All Chapters of JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA: Chapter 121 - Chapter 130
205 Chapters
Seperti Keluarga
Susah memang kalau Jevano sudah ngambek.Setelah menghabiskan makanan yang telah dipesan, Jamal sekeluarga melanjutkan acara mereka dengan jalan-jalan. Baiklah, mungkin tidak terlihat sedang terjadi sesuatu di antara mereka bertiga, akan tetapi jika dilihat lagi dari dekat ... sang anak sedari tadi hanya diam dan mengikuti kedua orang tuanya ke mana saja."Sini, loh, Jev." Jamal menarik Jevano agar sejajar dengan dirinya dan Juwita. Pasalnya, Jevano malah seperti malas melangkah dan sengaja membuat dirinya berjalan di belakang, sedikit terlihat tertinggal."Ngapain?" tanya Jevano ogah-ogahan, begitu juga langkah kakinya. Bahunya menjadi sandaran tangan sang ayah."Ya, biar kelihatan kompak." Jamal gemas melihat kela
Read more
Acara Perayaan Kesuksesan
Gedung mewah itu sedang dipenuhi oleh tamu undangan. Mereka memenuhi ruangan dengan jas dan gaun malah. Penerangan dan dekorasinya terlihat sangat elegan. Sangat pas dengan tema acara yang sedang digelar di sana, acara perayaan keberhasilan produk.Jamal datang beserta Juwita dan Jevano. Mereka memakai baju yang senada, rancangan Juwita sendiri. Tampilan mereka terlihat sangat segar dengan warna hitam legam segelap langit malam ini. Mereka disambut dengan sapaan yang sangat hangat oleh para tamu yang sudah hadir terlebih dahulu. Bagaimana pun, di acara ini, Jamal adalah pemeran utamanya."Jamal!" Tuan Anggari melebarkan tangannya dan menyambut sang menantu dengan senyuman yang sangat lebar.Jamal mendekati mertuanya dan menerima pelukan yang sangat hangat dari pria itu.
Read more
Terjebak Di Acara
Jamal benar-benar menjadi bintang malam ini. Dia sangat sibuk dengan para pejabat dan petinggi perusahaan. Senyuman manis dengan lesung pipi yang selalu menghiasi wajah membuatnya semakin terlihat tampan di bawah penerangan yang mewah. Tampilan dan auranya semakin terlihat mahal."Tadi, Anda sempat menyebut anak Anda dalam pidato. Siapa namanya? Jevano?" Salah satu dari para tamu undangan. Jamal mengetahui namanya bernama Anwar, salah satu dari kolega bisnis yang ikut andil dalam proyek ini.Jamal mengangguk. "Iya, Jevano Kalindra."  "Bolehkah saya berkenalan dengan dia? Saya dengar dia adalah murid terbaik di Delta Pelita."Jamal tersenyum bangga. "Ah, itu. Alhamdulillah dia masuk ke sana dengan nilai ya
Read more
Kenalan Baru
Jevano masih terdiam saat Syahid selesai menjelaskan tentang keadaan umum yang dihadapi oleh anak-anak yang seperti mereka. Napasnya terdengar berat. Ternyata dunia yang dia masuki tidak sesimpel yang dia pikirkan. Tapi kenapa ayahnya terlihat sangat santai dan seperti tidak ada kesusahan sama sekali, kecuali lebih sibuk kerja. Ah, mungkin ayahnya juga sudah terbiasa dengan dunia bisnis dan kantoran, mengingat sang ayah juga dulu pekerja kantoran. "Kenapa ayahku enggak pernah cerita ke aku tentang masalah kayak gini, ya? Padahal, Ayah selalu mengingatkan aku kalau ada sesuatu penting dalam kehidupan kita. Maksudku, Ayah selalu mengajariku hal-hal yang perlu diperhatikan lebih. Apa Ayah juga enggak tahu tentang dunia yang kayak gini, ya?"Syahid memandang Jevano yang terlihat sangat tertekan itu. Dia tersenyum, lucu juga
Read more
Makan Malam Di Rumah Utama Keluarga Anggari
Para tamu undangan berangsur pulang. Ruangan acara digelar pun mulai lenggang. Hanya tertinggal para panitia penanggung jawab acara dan karyawan perusahaan ANG Group sendiri. Tentu saja keluarga Anggari masih lengkap di sini.Arjuna menepuk pundak Jamal dan memeluk kakaknya itu dari belakang. "Kakak," sapanya masih penuh dengan tenaga meskipun malam sudah mulai larut. Jamal menahan berat badan Arjuna dan menoleh sedikit ke belakang. Dia berdehem."Kakak mau ikutan sama yang lain enggak?" tanya Arjuna. Dia menunjuk ke karyawan yang sudah berjajar di salah satu sudut ruangan. Mereka melambai ke Jamal.Jamal tersenyum simpul. Dia menepuk tangan Arjuna dan menggeleng. "Kalian aja berangkat. Aku harus pulang bersam
Read more
Makan Malam Di Rumah Utama Keluarga Anggari 2
Seperti yang telah direncanakan kemarin, Jamal dan keluarganya akan mendatangi rumah utama keluarga Anggari. Maka dari itu, dia sudah berencana mengajak istri dan anaknya untuk berbelanja hari ini untuk membuat oleh-oleh. Masalahnya, tubuh mereka yang kelewat capek kemarin membuat mata mereka tidak bisa terbuka di pagi seperti biasanya. Bahkan Jevano yang biasanya bangun paling rajin pun masih tenang dalam tidurnya. Dia memeluk sang ayah dan mendapatkan posisi nyaman di badan kekar itu. Sang bunda memeluknya dari belakang.Kalau bukan karena mimpi dikejar kucing, mungkin Jevano tidak akan terbangun. Napasnya sedikit memburu. Keringat dingin keluar dari pelipisnya. Dia melihat sang ayah yang masih terlelap. Dia malah mendusel lagi dan ingin meneruskan tidurnya yang terputus karena mimpi aneh dikejar kucing oren itu. Dia memejamkan matanya lagi.
Read more
Perkataan Nyonya Anggari
Makan malam telah selesai. Keluarga Anggari juga sudah berbincang banyak hal dan menghabiskan waktu bersama. Jevano banyak bercerita tentang teman-temannya di sekolah. Tuan dan Nyonya Anggari mendengarkannya dengan senang hati. Ternyata seru juga mempunyai cucu. Sudah lama mereka tidak momong anak. Mereka jadi teringat dengan Juwita di masa remaja. Anak mereka itu juga suka bercerita tentang teman-temannya. Bahkan mereka sampai hafal dan mengenal teman-teman Juwita. Keuntungannya, mereka bisa membangun relasi dengan keluarga teman-teman Juwita tersebut. "Padahal Jevano bukan anak kamu, Juwita, tapi kenapa dia mirip banget sama kamu waktu masih muda dulu." Nyonya Anggari mengenang. Dia mengelus kepala Jevano dengan rasa sayang yang penuh, seperti cucu sendiri.Juwita hanya menanggapinya dengan senyum simpul. Jamal meliha
Read more
Punya Anak dan Punya Adik
Jamal membiarkan Juwita dan keterdiamannya selama perjalanan menuju butik wanita itu. Dia hanya sesekali melirik dan mencuri pandang, memastikan bahwa wanitanya ini tidak menangis."Kamu nanti naik apa pulang?" tanya Jamal yang tidak betah ternyata dengan kesunyian yang tercipta di antara mereka.Juwita masih diam dalam beberapa hitungan waktu. Dia menghela napas dalam. "Entah, mungkin aku nebeng Erika atau siapa gitu.""Kalau misalnya aku jemput? Kita jemput Jevano bareng, gimana?""Enggak usah. Nanti malah mengganggu jadwal kamu. Orang kantor pasti kasih kamu banyak ucapan dan bakalan ada banyak perayaan kecil buat kamu. Kamu nikmatin aja. Biar aku yang urus Jevano."
Read more
Ayah Sama Bunda Kenapa?
Jevano hanya diam di tempat duduknya saat makan. Sudah tiga hari ini tidak ada percakapan yang keluar saat dia dan orang tuanya bersama di ruang makan. Biasanya mereka akan membahas banyak hal bahkan sampai sesuatu yang paling konyol sekali pun. Tak jarang pula mereka membahas sesuatu yang tidak penting sama sekali.Akan tetapi, kali ini berbeda rasanya. Ya, tentu saja sangat berbeda. Semenjak pulang dari rumah kakek nenek, Jevano merasa ada sesuatu yang menghalangi antara ayah dan bundanya. Dia tidak tahu apa itu. Dia juga terlalu takut untuk angkat bicara kalau suasananya seperti ini."Jevano, selesaikam makanan kamu dan ayo berangkat. Bunda ada acara dan jadwal meeting pagi ini." Juwita memberikan titah. Dia sendiri sudah selesai makan dan membawa piringnya di dapur. "Bunda mau menyiapkan tas Bunda dulu. Kamu tunggu di mob
Read more
Liburan Bersama
Syahid sedang membaca buku pelajaran tambahan yang diberikan oleh orang tuanya saat Jevano masuk ke ruangan mereka. Baru mereka berdua yang datang."Yang lain mana?" tanya Jevano santai dan melepas tasnya. Dia duduk di sofa yang panjang.Syahid mengangkat pandangannya. Dia mengedikkan bahu. "Enggak tahu. Aku juga enggak ditelepon sama Rani kalau mau telat.""Emang ini udah telat?""Biasanya kami yang datang terakhir, Jevano. Inget."Jevano tersenyum. Benae juga kata Syahid. Dia menilik jam tangannya dan masih ada kelebihan jam yang lebih banyak dari pada biasanya. Kalau dipikir-pikir, kali ini dia memang berangkat lebih awal. "Bunda ada janji sama orang, jadi n
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
21
DMCA.com Protection Status