Semua Bab Passionate CEO - Malam yang Tak Terlupakan: Bab 111 - Bab 120
129 Bab
Bab 25 - EXOL and ARMY
Ya, Tuhan! Seolah tak percaya, Aria mengenang peristiwa beberapa hari lalu. Ia mengeluh pada Ji Wook akan tugas pelajaran sejarahnya yang macet. Tak pernah diduga, pemuda tampan itu justru terang-terangan mengajaknya kencan sekaligus mengerjakan tugas sejarah. Aria tak pernah menyangka dua hal itu bisa dikerjakan sekaligus. Senyum tipis mengembang di wajahnya.Aria mematut diri di depan cermin. Bertanya-tanya apakah ia sudah cukup rapi. Rasa gugup menerjang hebat mengingat ia akan segera bertemu Ji Wook di luar sekolah. Yah, meski sebenarnya ini dalam rangka mengerjakan laporan, sedangkan kencan adalah alasan kedua. Tetap saja, siapa yang tidak berdebar jika akan berdua dengan seorang pemuda yang begitu baik hati?Kaus bergaris hitam-putih ditutupi blazer krem gelap dipadu celana jin sedikit ketat dan bot berwarna cokelat. Aria membiarkan rambut hitam berombaknya tergerai bebas. Memberi hiasan berupa jepit rambut di sisi kanan. Benda yang gadis itu curigai merupakan ha
Baca selengkapnya
Bab 26 - Kencan Pertama
Lidah Aria terasa kelu. Hatinya hangat, pikirannya melambung senang. Namun, ia tak mau besar kepala. Walaupun Ji Wook mengatakan itu sambil menatapnya dalam-dalam. Gadis itu tak yakin dengan perasaannya, lagi pula cinta bukanlah prioritasnya saat ini. Ia harus mengubur jauh semua hal tentang cinta."Kalian berdua terlihat serasi. Semoga langgeng, ya!" ucap petugas yang memasukkan adonan di bagian fortune cookies dengan senyum terkembang.Ji Wook jadi salah tingkah. Sementara Aria menunduk tersipu."Sudah jam setengah tiga. Aku harus segera ke restoran!" Aria melihat arlojinya, dan berkata dengan sedikit keras untuk mengalihkan topik pembicaraan yang mulai tak nyaman."Bukankah kemarin kau sudah meminta izin Samchon Lee? Beliau sudah mengizinkan. Atau jika kau ingin libur, aku akan membantumu meneleponnya," ucap pemuda penggemar EXO tersebut dengan santai.Aria menggeleng. Meskipun Mr. Lee memang sudah mengizinkan, dia tetap tidak bisa merasa tenang
Baca selengkapnya
Bab 27 - Kerja Kelompok
Aria nyaris menyumpah-nyumpah kasar ketika mendapati bahwa Axel sudah berada di depan kompleks apartemennya. Pemuda itu duduk di atas sepeda motor berwarna merah sambil menatap Aria dan Ji Wook. Alisnya menukik tajam dan jelas-jelas terlihat bahwa dia tidak suka dengan keberadaan mereka. Perlahan Axel bangkit berdiri dan berjalan ke arah pasangan yang baru saja habis berkencan. Gerakannya pelan tapi mengancam. Secara instingtif, Ji Wook maju selangkah dan melindungi tubuh mungil Aria di balik punggungnya."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ji Wook memecah kesunyian yang mencekam. Kondisi di depan apartemen Aria sepi karena memang kompleks itu terletak di ujung jalan sehingga tidak banyak orang lalu lalang selain penghuni. Pemuda itu merasakan Aria menarik ujung jaketnya, memberikan pesan tersirat agar dia mengendalikan emosi. Hal itu membuatnya sadar bahwa mereka masih di tempat umum. Jendela-jendela apartemen yang menyala adalah bukti adanya orang lain di sana.Axe
Baca selengkapnya
Bab 28 - Keheningan Mencekam
Dua panekuk yang masih mengepulkan uap telah terhidang di meja. Axel dengan santai mulai menyiram sirup maple ke atas hidangannya."Ayo makan, nanti dingin." Axel mengacungkan pisau makannya ke arah Aria dengan tatapan penuh intimidasi.Aria memandangi panekuknya setengah hati. Ia tak terbiasa sarapan berat. Gadis itu sering hanya menghabiskan segelas susu, atau setangkup roti mungil di waktu pagi. Namun, membuang makanan jelas bukan bagian dari gaya hidupnya. Aria pun mengatupkan tangan dan mulai berdoa.Saat itu, Axel terpana melihat bagaimana Aria begitu khusyuk mengucapkan doa pada Sang Maha Pemberi Rezeki. Ah, berdoa. Kapan terakhir kali dia melakukannya? Ia hampir tak bisa mengingat. Mom dan Dad rajin berdoa dan acap kali mengajaknya ke gereja. Namun, dia selalu tak peduli. Pemuda itu merasa, kedua orang tuanya hanya berpura-pura beriman demi status sosial.Tak berapa lama, Axel lebih dulu menyelesaikan makannya. Beberapa potong penekuk tersisa di a
Baca selengkapnya
Bab 29 - Jebakan Ular Betina
Sophia memandang kesal dari balik rak buku ke arah pasangan yang sedang asyik belajar di meja baca perpustakaan kota. Kekesalannya semakin bertumpuk saat sang pria memutuskan segera mengajak pasangannya pergi begitu mata pemuda itu bersirobok dengannya. Padahal tadi ia sampai meninggalkan perawatan tubuh di salon langganannya, ketika lelaki itu akhirnya membalas pesan yang ia kirim bertubi-tubi.Gadis pirang itu pun langsung membuntuti keduanya. Ketika mereka berjalan ke arah parkiran, Sophia berbelok ke area parkir mobil. Gadis itu segera pergi dari area perpustakaan. Ia harus mengikuti mereka. Ia tidak rela membiarkan mereka berduaan apalagi untuk bersenang-senang.Sophia segera mengendarai mobil dan menunggu di tempat yang agak tersembunyi. Gadis itu yakin, orang yang ditunggunya belum keluar. Tadi ia lihat, parkir motor sedang ramai, banyak antrian di pintu keluar.Begitu motor Ducati merah yang ditunggunya melintas, Sophia menekan pedal gas. Gadis itu tetap
Baca selengkapnya
Bab 30 - Api Cemburu yang Terbakar
Aria menatap Ji Wook dengan tidak percaya. Matanya mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi."Apa maksudmu?" tanya Aria dengan suara bergetar. Dia tidak menyangka kalau pemuda lembut dan perhatian bisa mengatakan hal tersebut.Ji Wook yang menyadari kesalahannya melepas pergelangan tangan Aria dan mundur sambil menghela napas. Dia mengacak rambut hitamnya dengan kalut. Rasa cemburu sudah memenuhi hatinya dengan emosi yang tidak perlu hingga dia melakukan hal yang tidak seharusnya pada Aria. Ketakutan yang muncul di mata Aria cukup memberi tahu dia sudah menjadi monster seperti apa. Tidak, dia tidak boleh mengacaukan kesempatannya untuk mendekati Aria hanya karena emosi semata."Maksudku," Ji Wook menghela napas dalam sebelum melanjutkan, "aku tidak suka dengan pengaruh Axel padamu. Terutama dengan alasannya untuk bertemu denganmu terus menerus."Aria ikut mengembuskan napas lega mendapati bahwa temannya berhasil mengendalik
Baca selengkapnya
Bab 31 - Aroma Persaingan
Aria melihat banyak orang berbisik sembari melihat gawai mereka di sepanjang koridor sekolah. Bahkan ketika ia berlalu di dekat mereka, pandangan sinis bercampur iba mengikutinya. Aria bergidik membayangkanpikiran apa yang ada di balik tatapan itu.Gadis cerdas berkacamata itu selalu berusaha untuk tidak menonjol dan menghindar dari perkara. Namun, sejak ia masuk di Crown High School ini selalu ada saja hal yang membuatnya terlibat masalah.Ketika Aria tiba di kelas, bisik-bisik terdengar makin santer. Sekelompok siswa yang berdiri di dekatnya, beberapa kali melirik dan menyebut namanya."Apa sebenarnya yang sedang kalian bicarakan? Apa ada kaitannya denganku?" tanya Aria yang tak bisa lagi menyembunyikan rasa ingin tahunya.Para siswa itu mendadak diam, tidak menyangka jika orang yang dibicarakan mendengar ucapannya. Namun, tidak dengan seorang gadis yang setahu Aria sering memperhatikan Axel diam-diam. Gadis itu menatap kesal kepada Aria sambil
Baca selengkapnya
Bab 32 - Kesadaran akan cinta
Sophia masih terus melafalkan kata-kata bernada ancaman kepada Aria. Pandangan penuh kebencian terpancar di matanya.Aria menggelengkan kepala sambil menutup telinga agar tidak mendengar kalimat kasar dari mulut ular betina. Namun, kata-kata penuh bisa itu terlanjur masuk ke dalam sukma dan terus bergema di kepala. Rasa sakitnya menggerus pertahanan diri. Gadis itu pun berlari menjauh. Tak peduli suara Ji Wook yang berkali-kali memanggilnya.Aria berlari tanpa bisa dihentikan. Air mata tak bisa lagi dicegahnya untuk tak membasahi pipi. Semua bisikan yang terdengar bergema tak lagi masuk ke kepala. Hanya ada rasa sakit yang terus menggerus sukma.Kepalan tangan Ji Wook terasa semakin mengerat. Hawa panas membakar dadanya melihat Aria diperlakukan buruk oleh wanita menjengkelkan seperti Sophia.Saat itulah Axel menoleh sejenak ke arah Ji Wook yang balik membalas tatapannya. Baru saja pria bermata emerald itu hendak membuka mulut, Ji Wook memotongnya.
Baca selengkapnya
Bab 33 - Pernyataan Cinta
"A--apa maksudmu?" tanya Aria gugup. Pertanyaan dari Ji Wook benar-benar membuat pikirannya beku."Apakah kau menyukai Axel?" ulang Ji Wook memperhatikan setiap perubahan ekspresi Aria, membuat gadis itu makin gelisah. Pemuda itu menghela napas sambil menyugar rambutnya. Rasanya tidak nyaman bila dia harus menanyakan hal ini, terutama bila perasaannya sendiri condong ke Aria, tapi dia harus tahu kebenarannya. Lebih baik bila dia tahu lebih cepat dan dia bisa melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Dia tidak akan membiarkan gadis yang disukainya jatuh ke tangan berandalan seperti Axel."Aria," panggil Ji Wook lembut, membuat Aria menahan napas. "Aku tidak ingin membuatmu semakin bingung dengan semua kejadian ini, tapi kau perlu mengetahui isi hatimu yang sebenarnya sebelum bertindak lebih jauh."Aria memalingkan muka lalu mengembuskan napas panjang. Mata hitam milik Ji Wook yang menatapnya dalam membuatnya tidak tenang. Dia merasa seperti diamati di bawah mikroskop
Baca selengkapnya
Bab 34 - Jawaban Kegundahan Hati
Aria hanya mengangguk tipis dan bergerak cepat ke arah kamar. Tak dipedulikan sosok itu memandangnya khawatir.Gadis itu menangis sepuasnya dengan menelungkupkan kepala ke dalam bantal. Ia membiarkan air mata terus membasahi sekitar.Suara ketukan terdengar. Aria tersentak.Enggan masih bergelayut ketika Aria akhirnya bangkit untuk membukakan pintu kamar. Selintas ia melirik pantulan wajahnya di cermin. Ya, Tuhan! Mata bengkak, hidung memerah, dan rona pipi yang tak wajar membuktikan ia baru saja menangis. Satu tarikan napas panjang ia berusaha mengenyahkan semua sakit yang kembali hadir setiap kali pikirannya mengembara.Langkahnya masih terasa berat ketika tangan kanannya memutar kenop pintu. Sesosok pria dengan raut wajah khawatir berdiri tegak di hadapannya."Boleh masuk?"Aria hanya mengangguk dan menggerakkan tangannya mempersilakan pria itu berjalan ke dalam kamarnya."Apa ada masalah?" Gadis itu mempersilahkannya duduk bersama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status