All Chapters of WANITA YANG MERINDUKAN SURGA : Chapter 51 - Chapter 60
67 Chapters
Rencana
"Aku rindu," bisik Mas Bagas di telingaku. Saat aku sedang memijit pinggangnya tiba-tiba saja dia berbalik dan menatap sendu padaku. Menarik tubuhku hingga aku terjatuh di atas dadanya dan lalu dia membisikkan kalimat kata itu. Rasa yang sama seperti yang aku rasakan, aku juga rindu padanya meskipun rasa kecewa dan marah juga menguasai hati. Apa lagi dengan semua yang sudah dilakukan hari ini di kantor, lalu fakta tentang ibu yang ada di rumah ini. Juga bagaimana ibu terlihat perhatian pada Mas Bagas, tentu saja membuatku diam-diam luluh juga. "Jangan macam-macam yaa mas! aku belum sepenuhnya memaafkanmu. Aku ini wanita pendendam, kau tahu." Aku berkata sambil menarik tubuhku dari atas dadanya yang terbuka. Tidak bisa aku pungkiri jika tubuhku juga menginginkan dekapannya, tapi aku sedang berhalangan. Tidak mungkin kan jika sampai kebablasan. Begitulah wanita, padahal tubuh dan hatinya ingin namun kadang mulutnya berucap lain."Iya, maaf," sahutnya dengan nada memelas. "Tapi mas
Read more
Pulang Kampung
"Jangan apa, sayang? tanya Mas Bagas sambil mengecup keningku, lalu merebahkan tubuhnya di sampingku. "Kamu mikir apa hayo? Aku kan hanya mau mengajakmu tidur di ranjang," ledeknya. Mas Bagas memiringkan tubuhnya menghadap padaku, bukan salahku jika aku berpikir yang macam-macam. Bagaimana tidak, dia memperlakukan diriku seperti itu tadi. "Kamu kan lagi berhalangan, masa mau melakukan itu. Dasar mesum," ledeknya lagi, kali ini jarinya menjentik jidatku. "Enak saja bilang aku mesum. Kamu itu yang mesum, Mas," sahutku tak mau kalah. Melihatku yang tidak mau mengalah, Mas Bagas hanya diam dan tersenyum padaku. "Kenapa senyum-senyum?" tanyaku galak."I love you," sahutnya. Kali ini aku yang salah tingkah, bukannya mendebatku malah mengatakan cinta. Akhirnya aku memilih diam dan memejamkan mata. "Tidurlah, besok kita harus menelpon kedua orang tuaku dan bersiap-siap pulang ke kampung." Mas Bagas berkata sambil mendekapku dalam pelukannya.Akhirnya kami tidur bersama lagi setelah be
Read more
Pertemuan Suami dan Mantan Ayah Tiri
"Gak enak sama Ibu dan Bulek, Mas. Masa pagi-pagi dikamar terus," ucapku sembari berjalan mundur menjauhi Mas Bagas. "Bilang aja mau istirahat, kan capek setelah menyetir semalaman. Pasti mereka mengerti, tenang saja," sahut Mas Bagas, langkah kakinya semakin mendekat padaku. "Tapi kan tadi suruh sarapan dulu sebelum istirahat," ujarku beralasan. "Istirahat dulu baru sarapan, biar makannya tambah banyak," timpalnya tidak mau kalah. "Tok ... tok, tok! Nduk, mau sarapan apa jadi jalan-jalan dulu." Ketukan pintu dan panggilan dari Ibu membuat langkah Mas Bagas yang kian dekat denganku terhenti. "Mau jalan-jalan dulu, Bu!" Sahutku berteriak. Aku menjulurkan lidah untuk meledek suamiku, lantas berjalan menuju ke arah pintu. "Awas nanti kamu ya," bisik Mas Bagas saat aku melewatinya.Aku segera membuka pintu kamar dan terlihat Ibu sudah berada di depan pintu kamar kami."Kalau jalan-jalan nggak usah lama-lama, cepat pulang, sarapan terus kalau mau istirahat saja. Soalnya hari ini aka
Read more
Pesan Pria Tua
Hingga jam sebelas malam, Mas Bagas tak kunjung kembali ke kamar. Aku mulai mengantuk dan sekaligus gelisah, apa saja yang mereka bicarakan hingga selarut ini. Kenapa juga Ibu tidak berusaha memanggil menantunya itu.Dalam kegelisahan, akhirnya aku tertidur juga setelah sebelumnya mengganti lampu kamar dengan lampu tidur yang lebih redup. Apalagi dalam perjalanan kami kemarin aku juga tidak tidur, sampai di rumah hanya tidur sebentar saat siang hari, lalu malam acara langsung diadakan. Tentu saja membuat tubuhku meminta haknya untuk beristirahat. ***Sebuah kecupan kurasakan di pundakku, di sertai hembusan nafas menerpa leherku. Apakah aku mulai bermimpi buruk lagi, mimpi yang kadang suka menganggu tiduriku. Mimpi digagahi oleh suami ibuku. Kali ini aku tidak akan membiarkan dia menyentuhku dalam mimpi sekalipun. Aku mendorong dengan kuat tubuh yang ada disampingku. "Bruukk! Aduh!" Suara benturan dan teriakan itu begitu nyata menyapa indera pendengaranku. Bahkan aku mengenali suar
Read more
Nayla Kecewa
Kami menghabiskan waktu cutiku dikampung halamanku. Mas Bagas menemaniku mengulang memori-memori indah dan menghapus memori buruk tentang tanah kelahiranku ini. Pergi ke sekolah tempatku belajar dulu, walaupun hanya berhenti pinggir jalannya tanpa keluar dari mobil. Melihat siswa siswi yang berseragam putih abu-abu dari kejauhan, menikmati tawa mereka bersama teman-temannya. Tawa yang tidak aku dapati pada diriku di tahun-tahun terakhir sekolah karena masalah dirumah yang menimpaku. Pergi ke sawah melihat orang yang memanen padi, hanya sekedar untuk ikut merasakan sarapan di saung bersama para petani. Makan diantara hamparan padi yang menguning sambil menikmati aroma batang padi yang ditebang. Memberikan perhatian-perhatian kecil padaku selama di kampung halaman, seakan-akan memberitahu pada tetangga jika kami menikah secara wajar, bukan karena sebuah kecelakaan atau hamil duluan. "Berapa lama Mas Bagas mengenal Mentari sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah?" tanya Mbak Yuni,
Read more
Aku Rindu
"Maafkan aku Nay, semua terjadi dengan sangat cepat. Bahkan aku tidak tahu kenapa bisa seperti ini. Waktu kami pergi bersama itulah terjadinya pernikahan kami. Pernikahan yang tidak kami duga sebelumnya." Aku menceritakan semuanya pada sahabatku itu. Bagaimana bisa kami menikah, lalu akhirnya memutuskan pulang kampung. Tapi aku tidak menceritakan jika Mas Bagas pernah mengabaikan diriku. "Maafkan aku, Nay. Aku tidak bermaksud untuk tidak mengingat dan tidak menganggapmu saat aku bahagia," ucapku mengakhiri ceritaku. Nayla menatap kearahku, diam tidak berkata apa-apa. Aku menatap sekilas padanya lalu menunduk karena rasa bersalah. Tiba-tiba tawa Nayla pecah, memenuhi ruangan kamarnya yang tidak begitu lebar. Aku sampai kebingungan dengannya, tadi marah sekarang malah ketawa-tawa. "Yaa ampun, Ri. Kamu lucu banget kalau ketakutan dan merasa bersalah seperti itu. Aku hanya bercanda, mana mungkin aku akan marah dan membencimu. Aku memang kecewa, tapi untuk marah tidak bisa. Aku ikut s
Read more
Bukan Malam Pertama
"Mentari ... Sayang," Panggilan dari Mas Bagas menarikku ke alam nyata.Ah, ternyata tadi aku hanya menghayal saat duduk dipangkuan Mas Bagas dan menggodanya. Mungkinkah suatu saat nanti aku akan berbuat seagresif itu pada suamiku. Mungkin bisa kucoba juga sepertinya. "Ada-ada saja kamu ini Mentari," ucapku dalam hati.Posisiku masih di tengah ruangan tepat di mana tadi aku memikirkan adegan percintaan yang terjadi pertama kali di tempat ini."Kamu melamun?" tanya Mas Bagas menghampiriku. "Hanya mengingat hal-hal yang pernah terjadi disini." "Apa yang paling kamu ingat? Apa saat kita bercinta disini?" tanyanya sambil memelukku dari belakang, menyandarkan dagunya di bahuku.Ah, tahu saja suamiku ini apa yang aku pikirkan. Tapi tentu saja aku tidak akan mengakuinya, walaupun aku lama-lama aku juga bucin padanya tapi tidak akan kutampakkan begitu saja. "Ayo pulang, Mas. Sudah malam nih," ucapku mengalihkan perhatiannya. "Apa kamu tidak rindu padaku? Maksudku, beberapa hari ini kita
Read more
Teman Suami
Sejak saat itu, mas Bagas terus mengajakku dan mengajariku cara mengelola usahanya. Entah kenapa suamiku itu melakukan hal ini. Apa ini agar aku suatu saat nanti berhenti bekerja dan mengikutinya menjalankan usahanya ini, bisa jadi seperti itu. "Apa kamu ingat jalanan ini?" tanyanya. Hari ini tanggal merah berbarengan dengan weekend, jadi aku libur kerja lumayan lama. Lalu mas Bagas mengajakku untuk pergi keluar kota. "Jalanan yang kita lewati saat pertama kali kita pergi keluar kota," jawabku."Memangnya kita mau kemana?" tanyaku lagi. "Dulu kan kita pergi karena mas ada urusan bisnis, ngecek usaha cafe yang ada di kota itu. Saat ini tempat itu masih milikku, aku akan membawamu kesana. Kamu harus tahu juga tempat itu, tempat itu masih menjadi milikku meskipun aku berpisah dengan Ayu karena usaha itu atas namaku. Aku yang membukanya setelah menikah dengannya dulu," tutur Mas Bagas panjang lebar."Mas, untuk apa sih aku harus tahu segalanya tentang bisnismu. Kamu ingin aku berhenti
Read more
Pelecehan
Pak Galang semakin dekat denganku. Dan seperti kebanyakan lelaki jika menginginkan wanita dengan paksa, dia akan menarik tangannya dan memeluknya. Saat hal itu dilakukan pria itu padaku, dengan refleks yang aku pelajari, kubanting saja tubuhnya yang lebih besar dari badanku. Sepertinya hal yang aku pelajari selama ini memang sangat berguna untuk membela diri, tidak sia-sia aku meluangkan waktu dan uang untuk mempelajarinya. Lelaki dengan kemeja berwarna merah maroon itu terlihat terkejut dengan posisi masih telentang. "Wow, aku tidak menduga kamu bisa melakukannya. Tapi sepertinya ini akan jauh lebih menyenangkan, daripada wanita yang hanya menangis dan pasrah, aku lebih suka wanita yang melawan. Apa kamu juga sekuat itu di ranjang," ucapnya sambil berdiri. "Tadi aku memang tidak siap dengan apa yang akan kamu lakukan karena kupikir kamu seperti wanita pada umumnya. Sepertinya kamu tidak tahu jika menjadi asisten dan supir pribadi tuan Alex itu harus memiliki skill bela diri juga
Read more
Kekhawatiran
POV BagaskaraSiang itu setelah makan siang, aku dan Mentari langsung pergi ke cafe milikku yang di kelola oleh Galang, temanku. Sesampainya disana, Istriku itu pergi lagi ke hotel dengan alasan sakit perut dan mual. Padahal aku hendak mengenalkannya pada Galang. "Nyari siapa sih? kenapa panik begitu?" tanya Galang saat aku keluar lagi dari ruang kerjanya sambil menelpon Mentari dan mencarinya di luar cafe."Kamu lihat tadi wanita yang datang bersamaku? Dia balik lagi ke hotel karena sakit, aku ingin mengantarkannya terlebih dahulu tapi ternyata dia sudah naik taksi," tuturku panjang lebar. "Sudahlah, dia sudah naik taksi. Lagian kan bukan anak kecil, pasti sampai dengan selamat. Banyak yang harus kamu periksa di dalam sana, udah lama banget kamu gak datang kesini," sela Galang.Aku membenarkan perkataan temanku itu, lagi pula Mentari bilang, aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Setelah kembali lagi kedalam ruang kerja Galang, temanku itu langsung memberikan setumpuk file yang katany
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status