All Chapters of Anakku Pulang Tanpa Nyawa: Chapter 11 - Chapter 20
56 Chapters
Bab 11
"Enggak ada gimana maksud kamu?" tanyaku setengah menaikan oktaf."Coba Bibi dan Paman ke sini, lihat sendiri saja," balas si Parman.Aku pun segera mendekat dan melihat sendiri lubang makam itu."Astaghfirullah al'adzim." Aku kembali ambruk di dekat gundukan tanah bekas kuburan Nila yang sudah dibongkar habis itu."Apa yang terjadi sama kamu, Nak?" jeritku lagi."Parman apa kamu yakin jenazah Nila gak ada?" tanya suamiku."Lihat sendiri saja, Paman."Dengan kaki bergetar suami melangkah ke dekatku."Gustiii bagaimana bisa jenazah anakku hilang? Kemana dia sekarang?" Suami ikut ambruk di sampingku, dengan wajah frustasi dan kacau ia memegangi kepalanya."Apa mungkin jenazah Nila dibawa binatang buas?" tanya seorang warga yang ikut menggali."Gak mungkin, gak mungkin binatang buas membawanya atau kalaupun dirusak pasti ada bekasnya." Suamiku menyahut dengan terus menggelengkan kepala. Ia tampaknya terpukul sekali melihat kondisi makam Nila."Bang, Parman coba periksa sekali lagi, mungk
Read more
Bab 12
Aku paham maksud suamiku, mungkin dia tidak ingin merepotkan Mila soal biaya yang akan Mila keluarkan jika melaporkan kasus ini ke polisi, aku juga paham suamiku tidak ingin kabar menghilangnya jenazah anakku sampai tersebar luas dan menjadi bahan tontonan masyarakat luas.Aku paham betul suamiku adalah orang yang tertutup, dia sangat menjaga nama baik keluarga kami."Bapak tenang aja, enggak usah khawatir, berita menghilangnya jenazah anak kita Ibu pastikan gak akan sampai bocor ke media, apalagi sampai tersebar luas, Ibu juga tahu bagaimana rasanya malu, Pak, kasihan juga anak kita. Karena itu Ibu pastikan hanya orang-orang tertentu saja yang akan mengetahui hal ini," ujarku panjang lebar.Akhirnya suamiku pun mulai mereda dan kembali menimbang-nimbang ucapanku."Ya sudah kalau begitu Bapak dukung kalian, semoga jenazah anak kita cepat ditemukan," ucapnya. Aku mengangguk pelan.Saat sedang mengobrol tiba-tiba terdengar bunyi sirine mobil ambulans di pekarangan rumah.Bergegas aku
Read more
Bab 13
Tanpa menunggu lagi aku bergegas melangkahkan kaki menghampiri mereka. Tapi sekitar 5 langkah sebelum sampai mendadak langkahku mati saat kulihat Sarah bertelunjuk jari sambil berteriak tepat di depan wajah suamiku."Urus dulu wanita tua itu! Baru kau meminta bagianmu, aku sudah bilang bermainlah yang pintar, buatlah pikirannya terpecah belah tapi tidak dengan membahayakan namaku!" Teg. Jantungku langsung melonjak hebat sejurus dengan rasa shock yang lagi-lagi menyerang benakku.Aku benar-benar seperti diterjang badai yang tak berkesudahan.Sarah? Kenapa Sarah begitu pada suamiku? Ada apa ini? Apa yang sedang mereka permasalahkan sampai Sarah berani kurang ajar pada suamiku?Bagian? Bagian apa? Dan wanita tua itu siapa?"Tap-" Ucapan suamiku mendadak terhenti, saat bola mata Sarah berputar liar ke arahku."Tapi Paman paham perasaanmu sekarang Sar, semoga ibumu cepet sembuh," lanjut suami.Karena Sarah tampak sudah menyadari keberadaanku akhirnya kulanjutkan langkah menghampiri merek
Read more
Bab 14
Aku menoleh, seorang pria berkemeja rapi ada di sana, tampaknya dia seorang dokter karena dilihat dari penampialnnya, ia sungguh berbeda dan terlihat bersih sekali."Ah saya ... emm ... tadi habis menengok pasien yang ada di dalam, saya permisi, Dok." Aku buru-buru pergi sebelum dokter itu mengira aku sedang merencanakan sebuah kejahatan.Meski sejujurnya aku masih penasaran, ada apa antara suamiku dan Sarah? Kenapa mereka seperti sedang terlibat pertengkaran hebat hari ini? Dan apa tadi katanya? Suamiku ceroboh? Mereka juga membicarakan masalah kepulangan Mila, ada apa ini? Apa mungkin mereka menyembunyikan sesuatu dariku?"Ah sudahlah." Aku mengibaskan tangan.Ada urusan yang jauh lebih penting sekarang, aku harus buru-buru pergi ke kantor bale desa, sudah tak sabar rasanya aku ingin mengumumkan soal rencana sayembara pencarian jenazah Nila.Aku berharap dengan cara ini Nila akan segera ditemukan, karena entah kenapa polisi sulit sekali menanggapi laporan orang-orang desa seperti
Read more
Bab 15
"Heii."Dua orang petugas ikut berlari. Anjing pun berhenti dan terus menggonggong di sekitar pintu dapur rumah Sarah. Dengan perasaan yang sudah berubah tak karuan akhirnya aku juga mengekor mereka.Tetangga juga mulai berdatangan, mereka tampak penasaran ingin melihat apa yang sedang terjadi di sini."Ada apa, Pak?" tanyaku cepat."Maaf yang ini rumah siapa? Bisa kami periksa ke dalam?""Ini? Rumah tetangga saya, tapi mereka sedang tidak ada di rumah, mereka di rumah sakit." Aku menjawab apa adanya.Petugas itu diam, sementara anjing terus saja menggonggong tak mau berhenti."Bagaimana, Komandan?" tanya seorang polisi pada polisi yang satunya."Bu, ada sesuatu yang mencurigakan di rumah ini, kami harus periksa," ucap Komandan polisi padaku.Aku bergeming, sementara tubuhku mulai meremang.Sesuatu yang mencurigakan? Di rumah Sarah? Apa maksudnya?"Bu!" Aku mengerjap."Eh iya, Pak, tapi anu itu loh, orangnya gak ada, lagipula ... apa hubungannya kasus ini dengan tetangga saya?""Kam
Read more
Bab 16
"Astagfirullah ya Allah ya gustiii, itu apa yang dikubur di sana?."Mae-tetangga sebelah rumah Sarah histeris."Iya apa jangan-jangan itu bener jenazah si Nila," balas orang di sebelahnya seraya bergidig.Dadaku langsung berdebar, tubuhku mendadak meremang. Kulihat tiga orang petugas itu masih dengan susah payah mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam gundukan tanah itu."Apa itu, Bu?" tanya suami, aku tak menjawab, perasaanku sedang tak karuan sekarang. Rasanya aku tak berselera walau hanya untuk menjawab pertanyaan seseorang."Bi, kalau benar itu jenazah Nila gimana?" Parman berbisik di telingaku.Aku tetap bergeming. Bayangan wajah anakku tiba-tiba muncul dan membuat mili ku kembali merembes."Kalau itu bener jenazah si Nila, apa motifnya si Sarah melakukan ini.""Heh belum tentu pelakunya Sarah, bisa aja orang lain."Lagi, kudengar mereka saling bersahutan di belakangku."Bu, Masitah, kemari." Aku mengerjap saat seorang petugas polisi memanggil namaku.Bergegas aku dan suami masuk
Read more
Bab 17
Ya benar, Nila selalu datang sebelumnya jika akan terjadi apa-apa.Aku harus pastikan jenazah Nila sampai ke rumah sakit dan segera diautopsi.Pukul setengah 11 malam kami sampai di rumah sakit. Jasad Nila langsung dibawa ke ruang jenazah.Sementara aku segera dimintai keterangan dan mengurus surat persetujuan tindakan autopsi.Dengan tubuh gemetar aku berusaha untuk terus kuat. Aku harus memastikan kasus Nila ini selesai sampai akhir, agar anakku tenang di alam sana.Setelah penyebab kematian anakku sudah diketahui, tim kepolisian tinggal membantuku menyeret para pelaku yang sudah membuat anakku meninggal hingga jasadnya dicuri dari dalam kubur.Aku yakin, aku yakin sekali mereka adalah orang yang sama. Tapi ... aku masih belum paham, kenapa mereka harus menguburkannya di belakang rumah Sarah? Apa alasannya? Dan kapan mereka melakukan itu? "Baik, sudah selesai, Bu," ucap seorang perawat.Aku mengerjap dan mengumpulkan kembali kesadaranku.Dari sana aku langsung kembali ke depan rua
Read more
Bab 18
PoV Mila."Ibu ini ngomong apa? Mana bisa Mila bohong, lagi pula hal kayak gini tuh gak aneh, mereka sudah pasti melakukan ini supaya dapat uang laporan dobel dari kita, Bu," jawabku, bersusah payah meyakinkan Ibu.Bisa-bisanya ibu tahu aku berbohong, arghh sial. Kemarin aku memang tidak melapor pada polisi. Tapi aku tak pernah menduga, ibu akan datang lagi ke sana hingga akhirnya ibu tahu kebohonganku."Oh ya sudah Mil, Ibu cuma mau kabari itu saja, kamu gimana di sana?" tanya Ibu lagi."Di sini? Emm aman Bu, di sini aman, Mila sudah bekerja di rumah keluarga suaminya Nila," jawabku gugup."Ya sudah Ibu mau istirahat Mil, kamu hati-hati di sana ya."Obrolan aku dan ibu pun berakhir, ibu terdengar memberikan ponselnya pada Sarah.Anak itu, awas saja, akan kuberi dia pelajaran, bisa-bisa nya dia gegabah seperti ini, untung saja aku pandai beralibi kalau enggak, gimana? Ibu bisa curiga tentang keberadaanku sekarang.Hampir saja tadi rahasiaku terbongkar. Kalau ibu tahu sekarang aku tida
Read more
Bab 19 A
Setelah Nila menikah aku jadi pribadi yang pendiam dan tertutup, entah kenapa rasanya aku tak lagi punya semangat untuk melanjutkan hidup apalagi ingin berumah tangga. Aku malu, benar-benar malu sampai aku tak pernah pulang ke kampung halaman selama 2 tahun sejak Nila menikah.Tapi semua itu berubah ketika suatu hari tepatnya seminggu yang lalu. Bani Azhar--suaminya Nila benar-benar pindah ke Surabaya.Saat itu, tanpa sepengetahuan Nila aku melamar di kantor suaminya, dan beruntungnya aku karena saat itu aku langsung diterima menjadi sekretarisnya Bani Azhar."Baik, karena sekretaris saya yang dulu tidak ikut pindah, kamu diterima jadi sekretaris saya, saya harap kamu bisa membantu saya dalam mengembangkan perusahaan ini," ucapnya saat itu.Senyumku terbit sempurna. Aku bahagia sangat sangat bahagia saat itu.Bagaimana tidak? Ini adalah saat-saat yang kunantikan dalam hidupku. Aku masuk dalam kehidupan Bani Azhar dan perlahan aku akan merebut hatinya.Di depan meja kerja Bani Azhar
Read more
Bab 19 B
Nila tersenyum renyah. Lalu mengangkat sebelah tangannya sedikit untuk memanggil pelayan cafe.Tak butuh waktu lama, pelayan itu pun datang membawa buku menu dan tablet untuk mencatat pesanan kami."Espresso chill dua," kata Nila pada pelayan itu. Selain memesan kopi pahit dingin Nila juga memesan beberapa menu andalan di cafe itu, entah itu makanan jenis apa aku sendiri tak begitu familiar, jujur aku tak pernah memesannya.Karena walau aku bekerja siang malam, rasanya gajiku tak akan cukup jika untuk membeli makanan mewah yang hanya disajikan dalam porsi sedikit itu.Tapi waw lihatlah si Nila, adikku itu bahkan memesan apapun yang dia mau saat ini tanpa pikir panjang.Ia juga tampaknya sudah sangat terbiasa mengunjungi cafe-cafe mewah seperti ini karena saat kami makan ia sudah menguasi table manner dengan baik dan benar.Padahal dulu ia hanya gadis desa biasa, jangankan table manner makan di emperan saja ia sering gugup dan milih untuk dibungkus saja.Sungguh hidup Nila membuatku m
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status