All Chapters of JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA: Chapter 131 - Chapter 140
205 Chapters
Kangen
Hari ini adalah janji temu Juwita yang telah diatur oleh Hari untuk pergi ke dokter. Tentu saja dia memilih rumah sakit tempat Hellen bekerja. Sekalian dia ingin bertemu dengan sahabatnya yang sudah lama tidak dia kunjungi itu. Dia sengaja pergi pagi agar bisa mercoki Hellen yang pasti masih siap-siap di ruangannya.Juwita mengetuk pintu ruangan Hellen. Dia masuk setelah diberi izin oleh wanita itu."Kak Juwi?" Hellen membolakan matanya dan langsung berdiri. Dia melangkah mendekati sahabatnya itu dan memeluknya erat. "Bundanya Jevano, apa kabar?" tanyanya dengan menggoyangkan pelukan mereka ke kanan dan ke kiri."Baik. Lo gimana? Sesibuk itu sampai enggak baca chat dari gue?" Juwita melepaskan pelukan temannya."Loh
Read more
Ada Yang Dibicarakan
Makan malam kali ini terasa sedikit sepi. Sebenarnya, Jevano sangat senang saat mengetahui bahwa Jamal pulang terlebih dahulu dan menyiapkan mereka makan malam. Akan tetapi kejumudan yang masih melanda di ruang makan ini membuat Jevano masih merasa berat. Apalagi saat dia melihat mata bundanya yang sedikit membengkak. Dia juga bisa melihat semburat merah di hidung sang Bunda.Jamal memandang anaknya. Dia tahu bahwasanya Jevano hendak mengatakan sesuatu."Kamu mau ngomong apa, Jev?" tanya Jamal saat melihat Jevano yang menunduk kembali setelah mengangkat pandangannya, melihat Juwita.Jevano menggeleng pelan. Dia melihat ke arah bundanya lagi dengan agak ragu. "Bunda, apa aku boleh bilang ke Ayah?"Juwita mengangkat k
Read more
Lantang
Jamal membuka matanya. Napasnya masih tenang. Dia menghirup banyak oksigen untuk mengembalikan seluruh kesadarannya. Di sebelahnya, ada Juwita yang duduk dengan menggunakan bathrobe. Wanita itu sudah wangi dan segar."Akhirnya bangun juga kamu, Jae. Mandi, gih, kita sarapan habis ini." Juwita menyentuh pipi Jamal dan mengelusnya pelan. "Kamu butuh cukuran. Udah mulai ada bulunya."Jamal menarik tangan Juwita hingga wanita itu terjatuh di atas dadanya. Dia tersenyum nakal sambil menatap wajah sang istri penuh arti. "Cium aku dulu, baru aku mau beranjak dari sini."Tanpa omongan dua kali, Juwita mencium bibir Jamal dan melumatnya. Dia merasakan tangan Jamal yang masuk ke dalam bathrobe-nya tanpa izin. Dia hendak menghentikan ciuman mereka dan protes malah tidak bisa karena
Read more
Semua tentang Relasi
"Jevano, kamu ke mana aja, sih? Dicariin malah telat." Rani mengomel saat Jevano baru saja memasuki ruangan mereka. Dia mendatangi pemuda itu dan menariknya agar berjalan lebih cepat. Dia mendudukkan Jevano di sofa sebelah Arina.Jevano yang baru datang pun sedikit plonga plongo, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia melihat ke tiga orang yang duduk di sana dan hanya diam."Ada apa?" Dia bertanya ke Rani."Arina tadi dicegat sama Alvaro," kabar Rani. Dia duduk di sebelah Haikal."Terus?"Rani melihat ke arah Arina. Temannya itu masih diam dan menunduk dalam. Tangan Arina saling meremas satu sama lain."A
Read more
Jaket Prada
"Bunda! Jaket coklat biru Jeje ada di mana?"Sudah sedari sore Jevano sibuk dengan barang-barang yang akan dia bawa ke Batu untuk menginap di sana. Rencana dia dan teman-temannya berangkat jam delapan menggunakan mobil Syahid. Mereka harus menyelesaikan urusan mereka di rumah terlebih dahulu sebelum berangkat. Masalahnya sekarang adalah Jevano tidak ingin pergi tanpa jaket kesayangannya dari kecil itu. Jarang-jarang dia menggunakan jaket kesayangannya itu. Akan sayang sekali kalau di momen seperti ini dia tidak bisa memakainya. Meskipun sudah lama, tapi jaket itu terlihat bagus serta mahal. Dia juga tidak ingin jaket pemberian spesial dari ayahnya itu absen di momen penting seperti ini. Apalagi ini kali pertamanya dia keluar jauh sendiri, tanpa sang ayah, untuk berlibur. Paling tidak harus ada kesannya, lah."Apa, sih, sayang
Read more
Perjalanan Ke Batu
Jevano dan teman-temannya terlihat masih segar, tidak ada yang mengantuk. Mata mereka masih lebar dan masih saja terdengar ocehan dari mulut mereka. Yah, memang dasar para anggota geng yang tidak mau diam, ada saja yang dibahas. Bahkan topik pembahasan yang mereka ambil pun terdengar sangat tidak mutu. Sopir Syahid pun sampai menggeleng-geleng mendengarkan ocehan mereka. Dalam batin pria itu pasti mereka ini jelmaan dari bayi burung atau ayam yang baru lahir, berisik."Lo tebak, nih, gue punya pertanyaan yang bagus," ucap Haikal di sela percakapan dan candaan mereka."Apa coba?" Rani menantang. Gadis itu duduk di tengah bersama Haikal. Arina dan Jevano ada di belakang. Sedangkan Syahid, dia memilih aman saja dengan duduk di depan. Kalau tidak, dia tidak akan bisa mengisi energi kalau kehabisan.
Read more
Mirip
Jevano menoleh dengan cepat dan menyembunyikan gawainya. Dia melotot ke arah temannya itu, isyarat untuk diam. Syahid berdiri di belakangnya sambil membawa minuman empat gelas di tangannya. Kedua lelaki itu saling memandang dan mengedipkan mata beberapa hitungan. Mereka berdua sama-sama kaget dan melongo."Kalian berdua kalau dilihat-lihat mirip juga. Malah udah kayak anak kembar," ucap pak sopir yang beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil minuman di tangan tuan mudanya."Siapa, Pak?" tanya Arina yang datang dan meletakkan dua bungkus makanan di tangannya di atas meja bundar yang tersedia."Mas Syahid sama Mas Jevano ini." Pria empat puluh tahun itu berisyarat dengan dagunya kepada dua lelaki yang masih membeku di tempat masing-masing. Syahid berdiri di belakang J
Read more
Panggilan Menyesakkan
"Belum tidur, Bae?" tanya Jamal langsung saat sambungan teleponnya bersambut. Dia sedang merebahkan tubuhnya sejenak di atas sofa, menunggu Arjuna yang sedang ijin ke kamar mandi. Kata pria itu, perutnya sakit habis mencoba makan pizza dengan saus jalapeno. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Jamal untuk menelepon sang istri."Kangen, Jae."Jamal melebarkan matanya. Senyumannya mengembang. "Tunggu. Tunggu. Aku enggak salah dengar, kan?""Enggak." Suara Juwita terdengar serak."Hey, Bae. Kamu nangis?""Pengin.""Bae, maaf. Aku enggak bisa pulang sekarang. Kalau kerjaannya udah kelar, aku langsung pulang.
Read more
Villa Nyonya Anggari
Jevano dan teman-temannya melongo. Sejak dari pintu gerbang, mereka dibuat terpukau dengan taman villa High Hills milik Nyonya Anggari ini. Ada pepohonan yang menjulang tinggi dan juga berbagai tumbuhan bunga yang menghiasinya. Meskipun langit sudah gelap, penerangan yang ada di taman memberitahukan kepada mereka tentang hijaunya rumput yang terhampar di sana."Anjir ini villa apa mansion?" Haikal dan mulut blak-blakannya mewakili perasaan semua teman-temannya yang melihat ke luar jendela. Tadi, di depan sana ada tiga penjaga. Mereka melihat penjaga juga di pintu masuk bangunan tersebut. Di teras juga ada. Lampu yang menyorot bangunan tersebut membuatnya terlihat semakin megah dan seakan tidak nyata."Jevano, beneran ini villanya?" tanya Rani tanpa menoleh ke teman
Read more
Jujur-Jujuran Saja
Jamal mengaktifkan mode telepon nirkabel di mobilnya. Dia tidak mau menyiakan teknologi maju kendaraannya. Pun itu mempermudahnya untuk mengemudi."Halo, Bae. Kamu di rumah?" tanya Jamal langsung. Dia masih ingat perkataan istrinya yang tidak mau bertemu dengannya hari ini yang disampaikan tadi malam. Walaupun dia tahu itu hanya gurauan, tapi ... rasanya akan sangat mengecewakan saat tahu dengan benar bahwa ucapan istrinya adalah kebenaran."Iya. Emang kenapa, Jae?" Juwita baru saja selesai membuat kukis. Dia ingin mencoba resep dari kenalan mamanya yang menjual kue dan roti. Dia tidak berniat untuk menjajakannya ke orang lain, cukup keluarganya saja.Jamal menghela napas lega. "Syukurlah. Kamu enggak jadi ke butik, kan, hari ini? Sabtu, loh."
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
DMCA.com Protection Status