All Chapters of Beauty And The Boss: Chapter 11 - Chapter 20
70 Chapters
Negotiate
Sarah mengikuti langkah Andaru memasuki teras villa kemudian melintasi ruang tamu dan berjalan lurus ke bagian belakang villa. Sementara Theodore telah berjalan memasuki villanya lebih dulu dan menghilang entah kemana. Andaru membawa Sarah ke sebuah bangku taman yang terletak tepat di samping pintu masuk menuju halaman belakang. Suasana terasa begitu sepi untuk villa sebesar ini, membuat Sarah cukup merinding. "Kenapa tidak ada orang di sini?" tanya Sarah setengah berbisik."Kamu pikir saya dan bos saya bukan orang?" jawab Andaru dengan nada kesal. "Dengar, ya! Nanti kalau Tuan Bresslin bicara tentang apapun, tolong jangan dibantah! Kamu cukup mengangguk dan mengiyakan!" titahnya."Saya di sini ingin bernegosiasi. Kalau tidak boleh membantah, percuma dong, saya ke sini," sanggah Sarah.Andaru mengusap wajahnya kasar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nona Sarah, saya mengajak anda kemari, itu dengan usaha saya. Itu artinya, saya sudah bekerja keras hingga a
Read more
Kalut
Sarah mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Sebisa mungkin dia tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar. Namun, bongkahan emosi yang mengendap di dadanya, jauh lebih besar dari yang dapat dia tahan. "Ternyata, selain angkuh, anda juga tidak waras!" caci Sarah.Merah padam muka Theo mendengar hal itu. Seumur hidup, hanya ada dua perempuan yang tak bisa tunduk di hadapannya, yaitu Aruni dan gadis cantik beriris mata gelap di depannya ini. "Katakan sekali lagi?" geram Theo."Saya menolak! Anda tidak waras!" sentak Sarah dengan wajah menengadah, seakan menantang Theo."Hmm, baiklah! Kau sudah menentukan jalanmu! Mulai detik ini, jangan lagi memikirkan tentang ayahmu, karena dia akan membusuk di penjara!" ancam Theo.Gemetar seluruh tubuh Sarah mendengar hal itu. Satu-satunya keluarga yang dia miliki, harus kehilangan kebebasannya dengan cara yang teramat mengenaskan. Gadis itu kembali berniat membuka mulutnya, tapi Theo lebih dulu bersuara."Andaru!" teriak
Read more
Tawaran Tak Beruntung
Sarah harus menarik napas panjang-panjang dan membuangnya perlahan demi menetralkan perasaan dan pikiran rumit yang berkecamuk. "Haruskah saya memohon pada pelapor juga?" tanyanya lesu."Jelas! Apalagi kasus ayah anda ini termasuk pencurian besar. Barang yang hendak dicuri adalah benda antik bernilai seni tinggi. Harganya bisa mencapai puluhan milyar," terang polisi tersebut.Sarah setengah mendongak, lalu memijit dahinya. "Kalau pihak pelapor tidak memberi ijin, bagaimana?""Dengan terpaksa, ayah anda tidak bisa keluar dari sel ini sampai berkas-berkasnya dipindahkan ke kejaksaan. Kecuali anda memiliki pengacara yang bisa bernegosiasi. Apakah anda sudah memiliki pengacara?" polisi itu balik bertanya.Sarah menggeleng pelan. Mungkin sekarang waktunya dia kembali meminta tolong pada Andaru. Beruntung saat di pesawat, dia sempat meminta nomor telepon pria tampan itu.Butuh beberapa menit lamanya sampai Andaru menerima panggilan. Sarah memaklumi hal itu karena dia menghubungi pada waktu
Read more
Rules of The House
"Sekarang, kemasi barangmu. Tuan Bresslin sudah menunggu," Andaru menepuk pundak Sarah pelan, lalu mengarahkannya keluar. "Tunggu!" Sarah memaksa untuk bergeming di tempatnya. "Kenapa lagi?" Andaru menghela napas panjang dan memandang Sarah penuh tanda tanya. "Apa tidak boleh aku berpamitan pada Papa, sebentar saja," nada suara Sarah begitu memelas. "Menurut kesepakatan, kamu tidak boleh bertemu dengan ayahmu sampai dia berhasil membayar ganti rugi. Anggap saja itu sebagai penyemangat pak Abizar untuk terus berusaha," kilah Andaru yang mulai terlihat tak sabar. "Ayo!" ujarnya setengah memaksa. Tak ada alasan lagi bagi Sarah untuk menolak. Satu-satunya yang bisa dia lakukan sekarang adalah menuruti semua perkataan Andaru. Dia sama sekali tak berkomentar ketika mobil Andaru berhenti di depan rumahnya. Tanpa bersuara, Sarah segera masuk ke dalam rumah dan berkemas dalam waktu secepat mungkin. Satu koper besar beroda dia seret keluar dan Sarah masukkan ke dalam bagasi mobil Andaru. H
Read more
First Dinner
Sarah tampak kebingungan menentukan arah. Villa itu begitu besar dengan banyak lorong dan cabang. Kadang, Sarah salah berbelok hingga akhirnya dia tiba di dapur atau ruangan kosong tanpa perabotan apapun. Gadis itu bergidik ngeri ketika pikiran buruknya menghampiri. Mungkin saja Theodore Bresslin adalah seorang penjahat yang bersembunyi di tempat terpencil, sehingga dia dapat dengan leluasa menyembunyikan jejak-jejak kejahatannya."Kamarmu berada di lantai dua! Naiklah tangga, lalu belok kiri. Kamarmu tepat berada di ujung!" suara Theo nyaring terdengar dari pengeras suara yang terpasang di sebelah kamera pengawas yang terdapat di tiap sudut ruangan.Sarah kembali menyeret kopernya ke lantai dua dan mengikuti petunjuk dari Theo. Sebelum memasuki kamar, gadis itu sempat menatap ke arah kamera pengawas yang terpasang di sudut pintu, lalu menggeleng pelan.Setelah meletakkan koper begitu saja di sisi ranjang, Sarah lalu duduk di tepian sembari meraih ponselnya. Seg
Read more
Hanya Seorang Tahanan
Sedikit terkejut, Sarah menoleh ke asal suara. Dilihatnya pria berambut gondrong itu berjalan pelan ke arahnya. "Masak sederhana saja," jawab Sarah malas-malasan sambil kembali fokus pada sayuran di depannya."Hmm," pria jangkung itu berpindah ke sebelah Sarah, lalu bersandar pada meja dapur dan bersedekap. "Memasaklah sedikit lebih banyak, aku juga ingin mencicipi masakanmu."Sarah tak menjawab. Tangannya cekatan menumis dan memasukkan bumbu-bumbu. Sementara tangan lainnya lihai menggoreng beberapa potong ayam. Tak sampai satu jam, hasil karyanya sudah siap dan dia hidangkan ke atas meja."Di mana peralatan makannya?" Sarah kebingungan mencari letak piring dan sendok di dapur luas itu."Di dalam kabinet," Theodore mengarahkan telunjuknya ke arah atas kepala Sarah, lalu mengambil tempat di salah satu kursi makan.Setelah menemukan tempat yang dimaksud, Sarah segera mengambil peralatan makan dan menatanya dengan rapi di atas meja.Sarah juga
Read more
Tragedi Malam
"Seorang tahanan tak pernah memasak sendiri, apalagi memasak untuk sipir," balas Sarah seraya menyeringai. Dia merasa bangga karena berani menyentil Theo.Lain halnya dengan Theodore yang semakin merah padam. Dia memilih untuk tidak menanggapi celotehan Sarah. Dia hanya diam sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku celana, lalu menariknya sebatang menggunakan bibir.Theo tak memedulikan Sarah yang terus memperhatikan dirinya. Dia malah maju mendekati gadis yang tetap duduk terpaku di tempatnya itu sambil menyalakan rokok. Theo mencondongkan tubuhnya, lalu mengepulkan asapnya tepat ke wajah Sarah hingga gadis itu terbatuk. "Sekarang waktunya jam malam. Tahanan harus masuk ke kamar, atau akan menerima konsekuensi!" tegas Theo dengan raut wajah datar."Memangnya apa konsekuensinya?" alih-alih takut, gadis itu malah mendongak, seakan menantang pria rupawan di depannya."Apapun yang tidak kau sukai," giliran Theo yang menyeringai sambil terus memang
Read more
Wet Wet Night
Theo membuka jendela lebar-lebar saat dia membawa rokok yang masih menyala masuk ke kamar pribadinya. Ruangan luas yang terletak di lantai bawah itu tampak sangat rapi. Berbagai benda seni bernilai mahal, terpajang di dalamnya. Mulai dari lukisan, patung bahkan sampai pada ranjangnya sendiri terbuat dari kayu mahoni yang penuh dengan ukiran.Theo mencondongkan tubuh atletisnya, bertumpu pada kusen jendela yang menghadap langsung ke halaman samping sambil menghisap rokok perlahan sampai hampir habis terbakar. Dia lalu mematikan puntungnya di asbak yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Mata elangnya mengawasi suasana hening di luar. Untuk beberapa saat lamanya, Theo terdiam dan memperhatikan sesuatu yang mencurigakan di depan sana, bergerak-gerak di antara tanaman rambat yang tumbuh lebat di tembok pagar.Pria rupawan itu menegakkan badannya, lalu tersenyum samar saat dilihatnya seekor kelincilah yang keluar dari tanaman tersebut. Dia menghela napas lega sebelum beranjak keluar
Read more
Kebenaran Untuk Sarah
"Sarah ..." geram Theo. Matanya melotot tajam pada gadis yang tengah berdiri terpaku itu.Buru-buru Sarah mematikan kran, lalu meletakkan shower itu di tempatnya. "Pegangan showernya licin," kilah Sarah seraya meringis. Fahmi pun ikut terkekeh, meskipun pada akhirnya dia memilih untuk menghentikan tawanya dan menunduk dalam-dalam. Melihat hal itu, emosi Theo semakin tak terkendali. Dia kepalkan tangannya erat-erat, lalu dia pukuli wajah dan perut Fahmi hingga pria itu merintih kesakitan.Seumur hidupnya, Sarah hidup dalam kasih sayang dan tidak pernah mendapatkan maupun melihat kekerasan di sekitarnya. Akan tetapi, kali ini dia melihat secara langsung, di depan matanya, ketika Theo dengan beringas menghajar Fahmi. Pria itu begitu mengerikan di mata Sarah. Wajah tampan itu tak terlihat karena berubah menjadi monster menakutkan. Tanpa sadar, Sarah beringsut mundur beberapa langkah sampai betis bagian belakangnya menabrak kloset, sehingga dia jatuh terduduk."Kau pilih bicara, atau kupat
Read more
Seepage of Blood
Theodore berdiri di antara Sarah yang berdarah-darah dan Fahmi yang lemas terikat. Diapun memutuskan untuk mendekati Fahmi dan melepaskan ikatannya. "Kubebaskan kau untuk berbuat semaumu. Satu hal yang patut kau ingat, tak semudah itu kau bisa mendapatkan mahkota Blood Diamond. Katakan itu pada siapapun bosmu," ujarnya dengan nada dingin, lalu meninggalkan Fahmi begitu saja.Theo beralih pada Sarah. Dia segera membopong gadis malang itu dan membawanya keluar dari villa. Dengan hati-hati, Theo memasukkan Sarah ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit terdekat.Dalam hitungan menit, mobil Theo tiba di pelataran rumah sakit dan langsung ditangani oleh petugas medis. "Anda keluarganya?" tanya salah seorang perawat. "Ya!" jawab Theo begitu saja.Perawat itu mengangguk dan memperbolehkan Theo masuk ke ruang tindakan untuk menemani Sarah yang masih tak sadarkan diri. Seorang dokter jaga sudah bersiap memeriksa luka di pergelangan tangan Sarah, dibantu oleh beberapa perawat lainnya. "Men
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status