Semua Bab Anakku Pulang Tanpa Nyawa: Bab 21 - Bab 30
56 Bab
Bab 20
"Toloooong." Sejurus kemudian Nila berteriak kencang. Aku sampai tak lagi punya kesempatan untuk memberi orang-orang suruhanku itu kode.Alhasil mereka berdua langsung lari terbirit-birit keluar rumah. Aku tahu mereka tak akan membahayakan keselamatan diri mereka hanya karena sejumlah uang dariku.Arggghh. Sial. "Mbak Mila gak apa-apa?" Nila memastikan seluruh tubuhku aman.Aku mengangguk tanpa bicara. Sebetulnya masih kesal, kenapa rencana yang sudah kususun ini harus gagal?"Ayo, Mbak duduk." Nila menarik lenganku ke sofa."Kalau menurut Nila, Mbak gak usahlah tinggal di sini lagi, sudah tahu rumah ini selalu diintai tapi Mbak kok maksa banget?"Aku menelan saliva tapi tetap diam tak menjawab."Ayo meningan ikut Nila aja ke rumah Mas Azhar," katanya lagi seraya bangkit dan bergegas menarikku.Tapi cepat kutepis tangan Nila itu."Enggak, enggak Nil maaf, tapi ... Mbak gak enak, masa iya Mbak numpang di rumah suamimu."Tentu saja aku akan menolak, kalau sampai aku ke sana, Bani Azhar
Baca selengkapnya
Bab 21
Bapak diam, ia masih saja menundukkan kepalanya."Bapaknya Mbak Mila itu gak akan mau jawab, karena dia takut kelakuan busuknya akan terbongkar," sahut Sarah."Kelakuan busuk? Kelakuan busuk gimana maksudnya?""Mbak Mila pasti gak tahu kalau bapaknya Mbak Mila ini suka berkencan dengan para wanita muda di kos-an ini.""Apa?" Aku shock, dadaku bergemuruh. "Bahkan Mbak Mila gak akan pernah menyangka bahwa bapaknya Mbak Mila yang tua ini suka mabuk-mabukan dan berjudi!" semburnya lagi. Aku makin shock sampai jantung ini rasanya hampir lepas dari tempatnya, lebih-lebih saat kulihat bapak hanya menunduk seolah membenarkan semua ucapan Sarah."Sarah sengaja datang ke sini untuk menyeret bapaknya Mbak Mila ke dalam penjara," ucap Sarah lagi.Aku kembali menoleh ke arah anak itu, wajahnya makin merah padam menampakan kemarahan yang luar biasa tengah bersarang di sana. "Tapi kenapa Sarah? Emang apa yang udah dilakukan bapaknya, Mbak?" "Mbak Mila benar-benar ingin tahu?"Aku mengangguk gama
Baca selengkapnya
Bab 22
Tanpa bertanya lagi kedua orang itu mengangkat tubuh Nila ke dalam taksi online yang sudah kupesan."Terimakasih."Aku memberi mereka sejumlah uang sebelum aku naik taksi walau kesal rasanya karena pekerjaan mereka tak terlalu sempurna.Taksi mulai melaju sesuai maps yang tertera di aplikasi.Aku akan bawa Nila ke sebuah klinik gelap. Klinik kecil di sisi Kabupaten yang sudah terkenal dari mulut ke mulut sejak dulu.Aku tahu soal klinik itu, karena dulu saat di desa aku punya teman yang hamil di luar nikah, ia lalu menggugurkan kandungannya di sana.Walau banyak kasus gagal dan akhirnya si pasien meninggal karena penanganan yang jauh dari standar medis,aku tak peduli, toh akhirnya Nila juga harus secepatnya disingkirkan dari hidup Bani Azhar 'kan?Di dalam mobil kutelepon Sarah."Datang ke klinik sisi kabupaten dan jangan lupa ajak bapak ke sana.""Kilinik sisi kabupaten? Mau apa di sana Mbak? Bukannya itu klinik ...?""Gak usah banyak tanya."Tut. Kumatikan sambungan telepon. Semua
Baca selengkapnya
Bab 23
PoV Bapak."Selesai diurus bisa secepatnya dibawa pulang saja," jawab Dokter itu.Sementara menunggu jasad Nila dimandikan dan dikafani, Mila mengajakku dan Sarah berunding."Dengar kalian berdua, rahasia soal Nila ini hanya kita yang tahu, soal kematiannya, soal ginjalnya, soal kepulangannya, jangan sampai mulut kalian tergelincir di depan ibu," ujarnya penuh penekanan.Aku semakin tegang. Jujur saja, aku tidak menyangka anak sulungku akan senekat ini, entah ia tulus ingin membantuku agar aku tidak dipenjara atau dia memang sedang ada masalah pribadi dengan Nila adiknya, tapi tindakannya ini sungguh di luar dugaanku.Hanya karena karena ingin menyelamatkan aku dari jeruji besi dan dari kemarahan Sarah, nyawa adiknya kini melayang begitu saja."Lalu kami harus bagaimana? Mbak Mila mungkin akan aman karena Bibi Masitah gak tahu kalau Mbak Mila ada di Jawa, sedangkan kami? Bisa-bisa bukan cuma Paman tua yang masuk penjara tapi Sarah juga!" sengit Sarah.Aku kembali mengumpulkan kesadara
Baca selengkapnya
Bab 24
PoV Sarah."Ya Allah, Nila kenapa ini, Bu?" "Ibu juga gak tahu, Pak, pantas saja Ibu ingin sekali memandikannya, ternyata sesuatu memang sudah terjadi pada anak kita." "Nilaa, Naaak kenapa kamu sebenarnya? Ya Allah."Perlahan pria tua itu ambruk di bawah tempat pemandian, bagus juga aktingnya, kuberi dia nilai 90. Tapi sayang aku terlanjur jijik melihatnya.Pria tua tak tahu diri, tak melihat diri sudah bau tanah, dia dengan tega mau merudapaksa ibuku.Arrggghhh. Andai bukanlah ginjal yang menebus kesalahannya sudah kujebloskan dia ke dalam penjara."Paman kenapa?" Aku cepat meraih bobotnya dan membawa paman tua itu kembali keluar tiding pemandian."Masuk kau ke dalam rumah, amankan suasana di sana, pastikan mereka gak akan banyak tanya jika mereka melihat luka bekas sayatan itu, sementara aku akan urus istrimu!" sengitku."Tunggu dulu Sarah, yang Paman tahu hanya ada luka bekas sayatan di tubuh Nila, tapi tadi Paman lihat ada luka lebam juga, apa kamu tahu itu kenapa?"Aku bergemi
Baca selengkapnya
Bab 25
Tut tut tut. Mbak Mila memutuskan teleponnya sepihak bahkan sebelum aku bicara lagi.Aku kembali memasukan ponsel ke dalam saku lalu bergegas pergi ke kamar.Di atas kasur yang biasa kami tiduri berdua itu kulihat ibu sudah terlelap. Pelan, aku pun duduk sebentar di sisi ranjang kemudian terisak di sana."Sabar ya, Bu, gak akan lama lagi, gak akan lama lagi Ibu akan sehat."Bayangan si lelaki tua bangka sedang berusaha merudapaksa ibuku pun kembali muncul membuat telapak tangan ini spontan mengepal.Sakit sekali rasanya, sesak sekali dada ini dibuatnya, mentang-mentang kami hanya tinggal berdua siapapun seolah berani berbuat kurang ajar pada kami.Tapi tak apa, sekarang semuanya sudah dibayar lunas, aku yakin pria tua bangka itu sedang merasakan kesedihan yang sekarang sedang kurasakan juga, walau pun ....Kutengok bingkai foto yang kutaruh di atas nakas. Bingkai berisi foto kebersamaan antara aku dan Nila.Dua sahabat yang selalu berjanji untuk terus setia dan saling menjaga satu sam
Baca selengkapnya
Bab 26
"Tanyakan saja pada putrimu," tandasku seraya pergi dari hadapannya.Rasanya aku sangat muak jika terlalu lama dekat dengan si tua bangka itu.Setelah berbasa-basi dan mengakui semua kebohonganku selama ini pada Bi Masitah, aku pamit pulang sebentar.Niat hati ingin beristirahat karena kepalaku rasanya penat harus terus bersandiwara di depan Bi Masitah. Tapi saat sampai di rumah aku malah mendapat tugas yang gila dari Mbak Mila."Kau dengar Sarah, Mbak akan pulang sekarang, Mbak sudah pesan tiket pesawatnya.""Baguslah, terus?""Malam ini juga kamu harus pergi ke makamnya Nila.""Hah?" Aku melonjak duduk dari pembaringan."Tapi untuk apa?"Jangankan pergi ke makam Nila, aku di rumah saja rasanya dihantui terus oleh arwahnya hihh."Tentu saja untuk mencuri jasadnya Nila.""Apa?? Mbak Mila ini gila atau gimana?" "Ini harus kamu lakuin Sarah, atau kalau enggak kita akan habis.""Sarah gak mau, apa-apaan ini? Buat apa nyuri jasad Nila?""Tentu saja agar ibuku gak bisa autopsi Sarah."Aku
Baca selengkapnya
Bab 27
"Ah lupakan soal itu, Mbak akan transfer sekarang juga, udah ya."Mbak Mila mematikan sambungan telepon setelah gelagapan menjawab pertayaan terakhirku. "Dasar wanita aneh."Tak lama sebuah notifikasi sms banking masuk.Aku tersenyum lebar dan bergegas pergi ke Bank yang ada di Kecamatan untuk mengambil uang."Sarah, jangan lupa bagian Paman," teriak si tua bangka.Aku mendecih tak sudi.-Sepulang mengambil uang Mbak Mila sudah sampai rumah Bi Masitah. Segera aku ke sana untuk cipika-cipiki."Mana bapak? Apa tugas kalian semalam beres?" tanya Mbak Mila saat Bi Masitah sedang ke belakang."Ya Sarah gak tahu lah kemana si tua bangka itu, soal pekerjaan tadi malam tanya aja langsung sama dia," jawabku ketus."Kau ini bisa gak lebih sopan sedikit sama bapaknya, Mbak?""Gak bisa!"Mbak Mila geram dan mengeratkan gigi-giginya. Tapi sebelum kami terlibat pertikaian sengit Bang Parman tiba-tiba datang teriak-teriak. Kupikir ada apa, ternyata ia hanya mau mengabari soal makam Nila yang rusak
Baca selengkapnya
Bab 28
PoV Mila"Mila, malah bengong, dipanggil Pak Sultan tuh buruan." Ucapan Radiya-teman kantroku menarikku kembali dalam kesadaran.Ya Tuhan entah sudah berapa lama aku berdiri di dekat meja kerjaku, mengingat kembali soal Nila aku jadi lupa kalau Bani Azhar tadi memanggilku lewat telepon.Bergegas aku memasukan alat make up ke dalam sling bag, tapi saat kaki akan melangkah ponselku sudah begetar."Arggghh mau apa si Sarah telepon? Bikin moodku jelek aja tuh anak."Tapi jika aku tak mengangkatnya, Sarah pasti akan terus menelepon."Halo Sarah, ada apa lagi sih?""Mbak kemana aja sih? Sarah teleponin juga daritadi, malah gak diangkat-angkat," dengusnya."Mbak lagi sibuk, kerja.""Lebih penting mana kerja sama urusan kita? Sekarang gimana? Nila udah berhasil diautopsi."Aku menggit bibir sedikit, kepalaku jadi kembali pusing rasanya."Mbak lakuin sesuatu dong, Mbak." Sarah bicara lagi, nada suaranya terdengar tak santai sekali."Oke oke Sarah, kamu tenang aja kenapa sih? Ini Mbak lagi miki
Baca selengkapnya
Bab 29
Arrgghh andai saja dia bukanlah calon mertuaku sudah pasti aku akan menutup mulutnya pakai lakban atau menyumpal nya dengan kertas. Wanita ini ternyata benar-benar tak semudah yang kubayangkan untuk mendapatkan hatinya. Tapi aku memilih diam saja, tidak bicara apalagi menanggapi sindirannya itu. aku hanya terus berpura-pura mempercepat pekerjaanku membereskan berkas-berkas itu."Iya Ibuku sayang, mana mungkin Sultan berani macam-macam, Sultan gak tertarik dengan siapapun di sini, Sultan hanya mencintai menantumu itu saja, justru Sultan memanggil Mila kesini untuk membicarakan masalah Nila, Sultan meminta Mila agar dia mengatur ulang jadwal rapat, Sultan berniat akan pergi ke Jawa dan menyusul Nila ke sana.""Bagus, memang itu yang Ibu harapkan, pergilah, Nak, pastikan istrimu itu baik-baik saja di sana, entah kenapa Ibu sangat khawatir, perasaan Ibu juga gak tenang dan cemas sekali rasanya. Beberapa kali ini Ibu juga mimpi buruk soal Nila, entahlah tapi Ibu harap Nila baik-baik saj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status