All Chapters of Passionate CEO - Malam yang Tak Terlupakan: Chapter 81 - Chapter 90
129 Chapters
Bonus - HONEYMOON
Usai pesta pernikahan mewah digelar, rupanya kejutan demi kejutan masih diterima oleh Mysha. William yang dari luar tampak datar seperti papan presentasi itu, ternyata menyimpan sisi romantis yang membuat Mysha merasa begitu beruntung karena memilihnya. Setelah mengajaknya pulang ke sebuah hotel berbintang di pusat kota New York untuk merayakan malam pertama mereka, kini William menghadiahkan Mysha sebuah tiket bulan madu selama dua minggu penuh. "Will? Apa ini tidak berlebihan? Apa kau yakin akan meninggalkan CLD selama itu?" Mata Mysha membeliak usai membaca surat dari biro perjalanan yang diberikan suaminya barusan. "Apa kau tidak mau? Aku bisa saja membatalkannya jika kau keberatan," jawab William datar. Tak tersirat nada tersinggung sedikit pun di sana. "No, no. Bukan i
Read more
Bonus - Love Beyond
Mata emas Mysha memandang ke arah jalanan, di mana pepohonan yang ditanam rapi berlarian seiring dengan cepatnya mobil sedan hitam itu melaju. Pemandangan berubah cepat dari perkotaan dengan gedung pencakar langit menjadi kawasan sub urban yang asri dengan rumah-rumah berhalaman luas. “Mysha,” panggil pria bersuara bariton di samping wanita itu ketika mobil berhenti di lampu lalu lintas. Tangannya yang kukuh menggenggam jemari Mysha yang terpangku di atas paha. Sentuhan itu membuyarkan lamunan Mysha, membuatnya menoleh dan menyunggingkan senyum pada William. Wajah pria itu tetap datar tapi Mysha dapat melihat ekspresi khawatir di mata hijaunya. Ada waktu-waktu yang harus ditebus sejak perpisahan mereka di masa kanak-kanak, tapi Mysha mulai menyadari bahwa di balik wajah dingin William, mata hijau milik pria itu lebih juju
Read more
Bonus - My Possessive Husband
Tidak banyak yang bisa Mysha lakukan hari itu. William entah kenapa begitu posesif sejak pagi. Wajah dinginnya terkesan lebih garang dan menyeramkan. Wanita itu berusaha membujuk dan mengajaknya bicara hal yang santai, tapi William seolah mengabaikan apa pun usahanya.Sejak bangun tidur, muka William ditekuk masam. Sesuatu yang jarang Mysha lihat bertanggar di wajah suaminya itu. Biasanya, William hanya tersenyum tipis, atau kebanyakan berwajah datar seperti papan setrikaan.Namun, kali ini Mysha bisa merasakan ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang mengusik suaminya.Mysha masih termenung di sofa yang terletak tak jauh dari kamar mandi menunggu William keluar dari sana dan menyuguhkan secangkir kopi. Mysha kerap menyerahkan secangkir kopi tepat di depan kamar mandi agar Will bisa menghidu aroma pekat yang disukainya
Read more
Bonus - The Pregnancy
Mata Mysha berkaca-kaca saat melihat garis dua terpampang nyata di hadapannya. Tidak salah lagi! Dirinya kini telah mengandung. Akhirnya setelah menunggu selama enam bulan dan sempat membuat Will panik luar biasa, Tuhan pun memberikan kepercayaan padanya. Sebenarnya, bisa dikatakan, dirinya memang sudah tidak enak badan beberapa hari terakhir. Hanya saja, karena load kerja di kantor sedang banyak, Mysha bahkan tidak berpikir kalau dirinya hamil. Mungkin hanya kelelahan. Itu yang terlintas di kepala. Hati wanita itu berbunga-bunga kala memandang hasil testpack-nya yang kini terasa penuh keajaiban. Mysha menarik napas. Rasanya ingin mengerjai Will yang kini terdengar mondar-mandir di luar kamar mandi. Namun, Mysha tidak tega. Suaminya sampai stres dalam diam. Will memang bukan orang yang terbuka dan mudah untuk membagi masalahnya kepada orang lain bah
Read more
Bonus - Celebrate the Future
Will mengetuk-ngetukkan jari dengan tidak sabar di meja kerjanya. Wajahnya yang dingin tampak lebih kaku dari biasanya membuat para bawahannya enggan mengganggu sang direktur. Akibatnya, sekretarisnya yang malang harus menjadi perpanjangan tangan dari manajer lain untuk menyerahkan laporan dan pekerjaan yang menumpuk.  William memang bukan pria dengan banyak kata-kata tapi hari itu Will benar-benar hanya menjawab dengan tiga pilihan. “Ya”, “tidak”, atau “hmm”, membuat sekretarisnya pusing tujuh keliling menebak-nebak maksud pucuk pimpinan tertinggi perusahaan itu. Selama bertahun-tahun bekerja, hari itu adalah salah satu saat di mana pria malang itu berharap jam pulang kantor segera tiba. Ternyata bukan hanya sang sekretaris yang berharap demikian. Mata hijau Will juga berulang kali melirik ja
Read more
Bonus - Being a Parent
William dan Mysha mempersiapkan sendiri semua keperluan calon anak pertama mereka. Mulai dari membeli baju-baju bayi, gendongan, stroller, boks bayi. Termasuk juga mendekorasi kamarnya. Meskipun sudah diketahui calon anak mereka laki-laki, William dan Mysha tetap memilih hiasan berwarna netral. Sejak Mysha hamil, William benar-benar menjadi suami siaga. Dalam urusan pekerjaan, William membatasi jam kerja istrinya dengan ketat. Tidak ada lagi jam lembur atau pekerjaan ke luar kota. Semua dilimpahkan kepada stafnya, bahkan beberapa yang amat penting langsung William sendiri yang handle. Memasuki usia kandungan Mysha ke-delapan bulan, William mengharuskan istrinya mengambil cuti. Mysha yang tak biasa berdiam diri akhirnya mencari kesibukan dengan mengikuti berbagai kelas parenting, kelas ASI, hingga kelas hypnobirthing, senam hamil dan
Read more
Possive Boyfriend and The Nerd Fangirl
PROLOGAxel Jr. Davis. Remaja 17 tahun dengan rambut dicat pirang. Ketampanan bak dewa Yunani, tubuh atletis sempurna, juga tatapan dingin menusuk membuat dia digilai siapa pun. Tak ada gadis di Crown High School yang tidak menjerit histeris ketika dia melintas.Transaksi narkoba, minuman keras, juga pesta gemerlap sudah menjadi kesehariannya. Tak ada rasa takut pernah singgah di mata sewarna emerald itu.Semua siswi berusaha menjadi pacar dari siswa most wanted tersebut. Memperebutkannya!Kecuali Aria Dania Patterson.Siswi pindahan keturunan Amerika - Indonesia yang lebih sibuk dengan buku dan menyumbat rapat telinga dengan musik berdentam dari negara Korea. Ia tampak tak memedulikan pesona Axel dan lebih memilih duduk tenang di sudut kelas.Sayang takdir bicara berbeda.Ketika keduanya harus terlibat dalam perseteruan hebat, apakah benih-benih cinta akan muncul atau justru semakin memperluas jurang
Read more
Bab 2 - Gadis Cerdas, Lelaki Berandal, dan Buku Rahasia
Tatapan netra hijau penuh arogansi itu membuat jantung Aria berdegup kencang. "Sudah selesai Pak Tua? Aku lelah berdiri terus." Tanpa menunggu jawaban, Axel segera menuju ketempat duduknya. Guru bahasa Inggris itu pun tak bisa berbuat banyak kecuali menggerutu dalam hati. Kemudian dia pun melanjutkan menulis beberapa kalimat di papan tulis.Aria semakin tidak karuan, geram yang tadinya hampir karam sekarang kembali naik ke permukaan. Dia tidak menyangka kalau Axel akan duduk di sebelahnya. Tentu saja hal ini membuat para wanita di kelasnya saling berbisik-bisik."Huh, tambah satu lagi saingan.""Tenang, dia jelas bukan level Axel."Wajah Aria memerah saat tubuh tegap itu semakin dekat. Semua rasa seakan jadi satu. Pelajaran bahasa Inggris saat itu tak lagi digubris olehnya. Bau rokok dan alkohol dari pemuda yang duduk di sebelahnya ini, terasa memenuhi otak. Aria sampai-sampai harus menutup hidung dengan tisu sepanjang pelajaran. Dengan sedikit tarikan na
Read more
Bab 3 - Rahasiamu Padaku
Ketika bangun dari tidur siangnya, Aria teringat pada buku catatannya. Gadis itu segera mencari di dalam tas. Ia panik saat bukunya tak ada di dalam tas. "Tenang, Ar! Cari pelan-pelan," gumamnya untuk menenangkan diri.Sekali lagi Aria mengeluarkan isi tasnya. Berkali-kali diperiksa semua kompartemen tas selempang yang tadi dibawanya ke sekolah. Tidak ada. Buku itu benar-benar tidak ketemu.Awalnya ia mengira buku itu hanya terselip di dalam tas atau mungkin di lemari buku. Namun, setelah mencari bolak-balik di kamar tanpa hasil, ia pun sadar jika buku itu telah hilang.Wajah Aria memucat karena bingung. Gadis itu menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia mengingat-ingat di mana ia meletakkan bukunya selama di sekolah. "Duh, di mana, ya? Kayaknya aku udah masukin buku itu ke dalam tas setelah pelajaran tadi. Apa kutaruh di loker? Atau terjatuh? Atau jangan-jangan si berandalan itu mengambilnya?"Memikirkan buku itu jatuh ke tangan Axel, membuat Aria be
Read more
Bab 4 - Ingin Memaki
Aria kehilangan kata-kata saat Axel menggerak-gerakkan buku itu sejenak sebelum meletakkannya di belakang punggung. Jauh dari jangkauan tangan mungil gadis itu.Ada jeda sejenak sebelum akhirnya Aria berujar, "I'll do anything.""Anything?" Axel menegaskan.Aria tergelagap. "Eh, selama tidak melanggar hukum, norma agama, dan sosial yang kuanut." Gadis itu mengeluarkan jemarinya satu per satu seolah menghitung. "But, I'll try my best!"Alih-alih luluh, Axel justru meneleng dan berkata. "Memang kau bisa apa?"Aria ingin mengumpat, tapi ia menahan diri. "Biar seperti ini, aku bisa melakukan banyak hal." Senyum setengah menahan kesal diperlihatkan.Axel memasang wajah serius, tapi bagi Aria, ekspresi pemuda itu terlihat sangat menggoda ... untuk ditampar."Minta maaflah padaku karena kau sudah bersikap kurang ajar!" Axel mengangkat kepalanya pongah.Gadis itu menggemeretakkan gerahamnya. Aria merasa panas di hatinya mengalahkan eru
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status