Semua Bab Kujual Suamiku di Status Facebook: Bab 21 - Bab 30
95 Bab
Menyelidiki Adam
Bumi benar-benar mencintaiku? kenapa kata-katanya begitu dalam. Seolah-olah mengekspresikan perasaannya yang mendalam untukku. hatiku tersayat ngilu. Ada campuran rasa nyeri yang mengaduk-ngaduk isi hati ini. "Ra, sudahlah, jangan membuatku berpikir aneh-aneh. Mau Bumi mencintaiku atau tidak, kami tidak akan bersama lebih dari teman. Tentu, kamu tahu alasannya.""Ya, tahu, sih. Tapi, gua harap lu jangan gampang percaya sama Si Adam. Coba selidiki dulu.""Tentu, Ra. Aku bakal cari tahu. Ya, kamu sih, yang bakal aku minta tolong buat cari tahu kebenarannya.""Oke, siap Bu, Bos. Tapi kerjaan gua nambah banyak aja. Jangan lupa naik gaji.""Hahaha, siap sekretaris cantikku.""Oh, tentu gua emang cantik, hihi. Oh, iya, gua belum kenalan sama Dede bayi.""Dede bayi, kenalin nih, Tente Tiara yang cantiknya luar biasa. Di dunia dan di mana-mana.""Di dunia sampai neraka," celetukku sambil terkekeh. Tiara yang mengusap perutku berhenti. Lalu, memanyunkan bibirnya."Ih, Mira. Lu tega banget Ama
Baca selengkapnya
Sikap Manis Adam
"Maksud kamu apa, Mir?" Mas Adam malah balik bertanya. "Ko, malah balik nanya, Mas. Itu rekamannya, kenapa sempat-sempatnya di rekam.""Bukannya kamu yang suruh? aku bawa Diana ke sini buat menyelesaikan masalahnya kamu gak mau. Aku rekam sebagai bukti, malah dicurigai. Terus, aku harus gimana, Mir.""Hmmm."Aku jadi bingung sendiri. Tak tahu membedakan mana kebohongan dan kebenaran. Memang aku yang menyuruh demikian. Ya sudahlah, biar aku selidiki perlahan. Jangan mudah terpancing. Percuma saja menanyakan hal demikian pada Mas Adam. Dia pasti berkilah. Tak boleh bertindak bodoh dengan cara asal menuduh. Aku harus mengumpulkan bukti. Agar suamiku tidak mudah mengelak. "Sayang, sudahlah jangan curigaan terus. Kita fokus membesarkan anak kita saja. Mas hanya mencintaimu.""Oh.""Oh, doang?""Bodoamat. Udahlah, Mas, gak usah sok romantis. Sana, Mas tidur di sofa. Aku mau tidur di kasur.""Loh, kenapa Mas tidur di sofa, Sayang? Mas ingin memelukmu. Agar anak kita merasakan kasih sayang
Baca selengkapnya
Ngidam
POV Adam "Mas cepet, aku mau makan kerak telor."Diana merengek karena ngidam. Sialan. Cape sekali punya dua istri yang sama-sama sedang hamil muda. Tadi, baru saja mengabulkan keinginan Mira yang aneh-aneh. Sekarang, ada lagi. "Gak, bisa, Na. Mas harus masuk kerja. Hari ini gajian. Bisa habis aku kalau tidak masuk.""Lah, tadi katanya kamu pulang ke rumah istrimu?""Iya, cuman bawain dia makan, sama beliin dia mangga.""Tuh, pasti Si Mira juga lagi ngidam' kan? tapi, kamu mau nurutin. Kalau sama aku aja gak mau. Awas kamu, Mas. Kalau gak ikutin aku teror istrimu.""Terserah, kamu. Awas saja kalau macam-macam. Mira tahu tentang kebohongan kita, habislah riwayat kita. Aku gak bakal bisa memanjakan kamu lagi dengan uangnya.""Tapi, Mas-"Sambungan telepon aku matikan. Malas meladeni Si Diana. Makin ke sini, sikapnya makin menyebalkan saja. Dia tidak mengerti posisiku. Kalau sampai Mira tahu, pupus sudah harapanku bisa mendapatkan hartanya. Anakku juga jadi korban. Dia pasti menjauhiku
Baca selengkapnya
Bukti-bukti
"Coba jelaskan? kamu masih berhubungan dengan perempuan pelakor itu, hah?""Ti-tidak, Sayang. Kamu salah paham.""Halah, salah paham dari Hongkong. Beraninya kamu menipuku, Mas!" teriak Mira penuh emosi.Tampaknya emosi Mira semakin meningkat ketika hamil. Ditambah lagi, dia melihat foto itu. Sebelum hamil saja, amarahnya membeludak bagaikan kekuatan kobaran api yang muncul saat kebakaran."Arrgh, sakit ... perutku."Belum sempat aku menjawab dengan seribu alasan yang aku punya, Mira mendadak kesakitan. Dia terus memegangi perut. Dengan sigap, aku menopang tubuhnya yang hampir ambruk ke lantai."Sayang, kamu kenapa?" tanyaku panik."Pe-perutku, Mas. Sa-sakit sekali."Tanpa banyak tanya lagi, aku bergegas menggendong Mira menuju mobil. Menggunakan kecepatan di atas rata-rata, aku segera melarikan Mira ke rumah sakit. Panik, khawatir dan rasa takut berputar-putar di pikiranku. Kami melupakan sejenak tentang konflik yang terjadi. Bekerja sama supaya bisa memberikan pertolongan pertama u
Baca selengkapnya
Hamil Anggur
POV Mira "Gimana, enak tidak pijitan ibu?" tanya ibu mertuaku. "Enak, sering-sering, Bu.""Bisa-bisa, buat menantu kesayangan apa sih, yang enggan bisa."Aku hanya tersenyum miring mendengar perkataan ibu. Tentu saja dia mau bersikap manis seperti itu karena ada maunya. Toh, dalam perutku memang cucunya, wajar kalau dia memanjakanku. "Mi-mir ...."Dengan wajah gugup dan ketakutan, Mas Adam masuk ke kamar. Dia memandang intens ke arahku. Aku hanya diam mengernyitkan dahi. Kenapa dia seperti orang kesetanan?"Apa, Mas? Tiara sudah pulang?" Mas Adam mengaguk. Dia mendekatiku dengan wajah gugup."Kamu kenapa, Dam? kaya abis lihat setan aja.""Iya, Nih, Mas Adam. Mukanya udah kaya cucian yang lagi digiling di mesin cuci. Kacau .... hahaha.""Diam, Ela!" sentak Mas Adam. Pria itu semakin mendekatiku. Ada di sampingku. Wajahnya celingukan seoalah-olah sedang mencari sesuatu. Aku suka ekspresi gusar dari wajahnya. Hidupnya tampak tidak tenang. Begitulah kalau orang dipenuhi kebohongan. Ak
Baca selengkapnya
Terbongkar
"Tenanglah, Mir.""Tolong telepon kakak dan orang tuaku, Mas," perintahku dengan kondisi lemas. Aku butuh kehadiran mereka di tengah keterpurukan ini. Hatiku hancur lebur. Berterbangan bagai debu-debu di jalan. Namun, semua ini sudah garis takdir yang tertuliskan. Sekeras apapun pecutannya, aku harus kuat. Semesta tak akan mencoba hambanya melebihi batas kemampuan.Apa yang terjadi, pasti memang itu yang terbaik. Bukan berarti Gusti Allah membenciku, karena tidak mau mengamanahkan anak ini lebih lama denganku. Namun, pasti ada hikmah yang terselip di dalamnya. Allah tergantung pada prasangka hambanya. Aku tak mau berburuk sangka. Malah menambah pikiran semakin tak karuan. Bagaimanapun, sejujurnya aku ingin menyalahkan takdir. Akan tetapi, hati dan mulut terus mengucap istigfar. Supaya setan tidak bisa membisikan kemungkaran, yang nantinya malah jadi kerusakan pada hidupku. "Tenang, yah, Mir, kamu masih bisa punya anak lagi," ujar ibu mertuaku, mengelus kepala. Tidak aku tanggapi. T
Baca selengkapnya
Dipermalukan
"Mir, lu tenang dulu. Sekarang, pikirin kesehatan lu dulu. Baru deh, kasih pelajaran sama suami lu.""Aku udah sehat, Ra. Semua ini harus dibongkar secepatnya.""Kamu yakin, Mir?" tanya Mbak Rina."Iya, Mbak. Mamah dan Bapak harus tahu juga, gimana kelakuan menantunya. Setelah itu, baru Mira urus semuanya di pengadilan.""Apa kamu tidak akan menyesal dengan keputusanmu, Mir?""Apa yang harus disesali, Mbak. Seharusnya, kemarin Mas Adam menggunakan kehamilanku sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Mungkin, aku akan benar-benar memaafkannya. Nyatanya, dia masih berulah.""Baiklah kalau kamu sudah mantap.""Terus, lu mau gimana, Mir?""Aku mau Mas Adam mempertanggung jawabkan kebohongannya.""Mir, jangan kenceng-keceng ngomongnya. Nanti suami lu nguping. Dia tuh, udah curiga banget sama gua. Sampe pernah ngancem gua. Untung ada Bumi, jadi gua gak takut diancem-ancem suami lu.""Tenang saja, Mbak udah nyuruh Mas Hafidz jagain Si Adam. Gak bakal ada kesempatan buat dia nguping pembica
Baca selengkapnya
Pengadilan
"Arrgh, jangan pukuli anakku!" teriak ibu mertua. Menarik Mas Adam menjauh dari Bapak. "Pak, sudah, Pak," ucapku mengelus dada Bapak. Mas Hafidz dan ibu mertua berhasil melepaskan Mas Adam dari cengkraman Bapakku. Nafas bapak naik turun tak menentu. Wajahnya memerah bagai minyak panas yang menggolak-golak. "Pergi kau!" sentak bapak mengusir Mas Adam. Bapakku tipe pria pendiam. Tak suka mengumpat, tapi beginilah jika marah. Bukan kata yang dikeluar, langsung memberi pelajaran orang yang menyakiti putrinya.Air mataku menetes. Terharu dengan sikap bapak. Ada sedikit rasa tak enak. Sedih, membuat bapak harus emosi seperti ini. "Pak, tenang. Kita bicarakan dulu semuanya.""Pak, maafkan Adam, Pak. Adam terpaksa tidak menceraikan Diana, karena dia tengah hamil."Mas Adam memegangi kaki bapak. Dia menunjukan wajah penuh penderitaan. Memohon dan mengemis maaf di kaki bapakku."Astagfirulloh, jadi kamu sudah menikah dengan perempuan itu?" tanya Mamah makin syok."Maaf, Mah. Setelah anak i
Baca selengkapnya
Adam Kehabisan Akal
POV Adam "Aarrgh, Sialan!" Aku mengacak rambut frustasi. Sialan. Mira malah menghinaku dengan uang seratus ribu. Kalau tidak ingat butuh uang untuk beli kopi dan rokok, sudah aku buang uangnya. "Silakan duduk, kita akan mulai sesi mediasi."Hari ini, agendanya mediasi antara aku dan Mira. Semoga saja, aku bisa meluluhkan hatinya. Lagi-lagi aku kecolongan. Pasti semua ini karena Si Tiara. Mungkin, sahabat Mira juga dibantu si Bumi. Mereka memang selalu menggagalkan rencanaku saja. Padahal, aku sudah bermain rapi. Diana malah kecolongan. Perempuan itu memang keras kepala. Aku suruh dia hati-hati, atau pindah jauh dariku. Dia malah menolak, dan akhirnya kebohongan kami terbongkar. Kalau sudah begini, bingung harus bagaimana lagi? kehabisan akal untuk meluluhkan Mira. Dia perempuan sangat cerdik. Diamnya begitu menghanyutkan. Bagai bom yang ampun membom bardir pertahananku."Apa lagi yang harus diomongkan, Pak. Sudah jelas suami saya selingkuh. Buktinya banyak. Apalagi saya bisa bawa
Baca selengkapnya
Dipecat
"Sa-saya dipecat, Pak?" Pak Hendri hanya mengaguk. "Pak, kenapa saya dipecat?""Kamu sudah sering tidak masuk kerja. Kamu pikir, ini perusahaan nenek moyangmu.""Tapi gak bisa langsung pecat gitu ajah dong, Pak. Saya minta kesempatan sekali lagi.""Maaf, Dam, tidak bisa. Saya hanya menjalankan keputusan atasan.""Pak, tolong berikan saya kesempatan sekali saja. Saya sangat butuh pekerjaan ini. Saya harus menanggung kebutuhan istri, calon anak, ibu dan adik saya.""Aduh, kamu ini bikin pusing saja. Malah curhat segala. Sesuai perintah atasan, kalau mau protes kamu suruh menghadap Pak Bumi.""Bumi?""Iya, dia itu anak pemilik perusahan ini. Kamu 'kan sahabatnya. Tahu saja bisa minta nego.""A-apa, anak pemilik perusahaan. Gak mungkin, Pak. Bumi itu cuman manajer. Tidak lebih.""Gimana sih, masa kamu tidak tahu kalau dia anak pemilik perusahaan. Bukannya dia yang masukin kamu ke sini? kalau tidak punya kekuasaan, mana mungkin dengan mudah kamu masuk sini. Sudah jangan banyak protes. Kal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status