All Chapters of Menjandakan Istri Demi Selingkuhan: Chapter 161 - Chapter 170
183 Chapters
161. Sidang 2
"Amelia, Mbak?" tanya Frans menjawab pertanyaanku.Aku tersenyum, sedangkan Irene terlihat cemberut. Ada cemburu terpancar di sorot mata cokelatnya. Aku mengangkat kedua tanganku selayaknya seorang penjahat yang menyerah. Frans mengulas senyum, sedanglah Irene pura-pura marah dan ngambek. Melihat sang istri yang sedang ngambek itu pun mengurungkan niatnya untuk mencari keberadaan Amelia.Namun, apa yang dilakukan oleh Irene tidak ada artinya karena beberapa saat kulihat Amelia berjalan dengan sedikit berlari dan memeluk Frans. Irene seketika membola lalu kulihat senyum tipis yang memiliki ketajaman tersendiri. Aku akhirnya tertawa terbahak melihat tingkah Irene."Ire, bagaimana datang bulan kamu? Usia pernikahan kalian sudah dua bulan 'kan?" tanyaku.Irene membelalakan mata saat mendengar pertanyaanku itu. Dia segera berdiri berjalan ke dinding yang terdapat pertanggalan hari. Lalu dahinya mengernyit dan kepalanya kulihat menggeleng-geleng. Kemudian tiba-tiba dia berlari ke wastafel y
Read more
162. Jalannya Sidang
"Mohon izin untuk menyanggah Yang Mulia.” Pak Hakim lalu memberikan izin pada pengacaraku. “Terima kasih. Pak Jasen, Anda telah sengaja menelantarkan istri dan anak Anda, kalian juga sudah pisah ranjang selama beberapa waktu. Anda juga melakukan kekerasan pada klien saya. Mohon yang mulia, sesuai dengan pasal yang tertera dalam kitab hukum( Kompilasi Hukum Islam) yang berbunyi, ‘Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak yang lain.’,” sela pengacaraku. “Juga pasal mengenai hukum islam dalam Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi, ‘Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.’ Itu membuat klien saya mengajukan gugatan perceraian, karena memang pernikahan tidak bisa diselamatkan,” sambung pengacaraku. “Namun, dalam kasus gugatan cerai baik pihak tergugat atau penggugat harus setuju sementara klien saya di sini sama sekali tidak menyetujuinya,” s
Read more
163. Jalannya Sidang bagian 2
“Ini Pak,” kataku menunjukkan video itu pada pihak pengacaraku.“Baik Bu.” Pengacara lalu meminta izin untuk meminjam ponselku, ia berbisik pada pihak jaksa bukti yang sudah kami kantongi.Beberapa saat kemudian pihak jaksa meminta hakim untuk menayangkan bukti rekaman yang aku miliki, hakim pun setuju. Diputarlah rekaman itu, terlihat jelas jika Mas Jasen.Aku melihat ke arah Mas Jasen yang juga menatapku dengan tatapan yang berapi-api. Aku tahu tatapan itu penuh benci, tetapi aku tak peduli.“Itu bohong Yang Mulia, saya tidak pernah melakukan kekerasan kepada istri saya!” teriak Mas Jasen menyanggah.“Namun, itu jelas sekali wajah Anda Pak Jasen. Bukti yang kami berikan pun akurat, itu bukti rekaman CCTV yang berada di rumah Anda, tanggal dan waktunya pun sesuai dengan gugatan yang diajukan oleh klien saya,” sanggah pengacaraku.“Enggak Yang Mulia. Itu hanya editan, jaman sekarang sudah banyak kecanggihan dan bisa saja istri saya mengeditnya agar punya alasan untuk bercerai dengan s
Read more
164. Sambutan Amelia
Akhirnya aku sampai di depan rumah Frans. Rumah terlihat sepi, setelah aku membayar taksi dan turun, segera kulangkahkan kaki ini memasuki halaman rumah Frans. Belum sempat aku mengetuk pintu, Amelia keluar dari balik pintu utama. Putriku itu terlihat begitu riang menyambut kedatanganku.“Bunda!” teriak Amelia berlari ke arahku.Aku tersenyum dan menyejajarkan tinggiku dengan Amel, aku merentangkan tangan dan anak perempuanku segera berhambur memelukku. “Kangen Bunda,” kata Amelia. “Bunda lama banget di pengadilannya,” sambung Amel.Aku melepaskan pelukanku dan menatap Amelia dengan gemas, wajah yang sangat polos dan sangat lucu. Aku mengelus pipi Amelia dan berkata, “Kan Bunda cuma pergi sebentar. Masa sudah kangen sih?” “Amel itu tadi sempat menangis loh, kiranya kamu pulang tanpa membawa dia, lalu tenang sendiri karena ingat kamu ke persidangan hari ini.” Irene menyahutiku dari dalam rumah Frans. Ia keluar dengan senyuman manisnya “Wah-wah. Anak Bunda, mana mungkinlah Bunda teg
Read more
165. Perjalanan Amelia ke Madiun
Akhirnya Amelia pun pulang bersama dengan Frans, aku telah mengemasi seluruh barang bawaan milik putriku, tak lupa juga memberikannya bekal, dan sejumlah uang, berjaga-jaga kalau nanti Amelia ingin makan atau membeli camilan saat di jalan.Aku tidak ingin terlalu merepotkan Frans. Frans menggendong Amelia, mereka masuk ke mobil milik Frans, Amelia tampak riang. Ia melambaikan tangannya padaku dan memberikan ciuman jauh.Aku pun membalasnya, anak perempuanku ini memang sangat manis dan aku sangat menyayanginya. Aku berdoa semoga ia selamat sampai tujuan, semoga Tuhan melindungi perjalanannya.“Ann, ayo masuk dulu kita makan. Dari tadi kamu belum makan,” ajak Irene. Namun, entah kenapa perasaanku seolah-olah berat melepas Amelia pergi bersama Frans ke Madiun. Bukan tak percaya pada Frans, tetapi jujur hatiku memang gelisah sehingga nafsu makanku memang hilang.“Ann?” panggil Irene. Ia menepuk pundakku dan aku langsung berbalik menatapnya. Aku tahu Irene pasti paham tentangku ini. “Suda
Read more
166. Frans Selamat Sampai Rumah
Kami mengobrol tentang banyak hal, dari membahas toko kueku, hubungan Frans dan Irene, dan yang lainnya. Biasalah wanita kalau sudah berkumpul maka ke sana ujungnya. Karena keasyikan ngobrol bersama Irene membuatku lupa jika sambungan teleponku masih menyala. Irene yang terkadang melirik pada layar ponselku pun menjadi tersenyum."Ann, coba kamu aktifkan itu panggilannya, sepertinya Amelia tertidur!" ucap Irene.Akhirnya aku pun menuruti apa yang dikatakan oleh Irene dan benar saja saat aku buka, Frans langsung mengabarkan jika Amelia saat itu sudah memejamkan matanya. Sepertinya dia sudah capek bercerita mengenai keseharian dia di Madiun.“Mbak, lihatlah anakmu sudah tertidur. Ia kelelahan karena asyik bercerita sedari tadi,” ujar Frans membuat aku menoleh. “Biasalah anak-anak suka sekali berbicara tentang hal apa pun yang dia alami.”“Dia sangat bersemangat akan bertemu dengan Dahlia,” kata Frans ia tersenyum ke arah Amelia dan mengusap surai Amelia.Terlihat putriku sangat nyaman
Read more
167. Sidang 3
Langit yang penuh kilau bintang kini berganti menjadi langit jingga yang cerah, embun menetes dengan indahnya lewat daun-daun, kicauan burung pun ikut serta menyambut hari bersama mentari. Sinarnya mampu membuatku tersenyum dan mengucap syukur atas anugerah Tuhan. Aku lirik jam di nakas, masih pukul jam lima lewat lima belas menit, aku harus segera bergegas bersiap-siap untuk ke pengadilan, ya hari ini adalah hari di mana sidang ketigaku akan dilaksanakan.Tadinya jadwal sidang itu pukul sepuluh pagi, akan tetapi dimajukan menjadi pukul delapan, entah karena alasan apa. Aku pergi mandi, berganti pakaian, lalu berdandan formal, setelah itu aku pergi berangkat, tak lupa aku berpamitan pada Frans dan Irene lewat ponsel, sebab sepertinya sepasang kekasih itu masih terlelap di kasur masing-masing.Aku pergi menggunakan angkutan umum, selain karena masih pagi jam juga masih menunjukkan pukul enam lewat dua puluh lima menit, jalanan juga belum padat, jadi aku lebih memilih angkutan umum, men
Read more
168. Sidang ke 3 Bagian 2
Keningku mengerut, ada apa dengan pengacaraku kali ini? Apa dia juga kepincut Rowena? Lalu dia mau merebut Rowena dari Mas Jasen? Ah, bodoh kamu Annasta! Aku memukul pelan dahiku. Akibat Rowena merebut Mas Jasen, aku jadi berpikir yang tidak-tidak.“Ibu kenapa?” tanya pengacaraku heran.“Hah? Tidak,” kataku lalu tertawa kecil, “aku tadi tiba-tiba saja berpikir bahwa Anda menyukai si rubah.”“Saya?” tanya pengacaraku mengulang kembali pernyataan yang aku ajukan. Aku mengangguk mengiyakan, pengacaraku tertawa lalu berujar, “Saya tidak mungkin menyukai wanita yang telah merebut kebahagiaan klien saya. Lagi pula saya sudah tua dan punya anak dan istri, tidak mungkin saya menyukai wanita lain. Ibu ini ada-ada saja.” Ia tertawa kecil mendengar penuturanku tadi.Benar juga, hanya laki-laki pengecut yang akan menyukai wanita lain di belakang istrinya, apalagi sampai menikah secara diam-diam. Aku tersenyum miris kembali. “Mereka sepertinya telah menyiapkan sesuatu,” kataku melihat kembali Ma
Read more
169. Semakin Panas
Waktu telah menunjukkan pukul delapan lewat dua menit, kami pun dipanggil untuk melakukan persidangan. Aku bersama pengacaraku duduk di kanan karena kami penggugat dan Mas Jasen berserta pengacaranya di kiri sebagai tergugat. Hakim agung dan hakim anggota belum masuk ke ruang persidangan, sembari menunggu aku dan pengacara terus membicarakan tentang argumen apa saja yang dapat aku ajukan atau boleh aku ajukan."Mengapa aku jadi gemetaran?" lirihku."Tenang Ibu Ann!" ucap pengacaraku.Suara pemberitahuan jika hakim datang pun terdengar, para saksi, pengacara, aku, dan seluruh orang di ruangan berdiri, memberikan hormat lalu duduk setelah hakim agung duduk dan mempersilakan kami.Sidang pun dimulai dengan hakim agung memberikan beberapa kalimat lalu mengetuk palu selama tiga ketukan.Sesuai dengan apa yang pengacaraku katakan, sidang diawali dengan hakim memberikan izin padaku dan Mas Jasen untuk mengajukan argumen. Hakim lebih dahulu mempersilakan pada Mas Jasen untuk memberikan argume
Read more
170. Kegilaan Rowena
Cukup lama aku menunggu keputusan hakim, hingga akhirnya suara interupsi terdengar. Hakim agung akan memberikan keputusannya. Kusiapkan hati dan pendengaranku. Selalu kupanjatkan doa disetiap napasku untuk mendapatkan hak asuh kamu, Amel. Bunda tidak rela jika kamu diasuh lagi oleh wanita rubah itu. Kutatap jajaran meja para hakim.“Dari seluruh bukti dan argumen dari kedua belah pihak maka kami memberikan dua keputusan sidang, poin yang pertama adalah sidang gugatan atas perceraian yang diajukan saudari Annasta pada tergugat, yaitu saudara Jasen kami setujui!” putus hakim agung lalu mengetuk palu dua ketukan sebagai tanda sahnya keputusan.Aku langsung bersorak riang dalam hati dan mengucapkan syukur pada Tuhan. “Akhirnya kita berhasil!” kataku dengan riang pada pengacara.“Iya Bu, alhamdulillah semoga setelah ini keputusan dari hakim akan memuaskan. Lagi Bu, ingat apa yang saya katakan sebelum sidang dimulai, jika ada yang ....”“Kurang tepat untuk saya maka saya boleh mengajukan ba
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status