Semua Bab ZONA MANTAN: Bab 81 - Bab 90
108 Bab
81. Gugup
Juda baru akan mengangguk saat matanya tak sengaja melihat tumpukan koper yang tak asing di dekat sofa ruang tamu. "Itu koper aku kan, Bang? Kok ada di sini?" Haikal yang melanjutkan kegiatannya menyedot debu itu mengendikkan bahu. "Oh itu, Abang abis dari kos kamu tadi. Kamu ingat apa hang Bang Ghani bialng kemarin, kan? Kamu akan tinggal di sini sampai kami tahu kejelasan hubungan kamu dan Danis." "Kalian akan mengetahuinya hari ini. Jadi, udah pasti aku nggak akan stay di sini sampai berbulan-bulan. Jadi, kenapa Abang bawa dua koper besar? Karena aku yakin sekali dua koper itu pasti isinya pakaian-pakaian aku. Iya, kan?" "Kalau kamu dan Danis dapat restu dari kami, itu artinya Abang harus menerima kenyataan kalau suatu hari nanti kamu akan benar-benar menjadi tanggung jawab orang lain. Abang mungkin masih tetap bisa menjaga kamu, tapi kami punya batasan. Karena kamu sudah punya pasangan yang lebih berhak—" "Oke, udah cukup," sela Juda yang mulai tak nyaman melihat Haikal suda
Baca selengkapnya
82. Harus Melepaskan (1)
"Aku nggak akan pernah menang melawan kamu, Ren," Samuel berkata dengan lesu. Akhir pekan yang sudah laki-laki itu angankan akan berlangsung menyenangkan karena bisa menghabiskan waktu dengan Renata yang akhir-akhir ini beralasan sibuk bekerja setiap kali diajak bertemu, malah berujung pada perdebatan panjang yang menguras emosi. Rupanya, Renata mengajak bertemu bukan untuk berpacaran seperti yang Samuel harapkan. Renata justru melemparkan bom yang membuat Samuel kecewa. Renata bersikukuh ingin menyusul Danis ke Indonesia dan membujuk suaminya untuk membatalkan gugatan cerai. Keputusan Renata sudah teguh. Selama dua minggu terakhir Renata bekerja keras, menyelesaikan pekerjaannya yang masih jauh dari deadline agar bisa mengajukan cuti untuk pulang ke Indonesia. "Sam, aku nggak akan menyalahkan kamu. Karena aku yang salah di sini. Aku harusnya lebih tahan godaan dan nggak main-main sama kamu. Jadi, maaf. Aku benar-benar nggak bisa melanjutkan ini lagi." Mata Samuel memancarkan luka
Baca selengkapnya
83. Harus Melepaskan (2)
Renata mengembuskan napas panjang. Seharusnya Danis yang melontarkan pertanyaan itu kepadanya. Jadi, Renata akan menjawab, bahwa ia sudah sangat merasa cukup dengan kehadiran Danis dalam hidupnya. Renata tidak menginginkan hal lain."Kita hanya akan kembali ke siklus itu lagi kalau kita nggak berhenti sekarang, Sam. Kalau aku menuruti ego dalam diriku, saat sudah cukup lama hidup sama kamu, aku akan mempertanyakan hal yang sama. Aku nggak akan pernah merasa cukup dan hanya akan berujung mencari orang lain untuk memenuhi ekspektasiku. Itu yang terjadi dengan kita. Aku nggak merasa cukup dengan Danis dan aku memanfaatkan kamu untuk memenuhi keinginanku.""Aku akan memastikan kamu selalu merasa cukup saat bersamaku.""Nggak, Sam. Jangan lakukan itu. Kamu harus membunuh ekspektasi kamu tentang masa depan yang nggak akan kita miliki.""Kenapa kamu egois banget sih?!"Bentakan bernada tinggi itu mengejutkan Renata, tetapi wanita itu tetap bergeming di tempatnya duduk."Kita sudah terlalu ja
Baca selengkapnya
84. Ospek Calon Adik Ipar (1)
Bohong jika Danis tidak tegang dan gugup. Menghadapi kedua kakak Juda yang protektif, ditambah lagi satu personel yang baru pertama kali Danis temui, tentu saja tidak bisa membuat Danis bersikap biasa-biasa. Ini momen penting. Jika Danis mengacau, kesempatan untuk bersama Juda akan hilang. Seandainya tadi Danis boleh memilih, ia akan meminta Juda untuk tinggal. Meski Juda tidak akan diperbolehkan kedua kakaknya untuk dekat-dekat Danis saat sesi interogasi, setidaknya ada Juda di sekitarnya. Namun, apa mau dikata? Kedua kakak Juda pasti sengaja menjauhkan Juda untuk sementara, agar tidak mengganggu. Sebab, meski sudah diminta untuk tidak ikut campur, Juda pasti sulit menahan diri saat kedua kakaknya mengajukan pertanyaan yang mungkin tak masuk akal. "Apa kabar, Danis?" Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Ghani membuat Danis tersentak. Haikal dan Giana nyaris tersenyum melihat Danis. "Nggak usah tegang, gue nggak nyaplok," Ghani kembali bersuara, yang langsung membuat Haikal dan
Baca selengkapnya
85. Ospek Calon Adik Ipar (2)
Danis memaksakan diri untuk tersenyum meski sulit. Semoga saja tidak terlihat aneh di depan tiga pasang mata yang sejak tadi menatapnya dengan begitu intens. "Gue nggak punya pacar," ulang Danis sekali lagi. Berusaha keras untuk tampak meyakinkan. "Oke. Jadi, saat kalian memutuskan buat jalan bareng, apa kalian juga membahas kemungkinan buat naik tahap ke hubungan yang lebih serius?" Ghani kembali bersuara. Seharusnya Danis merasa lega karena mereka langsung meninggalkan topik tentang pacar setelah Danis mengonfirmasi jawabannya sebanyak dua kali. Namun, Danis malah membenci keadaannya saat ini. Kenapa ketiga orang di depannya ini sama saja seperti Juda yang tidak berusaha mengorek lebih jauh? Bukankah mereka seharusnya bertanya apakah Danis sudah menikah dan punya anak, agar Juda tidak mengulangi kesalahan yang sama? Rasa bersalah yang bertumpuk di pundak Danis kian bertambah berat. Danis merasa bahwa melanjutkan hubungan dengan Juda saat ia masih belum jujur adalah pilihan yang s
Baca selengkapnya
86. Rencana
Giana menyadari jika suasana menjadi agak tegang. "Menurutku, keputusannya ada di tangan Juju. Kalau seandainya nanti Juju dan Danis memang harus LDR, dan Juju nggak masalah dengan itu, kita sebagai kakak harus mendukung pilihan adik kita, kan? Dan kalau seandainya Juju mau ikut Danis ke Belanda, itu juga hak Juju untuk memutuskannya sendiri. Kita sebagai kakak nggak punya hak melarang. Juju sudah dewasa. Kalian berdua sudah seharusnya nggak menghalang-halangi dan menjadi hambatan—" "Aku ngerti apa yang mau kamu sampaikan, Gi," sela Ghani, yang tampak tak nyaman mendapat teguran secara langsung oleh istrinya sendiri di hadapan Danis. Giana yang sebal karena kalimatnya dipotong itu tetap melanjutkan, "Kita memang sepakat buat nggak bahas soal masalah Juju sekarang, tapi aku melihat kecenderungan kalian berdua yang terlalu jauh terlibat dalam hidup Juju. Kalian juga sadar kalau masalah kemarin itu karena—" "Giana, kami sudah paham, oke? Jadi, stop kuliahin kami." Sekali lagi Ghani m
Baca selengkapnya
87. Ruin?
Bermain seharian dan bersenang-senang dengan Nakula membuat suasana hati Juda menjadi terang benderang. Hidupnya mungkin sedang tidak baik-baik saja sekarang, tetapi saat melihat Nakula bersemangat bermain, berlarian ke sana kemari, tertawa-tawa riang karena alasan yang sederhana, Juda bisa sejenak melepaskan penatnya dan menikmati harinya bersama keponakannya yang sangat menggemaskan itu. Juda bahkan sejenak melupakan Danis yang tadinya cukup ia khawatirkan karena harus menghadapi ketiga kakaknya sendirian. "Aku masih mau main," rengek Nakula untuk yang ke sejuta kalinya sejak mereka berada di dalam taksi untuk pulang. Juda pun sampai lelah menjawab, "Besok Nakula masih bisa main lagi sama Tante. Tapi, sekarang kita harus pulang, okay? Nakula kangen sama Ibun, kan?" Nakula mengangguk. Tetapi masih tampak tidak ikhlas karena tadi bocah itu harus sedikit dipaksa agar mau pulang. "Cowok gantengnya Tante ini senang main sama Tante Juju hari ini?" "Senang.! Nakula mau main lagi sama
Baca selengkapnya
88. Kecewa
Tadinya, Juda cukup optimis karena melihat kepercayaan diri Danis yang terpancar dari tatapan matanya sesaat sebelum mereka berpisah di depan pintu apartemen Haikal. Juda percaya jika Danis tidak akan begitu saja terpengaruh oleh ucapan-ucapan kedua kakak laki-lakinya yang biasanya bisa dengan muduh memukul mundur setiap laki-laki yang dekat dengan Juda. Tapi... ternyata sama saja. Pada akhirnya, Danis juga tidak tahan menghadapi Ghani dan Haikal meski laki-laki itu sudah lebih mengenal mereka sejak dulu. Dan Juda jelas tak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa bukan salah mereka, yang pada akhirnya memilih mundur, tetapi kedua kakak laki-lakinya saja yang sudah terlalu jauh mencampuri urusan hidupnya. "Kamu mau pergi ke mana, Ju?" "Pulang!" tukas Juda sinis seraya menyeret dua koper besarnya keluar dari kamar tamu. Ghani beserta istri da anaknya sudah pamit pulang setelah Giana memandikan Nakula tadi. Makan malam yang sudah direncanakan gagal begitu saja karena Juda terlalu marah
Baca selengkapnya
89. Menyerah?
Sudah lebih dari satu jam Juda duduk di kamar kosnya yang sepi. Haikal langsung pulang—Juda mengusir Haikal karena muak melihat wajahnya—setelah memastikan Juda masuk ke kamar dan makan malam yang laki-laki itu pesan sudah sampai. Juda belum menyentuh makanan itu sama sekali. Dan barangkali tidak akan menyentuhnya karena ia tidak nafsu sama sekali. Juda hanya memandangi ponselnya, menunggu kabar dari Danis, entah apa pun itu. Sayangnya, tidak ada satu pun. Tadi Juda sempat bertanya kepada Giana soal Danis. Alasan apa yang laki-laki itu ungkapkan saat pamit untuk pergi. Danis mengatakan ada emergency. Hanya itu. Juda sudah mencoba menghubungi ponsel Danis beberapa kali, namun tidak tersambung. Juda bahkan menghubungi Martin, menanyakan keberadaan Danis. Sayangnya, Martin sedang berada di luar kota sehingga tidak tahu Danis di mana. Terakhir berkirim pesan tadi malam saat Martin mengabari tidak akan pulang ke apartemen. Takut. Itu yang Juda rasakan sekarang. Sebab, Juda sadar jika
Baca selengkapnya
90. Kekhawatiran Juda (1)
Sudah lebih dari satu jam Juda duduk di salah satu sofa yang ada di lobi gedung apartemen Martin. Beberapa kali Juda sudah mencoba menghubungi ponsel Danis, namun masih juga tak terhubung. Juda tahu bahwa ada banyak kemungkinan yang terjadi. Kemungkinan pertama Danis tak mau bicara lagi dengannya dan memblokir nomor Juda. Kemungkinan yang kedua Danis sedang ada urusan penting sehingga belum sempat memegang ponsel. Kemungkinan ketiga ponsel Danis kehabisan daya dan Danis belum sempat mengisi dayanya. Kemungkinan keempat, yang amat sangat tidak ingin Juda bayangkan, Danis mengalami kecelakaan dan polisi kesulitan menghubungi keluarga Danis karena ponsel Danis rusak. Tadinya, Juda sudah menyiapkannya banyak pertanyaan di kepalanya. Namun, seiring waktu berlalu dan Danis masih belum muncul juga, Juda mulai khawatir dan ketakutan setengah mati. Juda benar-benar berharap Danis baik-baik saja dan hanya sedang sibuk hingga tidak bisa diganggu. Namun, kesibukan apa yang Danis punya sekarang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status