Chapters
Dua Tahun Saja
Dengan tubuh berpeluh, Pak Bagas mengurai penyatuan tubuh kami. Lelaki itu menghempaskan tubuhnya ke sampingku setelah mendapatkan kepuasan. Segera kuraih selimuti putih untuk menutupi tubuhku yang terbuka. "Sudah berapa laki-laki yang meniduri dirimu?" Tanya Pak Bagas datar. Pertanyaan yang tidak pernah aku sangka akan keluar dari mulutnya. Aku menghela nafas untuk menekan perasaanku. Seharusnya dia tidak menanyakan hal itu bukan, wanita yang bisa ditiduri sebagai wanita bayaran tentu saja bukan seorang wanita perawan. "Apa bapak perlu tahu soal itu?" Aku balik bertanya sambil menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. "Tentu saja, aku mengeluarkan uang untukmu dan akan membayar mahal tubuhmu. Aku tidak ingin kamu membawa penyakit untukku." Ucapannya lagi-lagi menggores hatiku. "Saya memang bukan seorang perawan pak, tapi saya pastikan tidak akan menularkan penyakit buat bapak." Selama aku berhubungan dengan Alex, aku selalu memeriksakan kesehatan reproduksiku dan aku tida
Read more
Didatangi Istri
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, Pak Bagas menyuruhku untuk ke kafe lebih pagi jadi aku harus bergegas pergi ke tempat kerjaku itu. Kafe buka jam setengah sembilan, jadi setidaknya harus datang satu jam sebelum itu. Perjalanan dari kosan ke kafe sekitar satu jam jika tidak macet. Kalau pergi pagi-pagi begini dipastikan kemacetan belum terjadi. Tepat jam setengah enam, aku sudah berada di halte busway. Menunggu bus yang di dominasi warna yang menuju kearah tempatku bekerja. Seperti yang diperkirakan, tidak ada kemacetan di jalan sehingga aku cepat sampai tujuan. Tidak sampai satu jam perjalanan aku sudah sampai di kafe. Papan yang bertuliskan close masih terpampang di pintu masuk karena memang belum waktunya buka. Aku dorong begitu saja pintu tersebut, kupikir karyawan yang biasa bersih-bersih dan beres-beres sudah datang terlebih dahulu. Ponselku berdering saat baru melangkahkan kakiku ke dalam tempatku bekerja itu. Sebuah panggilan telepon dari Nayla. "Ada apa Nay?" tanyaku beg
Read more
Ketahuan?
"Kenapa hah?!" Bentaknya."Kamu tidak mau, meskipun kafe ini milik Suamiku tapi aku yang berkuasa disini. Jika kamu tidak mau mengikut kemauanku, maka aku yang akan memecatmu sekarang juga." Ancaman bertubi-tubi keluar dari mulut wanita cantik yang ada di hadapanku itu. "Bukan begitu, Ibu. Saya hanya takut ketahuan sama Bapak Bagas. Saya tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman memata-matai orang," jawabku beralasan."Pilih dipecat atau mengikuti mauku!"Wanita ini begitu dominan, tapi kok bisa hamil dan ditinggal sama kekasihnya. Lalu apa Pak Bagas terlihat kurang kasih sayang karena Istrinya se-galak ini. Apakah wanita ini galak juga pada suaminya. "Kenapa malah bengong, jawab!" "I-iya Bu, saya pikirkan dulu ya," jawabku pasrah. Aku akan mengatakan ini pada Pak Bagas, meminta pendapatnya. "Tulis nomer handphonemu disini," titahnya sambil menyodorkan smartphone miliknya. Dengan enggan aku merima telepon pintar yang terlihat mahal itu dan mengetik nomerku disana. "Saya simpan
Read more
Ayo Kita Akhiri
Aku langsung tertawa kecil mendengar tuduhan dari ibu Ayudia tawa yang sejatinya untuk menutupi kegugupanku."Coba Ibu perhatikan tampang saya apakah saya ini terlihat seperti wanita yang menarik perhatian Pak Bagas," ucapku berpose tegak di hadapan istri atasanku tersebut.Wanita itu menatap ke arahku dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Sepertinya meragukan sih," pungkasnya.Ada sedikit rasa lega dalam hatiku mungkin saja kali ini aku akan bisa lolos dari tuduhannya. Sehari-hari aku memang selalu memakai celana panjang dengan model itu-itu saja hanya warnanya saja yang berubah-ubah. Kemudian untuk atasan, hanya memakai kemeja, tunik atau kaos panjang. Jika dilihat memang aku ini kurang menarik dan biasa saja. Baju yang aku kenakan juga bukan baju-baju yang bermerek, seringkali aku membelinya secara online. Selain itu rambutku hanya aku kuncir kuda setiap harinya. Tidak layak disebut sebagai wanita yang banyak uang karena dibooking oleh laki-laki.Gajiku, aku pakai untuk makan sep
Read more
Merencanakan Liburan
Kami berkendara dalam diam, aku dengan pikiranku dan Pak Bagas dengan pikirannya. Diri ini tidak berani lagi mengatakan hal yang sama tentang keinginan mengakhiri hubungan ini. Mobil yang dikendarai oleh Pak Bagas berhenti di sebuah parkiran taman kota. Taman kota yang buka hingga malam hari, apalagi dimalam Minggu taman ini akan semakin ramai. Pria disampingku ini seperti tidak berniat untuk turun, dia hanya duduk diam di dalam mobilnya. Aku pun memilih diam menunggu apa yang hendak dilakukan atasanku itu ditempat ini. "Apa kamu ingin mengakhiri hubungan ini karena kamu sudah tidak membutuhkan aku lagi, terutama uangku," ucapnya memecah keheningan sekaligus menghujamkan rasa sakit di dadaku.Aku tahu seharusnya tidak sakit dengan perkataannya, toh dari awal memang hubungan kami dimulai dengan aku yang membutuhkannya uang. Jadi wajar saja jika pria itu menganggapnya begitu. "Kenapa diam saja, jawablah Mentari. Kurang dari setahun lagi kamu sudah selesai kuliah kan, mungkin saat ini
Read more
Jangan Mencariku
Aku hendak kabur masuk kembali kedalam kamar namun wanita itu dengan cekatan menarik rambutku. Aku memekik kesakitan dan mengikuti arah langkahnya. "Bu, tolong jangan seperti ini. Kita bisa bicara baik-baik." Aku berusaha untuk membujuknya."Wanita sepertimu tidak pantas diajak bicara baik-baik," geramnya. Istri Pak Bagas terus menarik rambutku sepanjang koridor kamar. Entah hendak dibawa kemana aku sekarang. "Bu, tolong lepaskan saya. Ibu akan membuat malu diri ibu sendiri dengan berbuat seperti ini." Dengan menahan rasa sakit dirambut, aku masih berusaha membujuknya. "Aku yang akan mempermalukan dirimu, bukan aku yang akan malu." Pikiranku langsung kemana-mana apa dia akan membawaku ke tempat keramaian dan mempermalukan diriku dihadapan banyak orang. Aku semakin kalut memikirkan hal itu. "Maaf Bu, jangan membuat keributan disini." Suara seorang laki-laki melerai kami. "Aku tidak membuat keributan, wanita ini harus diberi pelajaran," sahut Bu Ayu dengan keras. "Ibu terlihat c
Read more
Orang Lain Tak akan Memilikimu
Sesampainya di ibukota, aku langsung ke kosan baru. Nayla, temanku yang baik hati itu sudah memindahkan barang-barang milikku yang tidak seberapa ke tempat yang baru."Kenapa pindah sih, kamu sudah bosan tinggal dekat denganku?" Tanya Nayla begitu kami selesai berkemas. Saat ini kami sedang duduk bersantai sambil menikmati makan siang di lantai kosan. "Tidak Nay, aku menghindari Pak Bagas, aku sudah memutuskan hubungan dengannya dan tidak juga bekerja di cafe nya." "Kenapa?""Kamu lihat ini?" tanyaku sambil menunjukkan bekas luka di bibirku yang sudah mulai sembuh. "Ah iya, aku baru mau bertanya. Pulang liburan kok kayak habis dianiya, pria itu yang melakukannya?" "Bukan, tapi istrinya," jawabku singkat.Nayla menutup mulutnya dengan telapak tangan, sepertinya dia shock dengan apa yang aku katakan. "Kok bisa, bagaimana kejadiannya?" "Sebenarnya wanita itu sudah menyadap ponsel suaminya, tapi sepertinya kami berdua sama-sama bod0h, atau mungkin lagi apes. Jadi gitu deh, aku keta
Read more
Satu Mimpiku Terwujud
"Yaa ampun Ri, kenapa baru datang? aku pikir tidak jadi kesini. Mana aku telpon juga tidak diangkat-angkat," cerocos Nayla begitu aku sampai di kamar kosannya. "Aku diculik," jawabku asal. "Hah?! diculik bagaimana?""Tadi saat aku sampai didekat sini, tiba-tiba ada mobil Pak Bagaskara. Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya disini. Lalu dia memaksaku untuk pergi bersamanya, bahkan dia hampir memaksaku melayaninya," tuturku panjang lebar. "Kok bisa sih, bukannya kalian sudah putus hubungan. Kenapa dia masih memaksamu." "Aku meninggalkannya begitu saja saat di Jogja dulu, Nay. Dia sendiri yang mengatakan jika setelah berlibur disana kami akan berpisah, makanya aku pergi dan meninggalkan dirinya di hotel begitu saja saat itu. Aku tidak ingin lagi dia mencegahku dan menggangguku. Makanya itu juga aku pindah kos-kosan." "Terus tadi ngapain dia membawamu?""Dia bilang merindukan diriku, dia tidak bisa kehilangan aku. Lelaki itu ingin aku bersamanya, Nay." Terdengar helaan nafas da
Read more
Pria yang Mengagumi
"Hai Mentari, mau bareng?" Sapa sebuah suara saat aku melangkahkan di trotoar menuju halte busway."Eh mas Rayyan, saya biasa naik busway, mas. Terimakasih," sahutku sambil tersenyum. Pria yang menyapaku adalah Staff HRD yang waktu itu menghubungiku untuk kembali bekerja di kantor ini. Sehari-hari dia mengendarai motor untuk pulang dan pergi ke kantor. Pria itu terus mengikuti diriku yang berjalan kaki dengan menjalankan motornya secara perlahan."Ayolah, Mentari. Kita searah kok," ucapnya lagi."Darimana mas Ray tahu jika kita searah?" tanyaku sambil menghentikan langkah."Aku beberapa kali melihatmu di dalam bus yang tujuannya ke arah kosanku. Jadi aku pikir kita searah, untuk memastikan lebih baik kita jalan bersama." "Berarti belum pasti searah. Lebih baik mas Ray jalan duluan daripada harus mengantarkanku terlebih dahulu," ucapku sambil tersenyum. Aku kembali melangkah menuju ke halte, tidak ingin merepotkan orang lain. Namun lelaki yang usianya tidak jauh beda denganku itu te
Read more
Bolehkah Aku Mengenalmu
Siang ini seperti biasanya aku dan Mbak Aira akan menghabiskan waktu bersama dengan salat dan makan. Mas Rayyan masih suka mengajakku pulang pergi bersama meskipun aku berusaha menghindarinya sebisa mungkin. Jujur saja aku tidak percaya diri jika harus dekat dengan laki-laki itu. "Boleh duduk disini," sapa seseorang laki-laki. Aku dan Mbak Aira yang sedang asyik menyantap makanan siang, refleks mendongak dan menatap kearah sumber suara. "Boleh dong Ray, duduklah," ucap Mbak Aira mempersilahkan pria itu duduk diantara kami. Setelah mengucapkan terima kasih, mas Rayyan duduk diantara kami berdua. Dia juga sudah membawa sepiring nasi berserta lauknya dengan lengkap. "Kalian sering pulang pergi bersama?" tanya mbak Aira memecah keheningan diantara kami. "Kalau ada kesempatan saja sih mbak? Mentari sepertinya selalu berusaha menghindari saya," jawab Mas Rayyan sambil menatapku. "Tidak mas, kadang saya memang harus pulang terlambat dan berangkat lebih pagi," sahutku beralasan. "Mema
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status