Semua Bab Passionate CEO - Malam yang Tak Terlupakan: Bab 91 - Bab 100
129 Bab
Bab 5 - Bertemu Jimin Oppa
Aria melihat gerakan Sophia dan menghindar tepat waktu, membuat tamparan itu mengenai udara kosong. Terdengar seruan dari para siswa yang mengelilingi mereka. Seruan penuh cemooh pada kesalahan Sophia. Gadis berambut pirang bergelombang itu semakin kesal melihat Aria yang tidak mudah digencet apalagi siswa baru itu sudah mempermalukannya di depan banyak orang. Sophia mengerling singkat ke arah siswa yang mulai berkerumun di sekitar mereka. Hampir seluruh kafetaria sudah memandangi mereka berdua, termasuk beberapa siswa asing. Gadis berambut pirang itu dapat melihat seorang siswa berketurunan Korea menatap intens ke arah dirinya. "You B*tch!" Dia melayangkan tamparan kedua yang kali ini masuk dengan telak. Aria tidak sempat menghindar. Rasa panas dan perih langsung menjalar di pipi kirinya, tapi gadis itu membalas tatapan Sophia tajam. Seandainya dia tidak ingat kalau dia adalah murid beasiswa, dia pasti sudah akan membalas dengan menjambak rambut pirang Sophia yang d
Baca selengkapnya
Bab 6 - Demi Uang dan BTS Tersayang
Jantung Aria seolah melompat. Suara Sophia menggagalkan rencananya. Gadis pirang itu benar-benar menyebalkan, sengaja mencari masalah."Ti-Tidak! Jangan sembarangan menuduh," kilah Aria.Sophia memandang curiga ke arah Aria. "Kalau tidak mencuri, apa namanya?! Aku melihatmu mendekati tas Axel.""Aku mengambil bolpoinku yang jatuh. Apa itu salah?" Gadis berambut sekelam malam itu bangkit dari posisinya lalu menunjukkan bolpoin yang menjadi alibinya.Sophia tampak tidak percaya, tetapi ia juga tidak punya bukti pencurian. Lagi pula sepertinya tidak ada barang Axel yang hilang. Pemuda itu tidak mungkin ceroboh meninggalkan barang berharga di dalam tasnya."Kali ini kau lolos, tapi ingat aku akan terus mengawasimu!" ancam gadis berambut pirang.Aria hanya mengedik, lalu segera memanfaatkan kesempatan untuk pergi. Sementara Sophia mengambil buku yang diminta Axel, gadis pencinta BTS itu cepat-cepat melangkah menuju laboratorium Kimia. Ia tidak in
Baca selengkapnya
Bab 7 - Persaingan Dua Pemuda Tampan
Seandainya saja mulutnya tak latah menyebut nama Axel, mungkin akan lebih menyenangkan jika ia berpura-pura tak melihat dan melanjutkan perjalanan. Sayang semua sudah terlambat.Tiba-tiba pria paruh baya di hadapan Axel menganggukkan kepala sedikit meski tak ada perubahan ekspresi berarti. Lain halnya dengan wanita cantik di sebelahnya. Ia langsung bangkit dan menyapa Aria ramah."Apa kau teman Axel?" Suara lembut itu angkat bicara.Aria tersenyum salah tingkah. Melihat wajah Axel merupakan perpaduan sempurna kedua orang di hadapannya, ia bisa memastikan jika mereka adalah orang tua Axel."Salam kenal Mr. dan Mrs. Davis. Saya Aria Dania Patterson." Aria memberi sedikit gerakan memperkenalkan pemuda di sisinya. "Lalu ini Ji Wook, temanku."Aria baru saja melihat Mrs. Davis membuka mulut ingin bicara, tiba-tiba Axel bangkit berdiri."Mom, I want to talk with them!""But--"Tak memedulikan protes Mrs. Davis, Axel langsung meraih t
Baca selengkapnya
Bab 8 - BTS Love Yourself: Answer
"B*tch!" seru Axel murka, tapi berhasil menahan tangannya dari membalas Aria. Dia masih ingat tata krama yang pernah diajarkan oleh sang ayah, lagipula, hanya laki-laki rendah yang berani memukul seorang perempuan. Harga dirinya yang selangit tidak akan membiarkan itu.Mata hijaunya berkilat memandang ke arah Aria yang membalas tanpa takut. Gelegak kemarahan terlihat jelas di kedua mata hitam pekatnya. Mulut gadis itu terkatup rapat dengan rahang mengeras. Ekspresi tajam itu harusnya membuat siapa pun yang melihat akan merasakan setidaknya rasa gentar, tapi bagi Axel, sebuah rasa aneh menggelitik hatinya."Tutup mulutmu, Axel!" bentak Aria, mengancam dengan tangan kanan terangkat, siap bergerak menghantam pipi pemuda yang sudah berwarna merah. Matanya menyipit berbahaya. "Satu kata lagi dan aku akan membuatmu menderita seumur hidup."Aria kemudian menyesal telah mengatakan hal itu, mengingat statusnya adalah penerima beasiswa dari donatur terbesar di CHS yang ta
Baca selengkapnya
Bab 9 - Rasa Ingin Tahu Sang Berandalan
Rasa penasaran perlahan mulai naik ke permukaan. Lembar demi lembar tulisan dalam buku biru itu telah membuat debar yang tak sabar di hati Axel. Wanita satu ini diam-diam telah cukup menyita perhatiannya. Tanpa berkedip, pemilik mata emerald ini menatap baris-baris kalimat yang tertulis penuh makna.Untukmu pemilik rahim tempat dulu aku bersemayamPesan ini kutulis dengan gundah saat pikiranku tumpahKalimat ini kutulis dengan air mata tertahanSaat dadaku yang ringkih ini sesak oleh sakit yang kurasa sendirianHarusnya kau tahu dalam sebuah bahteraDiam tak bisa selesaikan perkaraKau bukan pembaca hati, perlu ada komunikasiDahinya berkerut untuk dapat memahami deretan diksi penuh arti. Kata demi kata masih terdengar membingungkan."For you the owner of the womb where I used to live?" salah satu kalimat dari hasil terjemahan Google translate ini membuat pria bermata hijau bertanya dalam hati. Dia berusaha keras untuk d
Baca selengkapnya
Bab 10 - Makhluk Tuhan Paling Menyebalkan
Aria tersenyum-senyum membaca lagi pesan singkat Ji Wook yang masuk di ponsel pintarnya. Perasaannya terasa damai setiap mengingat wajah manis pria yang begitu mirip dengan Park Jimin. Bukan hanya wajahnya, Ji Wook juga memperlakukan wanita dengan teramat baik.Tiba-tiba pikiran Aria bertanya-tanya. Apakah Ji Wook tertarik padanya? Atau memang perlakuannya begitu sopan dan baik kepada siapa saja?Mereka belum lama saling mengenal, tetapi Ji Wook sudah banyak membantunya. Aria tidak tahu apa motivasi pemuda Korea itu. Ia tidak mungkin berpikiran bahwa pria itu menyukainya. Meskipun dia akui, Ji Wook sungguh menarik. Setidaknya kini ia mempunyai teman di negeri asing.***Sementara Aria telah terlelap dibuai mimpi, Axel masih menunggu seseorang yang tadi menghubunginya.Pemuda dengan rambut dicat pirang itu duduk di bar salah satu klub malam terbaik di NYC. Ia senang karena berhasil mengelabui penjaga klub dengan penampilannya, hingga bisa masuk tanp
Baca selengkapnya
Bab 11 - Dada Tempat Bersandar
Aria masih berusaha menghapus jejak-jejak duka kala ia masuk ke dalam kelas. Hatinya hancur seperti kepingan CD yang kini ada dalam dekapannya. Hidungnya memerah dengan mata yang berwarna serupa. Sesekali isaknya masih terdengar menyayat, tapi ia berusaha meminimalisir semua perhatian padanya. Bergegas gadis itu duduk di bangku dan tetap menunduk.Jangan berharap Aria bisa berkonsentrasi dalam pelajaran. Pikirannya kacau balau.Dia bahkan belum mendapatkan gaji pertamanya untuk membayar CD ini. Belum menikmati barang yang susah payah didapatkan itu. Axel sialan! Aria menyumpahi pemuda itu berulang kali. Setiap kali ia merutuk, air matanya pun ikut runtuh.***Meski waktu terasa seperti kura-kura yang tersesat, bel waktu pulang akhirnya berdentang. Sampai akhir, Axel tak menampakkan batang hidungnya. Aria pun tak mengharapkan kehadiran bajingan itu. Ia sungguh takut tak bisa menahan diri dan mengirimkan bogem mentah ke arah pemuda bermata kehijauan itu.
Baca selengkapnya
Bab 12 - Pertemuan yang Disengaja
Axel memainkan ponsel pintarnya dengan tangan. Dia baru saja menyelesaikan beberapa transaksi penjualan. Kliennya puas dan dia sudah berkeliling kota menggunakan Ducati-nya yang tersayang. Panggilan dari Sophia sudah ditolak dan saat ini tidak ada yang mengganggunya. Namun, mengapa dirinya merasa tidak tenang?Axel menegak satu sloki vodka, berharap dapat mengusir penat dengan alkohol, tapi gagal. Bahkan dengan musik EDM berdentam di sekelilingnya, otaknya masih terus bekerja, memutar ulang kejadian tadi siang. Wajah putus asa Aria berkelebat dan rasa tidak enak itu kembali muncul."Shit!" umpat Axel pelan membanting gelas kecil itu ke meja bartender."Something happened?" tanya seorang pemuda berusia akhir dua puluhan kepadanya. Sang bartender yang sudah kenal baik dengan Axel karena menjadi pelanggan tetap di klub itu."Nothing. Gimme another shot and leave me alone!"Sang bartender mengangkat bahu dan mengisi gelas Axel dengan cairan yang dengan
Baca selengkapnya
Bab 13 - Biar Hati Yang Bicara
Tatapan dua pasang mata bertemu dalam satu garis lurus. Aura luka begitu terasa diantara netra kedua pria yang kini saling bertatapan. Ji Wook tahu benar dengan siapa dia berhadapan. Axel Jr. Davis, remaja bertubuh tegap paling berpengaruh di sekolah.Axel yang baru saja sampai, merasa kehadiran Ji Wook telah menyita waktunya. Dia tak suka basa-basi."Ada urusan yang harus kita selesaikan, Mr Davis." Mata kecil Ji Wook tak sedetik pun berkedip. Dadanya turun naik menahan napas yang memburu."Urusan yang mana?" Dengan suara sedikit keras Axel balik bertanya. Kaki tegap itu bergerak maju menghampiri Ji Wook. Sekarang jarak mereka hanya satu meter. Tempat parkir yang luas itu menjadi sesak oleh deru napas kedua pria ini. Tentu saja ini menarik perhatian para siswa lainnya. Dagunya diangkat dengan pongah. Mata yang nanar mengintimidasi pria keturunan Korea ini."Kenapa kau patahkan CD Aria?" Ji Wook kali ini mengatur intonasinya. Satu per satu kata diucapkan
Baca selengkapnya
Bab 14 - Tak Ingin Mengakui Rasa
Ji Wook terlihat begitu menikmati makanan dari Aria. Keringat turun membasahi wajah dan bibirnya pun memerah. Ia mengibaskan telapak tangan di depan mulut."Apa makanannya terlalu pedas?" tanya Aria yang segera mengangsurkan sebotol air mineral kepada pemuda itu.Ji Wook menggeleng, tetapi langsung menyambar botol air itu dan menenggak isinya. "Makanannya sangat enak. Apa kau sendiri yang memasaknya?""Benarkah kau suka?" gadis blasteran Indo-Amerika itu bertanya balik. Mata yang tadi sendu kini berbinar-binar menatap Ji Wook."Apa nama makanan ini? Aku belum pernah makan sebelumnya." Ji Wook mengecap rasa yang tertinggal di mulutnya. "You made it perfectly," pujinya."Thank you," jawab Aria malu-malu. Ia segera menundukkan wajah, pipinya kini pasti memerah seperti udang rebus. Ia tak menyangka ada orang yang menyukai makanan buatannya. Selama ini hanya papa yang selalu memuji masakannya. "It's fried rice, makanan khas Indonesia. Kalau kau suka, na
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status