All Chapters of Menantu Kuadriliuner: Chapter 81 - Chapter 90
245 Chapters
Bab 81. Menyelidiki Rahasia Bahri
Semenjak keputusan itu, Ayyara mulai membuat proposal. Bahkan dia meminta izin pada Raja untuk tinggal di kantor SFM supaya dia lebih mudah mendapatkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Sang Kakek sebenarnya ingin membantu, tetapi dia melarangnya karena kakeknya masih belum sembuh total. Dia berjanji setiap pagi akan datang ke rumah sakit untuk memberikan hasil kerjanya pada Kakeknya.Ayyara tampak bersemangat mengejar proyek kerja sama karena inilah satu-satunya cara harapan menyelamatkan perusahaan SFM dari kebangkrutan. Dia bekerja dengan begitu teliti demi mengamankan kesempatan emas ini.“Sudah saatnya aku membalas jasa-jasa Kakek. Tanpa kasih sayang Kakek, mungkin sekarang aku jadi anak terlantar,” gumam Ayyara sembari tetap fokus bekerja.Raja jadi bersimpati melihat Ayyara begitu bersungguh-sungguh. Dia pun mendatangi kantor SFM untuk memberikan dorongan semangat untuk sang istri.Raja memasuki tempat bertuliskan ruangan CEO, “Apa aku mengganggumu?” tanya Raja pada Ayyara yang
Read more
Bab 82. Jangan Mengganggu Istriku!
“Lebih baik kalian pulang, jangan mengganggu istriku!” ucap Raja begitu tegas nan dingin.Tentu Bahri, Margareth, dan Radit terkejut bukan main melihat pria itu berani mengusir mereka.“Apa kamu bilang? Nggak salah dengar aku? Nggak sadar diri kamu? Ngaca jadi orang! Kalau kamu sadar diri, kamu yang seharusnya pergi dari sini! Kamu cuma pria miskin yang numpang hidup di keluarga Nugraha!” damprat Margareth penuh emosi.“Nenek moyang kita punya salah apaan kok bisa-bisanya di masa sekarang keluarga kita dimasuki pria asing nggak tahu diri seperti kamu,” ucap Radit tampak geram.Ayyara segera menanggapi, “Udah dong. Masalah ruangan kok malah melipir ke mana-mana. Jangan ribut lagi, biar aku dan Mas Raja pindah ke ruangan lain .”“Lah yang nyuruh kamu pindah siapa?” sambar Margareth dengan senyuman sinis. “Kami datang ke sini biar kamu pulang. Malam ini Mas Bahri yang akan menggantikanmu mengerjakan proposal proyek ini.” “Aku nggak yakin hasil kerjamu bagus. Pasti kamu asal menulis. Jad
Read more
Bab 83. Mengadu
Tidak ingin mental Ayyara jatuh, Raja pun berbisik pada sang istri, “Jangan didengarkan ucapan yang menjatuhkan semangatmu. Kamu harus pikirkan Kakek, dan aku percaya kamu pasti bisa melakukannya.”Raja memang seperti berbisik, tetapi suaranya masih terdengar oleh mereka.Kalimat sang suami memang sederhana, tetapi cukup membangkitkan kembali semangat Ayyara. Rasa takut berlebihan yang barusan dia rasakan seolah-olah sirna. Ayyara pun menatap sang suami dengan senyuman penuh semangat, “Mas, benar. Aku harus fokus mengerjakan proyek ini. Aku pasti bisa melakukan yang terbaik untuk Kakek.” Ayyara sengaja berkata dengan tidak berbisik untuk memberi tahu pada mereka bahwa dia tidak akan terpengaruh lagi dengan ucapan buruk apapun yang menjatuhkan semangatnya.Mendengar ucapan Ayyara, justru membuat mereka tertawa dengan sorot mata mengejek.“Haha aku benar-benar sakit perut mendengar ucapan konyolmu. Ayya, Ayya, mimpi apa kamu kok kepedean banget jadi orang. Lama-lama kamu jadi gila gar
Read more
Bab 84. Ara, Bukan Orang Asing
“Diam, kamu anak pungut!” bentak Margareth dengan melototi Ayyara. “Kamu juga aslinya nggak berhak bersuara, karena kamu cuma cucu pungut Papaku!”Kalimat itu terasa begitu menyakitkan bagi Ayyara. Air mata pun menggenang di pelupuk mata indahnya.Raja melihat ada tatapan kesedihan terpancar di mata Ayyara dan itu membuatnya marah. “Aku rasa posisi Ara di mata Kakek lebih tinggi dibanding kalian. Sekarang lihatlah, siapa yang lebih disayang dan dipercaya oleh Kakek? Istriku atau kalian?” sindir Raja dengan dingin. Kalimat selanjutnya pun segera terlontar. “Kalian terlihat sangat menyedihkan. Di mata Kakek, kalian seperti orang asing.”“Raja!” Mereka spontan berteriak.Mereka benar-benar marah mendengarnya. Ucapan Raja begitu tajam seperti mata pisau, apalagi itu seolah-olah fakta yang tak bisa dipungkiri bahwa Nugraha lebih menyayangi dan mempercayai Ayyara dibandingkan dengan anak dan cucu kandungnya sendiri.“Lancang sekali kamu, Raja! Kamu melewati batasmu! Kamu harus keluar dari k
Read more
Bab 85. Termakan Hasutan Ketiga Orang
Mereka merasakan cemas, marah, kesal, takut bercampur menjadi satu. Dan itu semua gara-gara Raja.“Apa yang harus kita katakan pada Kakek, Ma?” tanya Radit dengan nada cemas. “Bagaimana jika Kakek membuat keputusan yang merugikan kita?”“Tenang saja, aku punya cara menangani kemarahan Kakekmu,” balas Margareth datar, tetapi perlahan senyuman licik terbit di bibirnya. “aku bahkan punya cara agar Mas Bahri menggantikan posisi Ayyara. Kalian harus membantuku nanti.”“Apa rencanamu?” tanya Bahri penasaran.“Kalian lihat saja nanti,” balas Margareth penuh keyakinan.Sesampainya di rumah sakit, mereka segera berjalan menuju ruangan perawatan Nugraha. Baru saja memasuki ruangan itu, mereka melihat raut wajah pria sepuh itu tampak benar-benar murka. Mereka pun memberanikan diri mendekat dan berdiri di samping ranjang pasien. Terduduk di ranjang pasien, Nugraha bertanya dengan tatapan murka, “Apa yang kalian lakukan malam ini? Bukankah aku sudah menyuruh kalian untuk tidak mengganggu Ayya? Ta
Read more
Bab 86. Keputusan Mendadak Nugraha.
Mendengar hal tersebut, mereka tersenyum penuh kemenangan dalam hati. Usaha mereka untuk memengaruhi Nugraha membuahkan hasil. Sebentar lagi, Nugraha pasti mengambil keputusan menggantikan posisi Ayyara dengan Bahri untuk menjadi penanggung jawab proyek ini. “Pa, aku berjanji akan melakukan yang terbaik demi keluarga kita. Aku sudah banyak belajar dari kesalahan, aku janji nggak akan berbuat kesalahan lagi,” ucap Bahri dengan penuh semangat untuk meyakinkan Nugraha. Nugraha tampak benar-benar terpengaruh. Kecemasan semakin tergambar jelas di sorot matanya, “Aku akan mendiskusikan langsung dengan Ayya besok pagi.” “Apa yang masih mau ditanyakan lagi ke Ayya, Pa? Sudah jelas Ayya pasti berbohong,” sambar Margareth. Margareth tidak akan membiarkan Nugraha melakukan hal tersebut, karena ujung-ujungnya Ayyara pasti bisa meyakinkan Nugraha bahwa wanita itu sanggup menjalankan proyek ini. Nugraha memikirkan ucapan Margareth. Dia merasa Ayyara tidak akan terbuka dengan masalahnya demi mem
Read more
Bab 87. Ini Rumah Kita
“Ada, Ara. Ada yang bisa mengubah keuputusan Kakek!” ujar Raja tampak sama sekali tidak sedang bercanda. “Kakek pasti tetap menunjukmu sebagai penanggung jawab proyek ini.”Ayyara bingung melihat Raja yang berucap dengan penuh keyakinan, seolah-olah sang suami bisa memprediksi suatu peristiwa yang akan terjadi selanjutnya. Dia sebenarnya tidak percaya, tetapi dia berujung mengiyakan karena saat ini hatinya sedang kacau dan ingin segera beristirahat.“Ayo Mas pulang,” kata Ayyara sembari mematikan laptop miliknya.Raja kasihan melihat Ayyara tampak frustasi. Dia pun berpikir untuk memberikan kejutan pada istrinya malam ini juga.“Baiklah, kita pulang ke rumah baru kita,” respon Raja.Ayyara hanya membalas dengan memaksakan senyuman. Dia lalu merapikan dokumen sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan CEO bersama sang suami.Setiba di depan perusahaan, Raja memberhentikan taksi yang kebetulan lewat. “Antarkan kami ke perumahan Comfortable Home, Pak,” kata Raja setelah duduk di belakang
Read more
Bab 88. Itulah Kenyataannya, Nyonya
“Apa?!” pekik Ayyara saking terkejutnya, tetapi di detik berikutnya dia malah rertawa awkward. “Bapak sebelas dua belas dengan suami saya, terkadang humornya terlalu tinggi, hehe.”“Tapi itulah kenyataannya, Nyonya,” respon Jamal, dan seketika Ayyara dengan reflek membuka mulutnya.Melihat sang istri menangkup kedua pipi cantiknya, Raja berkata, “Ara tidak sedang bermimpi. Rumah ini sekarang milik kita berdua.”Ayyara bergatian menatap Raja dan Jamal, “Kalian tidak bekerja sama ngeprank aku, 'kan?” tanyanya masih tidak percaya.“Tidak, Ara,” jawab Raja. Dia lalu menggandeng tangan istrinya menuju pintu rumah. “Ayo kita masuk.”Ayyara yang masih belum percaya, dia pun menurut. Namun, keterkejutannya belum berhenti ketika pintu rumah terbuka setelah Raja menggunakan sidik jari dan identifikasi wajah.“Nanti Ara bisa mengatur kuncinya,” ucap Raja.Ayyara tak merespon, dia mematung di tempat. Dia masih menganggap semua ini hanyalah mimpi.Di titik ini seorang karyawan datang mendekat dan
Read more
Bab 89. Berapa Ratus Kali Lagi?
‘Siapa Mas Raja sebenarnya?’ pikir Ayyara dengan membayangkan sang suami yang begitu misterius. ‘Kenapa Mas Raja tahu banyak hal? Kenapa dia tahu sebelum orang lain tahu?’Melihat Ayyara yang tampak melamun, Nugraha bertanya, “Ayya?” “Ya, Kek.” Ayya langsung menatap Nughraha. “Ayya senang mendengarnya. Ayya berjanji akan berusaha keras untuk mendapatkan proyek kerja sama ini,” katanya dengan senyuman kecil. “Tugas Kakek cuma perlu mengoreksi pekerjaan Ayya. Kakek harus fokus dengan kesehatan Kakek.”“Terima kasih, Kakek tidak pernah meragukanmu. Kakek percaya kamu bisa melakukannya.”Di titik ini, Bahri, Margareth, dan Radit masuk ke dalam ruangan. Tentu saja ekspresi wajah Nugraha berubah seketika melihat kedatangan mereka.Bahri, Margareth, dan Radit pun keheranan melihat tatapan kemarahan Nugraha tertuju ke arah mereka. Namun, Margareth mengulas senyuman palsu dan menyapa, “Selamat pagi, Pa, Ayya …” “Tidak perlu basa-basi lagi. Aku sudah muak melihat wajah kalian!” bentak Nugrah
Read more
Bab 90. Kamu, Aku Pecat!
“Kamu, aku pecat!” jawab Nugraha tegas dengan tatapan serius. Dia sama sekali tidak sedang bercanda. “Kontrakmu aku putus sampai kamu, anakmu, dan istrimu memperbaiki sikap!”Wajah mereka tampak semakin memucat. Mereka awalnya mengira Nugraha hanya mencabut semua fasilitas yang mereka gunakan saat ini, tetapi keputusan Nugraha jauh lebih buruk. Dipecat dari perusahaan, berarti tidak ada pemasukan. Jika hal itu terjadi, mereka tidak ada bedanya seperti orang asing yang menumpang di keluarga Nugraha. Dalam hal ini, Bahri yang terlihat paling cemas, seolah-olah kehilangan posisi wakil CEO di perusahaan SFM adalah sebuah mala petaka.Margareth masih berusaha membujuk Nugraha, “Pa, Mas Bahri keluarga Papa loh. Masak Papa membuat keputusan seperti ini sih? Baiklah, Papa boleh saja mengambil semua fasilitas yang Papa berikan pada kami, tapi jangan memecat Mas Bahri dari perusahaan.”Nugraha menghiraukan ucapan Margareth, “Silahkan pergi sebelum aku menambahkan hukuman untuk kalian!” ancamny
Read more
PREV
1
...
7891011
...
25
DMCA.com Protection Status