All Chapters of Menjandakan Istri Demi Selingkuhan: Chapter 171 - Chapter 180
183 Chapters
171. Inginnya Yoga
Namun, tetap saja apa pun alasannya, perselingkuhan tidaklah dibenarkan apalagi sampai punya anak. Memang sah secara agama bagi mereka, tetapi tanpa persetujuan lahir dan batin dari istri pertama apa itu masih bisa dikatakan sah?Tidak. Sama sekali tidak. Kualihkan pandanganku pada sosok laki-laki yang kini telah resmi menjadi mantan suamiku. Kulihat sorot mata Mas Jasen terlihat kecewa, aku yakin itu pasti karena keputusan hakim yang menyerahkan seluruh hak asuh anak padaku secara mutlak. Ia tidak akan lagi bisa bersama dengan putra kami Yoga jika itu terjadi, aku tahu Mas Jasen sangat menginginkan Yoga untuk menjadi penerusnya. Tenang saja Mas, aku tidak akan membiarkan hak anak-anakku jatuh ke tangan istri mudamu itu, ah, istri siri. Sekarang kamu tak lagi punya istri tua. Semoga kamu bisa bahagia bersama wanita pilihan kamu, Jasen. “Harap tenang, persidangan masih belum selesai!” tegur hakim agung.Rowena kembali duduk pada tempatnya, aku pun memberitahukan pada pengacara jika a
Read more
172. Mengamuk
"Baiklah, sesuai hasil keputusan hari ini yaitu terkabulnya gugatan dari Saudari Annasta dan has asuh atas putri Amelia pada saudari Annasta, maka sidang hari ini saya tutup," kata Hakim Agung diakhiri dengan ketukan palu.Semua pengunjung bertepuk tangan, aku melihat senyum kepuasan yang muncul di bibir Yoga. Lelaki muda itu berjalan menuju ke arahku, lalu mendekapku erat. Kuusap punggungnya dengan pelan."Jaga diri kamu baik-baik, Le. Jangan lupa ibadah dan sedekah kamu, Sayang!" pesanku pada Yoga."Siap, Bunda. Yoga akan ingat selalu pesan ini. Yoga juga ada satu permintaan!" ucap Yoga."Apa, Sayang?" "Yoga pinta tunggu Yoga nanti di depan toko Bunda. Suatu saat Yoga akan datang temui Bunda tercinta dengan hasil yang membanggakan!" ucapnya.Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Lalu kutangkupkan kedua tanganku dan menegadahkan wajah tampan itu. Kuciumi pipi putraku lalu kubawa dalam dekapanku sambil aku bisikan dua kalimat syahadat."Selamat tinggal, Sayang. Bunda tunggu kehadiranm
Read more
173. Bermalam di Hotel
Aku pun segera melanjutkan perjalananku menuju beberapa stand yang ada di mall tersebut. Seperti para wanita pada umumnya jika melihat adanya discont pasti mata akan berubah warna menjadi hijau. Seperti itu juga aku. Saat ini pun aku sedang mengobrak abrik ranjang pakaian yang sedang menawarkan discon lumayan besar hingga 70% .Kuubek-ubek untuk mencari pakaian yang masih layak pakai untuk beberapa orang tua. Senyumku mengembang kala menemukan enam pakaian yang masih layak pakai. "Ah, ini saja. Sepertinya masih bagus jika untuk emak-emak yang berjualan sate keliling ataupun untuk pedagang kaki lima yang biasa mangkal di depan toko kueku," batinku.Aku masih penasaran dengan keranjang yang lain. Saat ini aku sedang ada di keranjang khusus pakaian anak kecil di bawah usia sepuluh tahun. Tiba-tiba aku teringat pada teman main Amelia yang sering memakai pakaian sudah tidak layak pakai. Kuhitung jumlah teman Amelia yang sering bermain di halaman kontrakan. Entah mengapa aku langsung terl
Read more
174. Janji Jumpa di Cafe
Sinar matahari pagi menembus daun yang tumbuh fi jalan Ahmad Yani Surabaya, aku duduk di teras kamar hotel sambil menyeduh kopi hitam. Pagi yang pertama untukku setelah status janda tersemat pada namaku. Sekarang ada embel-embel janda. Hari ini jadwalku adalah mengurus surat perpindahan penduduk atas status jandaku.Aku berharap semua urusanku di kota pahlawan ini akan segera selesai. Mumpung masih pagi sebaiknya aku serching dulu cara mengurus perpindahan penduduk di alamat web milik Dispenduk saja. Mungkin ini akan mempercepat dan mudah dalam memproses perpindahanku. Aku harus segera bergerak, sudah muak bila mengingat hubungan ini.Sekarang aku sudah bebas untuk menata hidup bersama putriku. Ah, ya bagaimana kabar Amelia ya. Tiba-tiba aku kangen dengan celotehnya, ceritanya saat sekolah, bermain bahkan berkelahi dengan teman sebaya. Hehe, aku terkadang tertawa sendiri. Apa sebaiknya aku hubungi Amelia saja ya. Sebaiknya aku melakukan vidio call saja mumpung dia belum berangkat seko
Read more
175. Sosok Itu
Aku menoleh pada sosok itu, mataku seketika membelalak. Sebuah nama yang aku ingat pada sosok itu, Jupri. Iya dia adalah Jupri. Tetapi siapakah dua sosok itu? "Ibu Ann, maaf bisakah kita mulai sekarang?" "oh, ya. Silahkan, Pak!" jawabku."Ini surat janda dan ini semua yang menyangkut persidangan kemarin, Ibu Ann. Saya mengucapkan terima kasih atas undangan Anda," kata pengacaraku."Saya juga berterim kasih atas bantuan Bapak. Untuk fee sudah saya transfer ke rekening Anda, Pak. Saya terima kasih," kataku sambil menjabat tangan si pengacara.Akhirnya kami melanjutkan makan siang bersama. Saat di sela makan siang kulihat sekeliling mencari sosok yang tadi sempat aku lihat. Rupanya Jupri ada di sudut kanan ruangan ini pada meja nomer lima puluh. Di sana dia sedang bersama seorang Kyai dan seorang gadis yang cantik. "Apakah dia istrinya?" lirihku."Siapa yang Anda maksud, Ibu Ann?" tanya Pengacaraku."Seorang sahabat lama, Pak. Eeh, maaf, silahkan dilanjut!" ucapku.Beberapa saat kemud
Read more
176. Menunggu Bis
"Andin, apakah kamu masih di sana?" tanyaku.Hening, lambat laun kudengar isak tangis lirih. Mendengar suaranya aku semakin bingung dan resah. Memangnya sedang ada apa hingga membuat Andin sampai terisak. Aku semakin penasaran."Andin, katakan pada Mbak. Apa yang terjadi pada kalian?" tanyaku."Selamat ya, Mbak Ann. Semua sudah selesai hingga sesuai dengan angannya Mbak. Dan satu lagi semua keperluan toko aman dan terkendali, Kok!" balas Andin."Lalu mengenai gaji? Dan apa yang menyebabkan kamu tadi terisak, Lho?" tanyaku beruntun."Nanti lah, tunggu Mbak pulang," balas Andin.Lama aku berbincang dengan Andin. Meski aku berusaha mengorek keterangan mengenai gaji karyawan, Andin tidak mau cerita. Dia masih kekeh menunggu kepulanganku. Karena ini aku menjadi tidak nyaman dan ingin segera pulang. Kemudian aku mendengar suara klakson sebuah mobil yang berhenti. Seketika aku tersadar dan pamit pada Andin menyudahi panggilan."Lagi asyik menelepon siapa lho, Ann?" tanya Irene saat aku sudah
Read more
177. 10 Tahun Kemudian
Akhirnya aku mendapatkan bis tepat di jam empat sore. Kali ini aku naik bis cepat antar kota jurusan Jogyakarta. Bis yang terkenal dengan kecepatannya melebihi bis yang lain. Bis ini paling banyak peminatnya. Aku pun merasa bahwa pelayanan kondektur bis juga sangat ramah dan sopan.Bis melaju dengan kecepatan rata-rata. Mungkin bila dilihat dari kuar kecepatan bis itu tinggi. Tetapi bagi kami para penumpang terasa nyaman, hal ini terbukti para penumpang bisa tidur dengan lelap termasuk aku. Tanpa tetasa waktu terus berjalan hingga terdengar suara kondektur memberitahukan pada kami bahwa sebentar lagi bis akan memasuki kawasan Madiun."Madiun terakhir, terminal Madiun terakhir." Terdengar wakil kondektur berteriak memberitahukan pada para penumpang agar bersiap-siap. Aku pun segera terbangun dari tidurku. Perjalanan Surabaya - Madiun hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dengan bis antar kota."Bunda pulang, Sayang!" batinku.Sungguh aku sangat rindu dengan putriku itu. Hampir
Read more
178. Gibran
Dahlia dan Amelia terlihat semakin kompak dan solid. Aku sangat bahagia melihat perkembangan mereka berdua. Setelah makan siang aku pun ngobrol dengan keduanya untuk sesaat sebelum aku kembali lagi ke toko. O ya, toko kue ku sekarang sudah maju pesat dan dikenal oleh berbagai kalangan. Bahkan setiap Dahlia pulang, ada saja temannya yang nitip buat oleh-oleh.Sedangkan Amelia, dia terkadang ikut membantu di toko bila sedang senggang. Aku juga sangat bahagia karena sudah di panggil nenek oleh anaknya si Andin. Gadis itu sekarang sudah bukan gadis lagi melainkan sudah menjadi seorang ibu muda dengan anak satu."Bund, si ucrit bagaimana kabarnya?" tanya Dahlia."Jangan bilang ucrit, anak itu punya nama, Lho! Nanti jika Mbak kamu tiba-tiba dengar kamu yang akan kena omelannya," kataku."Hehe, iya ini Mbak Lia parah!" kelakar Amelia.Aku geleng kepala melihat keakraban mereka berdua. Aku dan kedua putriku selalu berbincang akrab seperti ini dalam menunggu waktu untuk memulai aktifitas kemba
Read more
179. Gibran 2
"Tadi Gibran sudah bilang lho, Nenek. Hanya itu Onty Dahlia," jawab Gibran."Iya, Sayang. Onty kan lama tidak jumpa Adik. Mungkin dia lebih senang menggoda, jadi maafkan Onty nya dong?" kataku pada Gibran sambil kuangkat dia ke pangkuanku.Namun, lelaki kecil menggeleng tanda dia tidak mau memaafkan Dahlia. Aku tersenyum melihat tingkah cucuku itu, dia sangat menggemaskan apalagi jika pipinya menggembung dengan bola mata yang berputar. Pasti bikin semua yang ada di sana ingin mencubit pipinya."Nenek, besok jika onty Dahlia pulang tidak usah dimasakin opor ayam, Ya. Biar tahu rasa!" dengusnya geram.Kulihat sejak tadi Dahlia hanya diam menatap Gibran, wanita muda itu menahan tawanya agar tidak terdengar oleh ponakannya yang lucu itu. Sementara Andin sejak tadi hanya berdiri, kini dia berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian Andin sudah kembali dengan membawa piring berisi nasi opor ayam. "Ayo turun dari pangkuan nenek, Adik makan dulu!" ajak Andin."Lho Adik belum makan, sini bi
Read more
180. Kubebaskan Hatiku
Sore semilir angin menerpa wajahku. Bayangan Jupri bersama Halimah masih nyata di pelupuk mata. Entah mengapa hati ini terasa sakit dan kecewa. Apakah aku sempat jatuh hati pada Jupri? Sejak mula semua rasa ini aku tolak. Namun, saat kulihat lelaki itu datang ke toko dengan membawa wanita hamil, hatiku sakit. Aku sendiri juga bingung dengan rasaku ini. Bagaimana bisa aku memupuk rasa yang belum tentu ada pada diri Jupri. Saat itu memang dia tidak ada cerita sedang dekat dengan seorang wanita manapun. Namun, pernah satu kali lelaki itu kelepasan bertanya mode baju syari terbaik dan berapa harganya. Hal ini sempat membuatku penasaran. Mungkin aku harus berusaha menepis segala rasa pada lelaki itu. Sejak kunjungan pertama Jupri dam istri menjadi sering datang dengan alasan Halimah susah makan nasi jadi dia lebih memilih kue basah ataupun roti bolu. "Aku harus segera pupus rasa ini dan lupakan semua. Kamu sudah mendapatkan bidadari yang terbaik, Jupri. Selamat!" batinku saat kulihat se
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status