All Chapters of Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran: Chapter 71 - Chapter 80
145 Chapters
bab 71
Antek-antek Adira yang memperhatikan pergerakan Tanya membuat para pembunuh bayaran membatasi pengintaian mereka. Kabar target mereka telah meninggalkan kota Findara memicu helaan napas dari pembunuh bayaran bertubuh kekar. Tidak habis pikir dengan kelompoknya yang terlalu lama dalam menentukan langkah selanjutnya. Sekarang Tanya sebagai target pembunuhan benar-benar jauh dari genggaman mereka. "Kalau masih diam kita akan semakin kehilangan jejak Nona muda Quinn," imbuhnya. Perempuan satu-satunya di antara mereka menatapnya sebentar dan menyarankan, "Kita ikuti tuan Muda Finley itu. Kalau di luar daerah kekuasaan klan Finley tentu kita bisa melakukannya sesuka hati.""Untuk apa kita mengikutinya? Yang menjadi target kita sekarang adalah Nona muda Quinn," sahut penjahat bertubuh besar. "Betapa kecilnya otak di kepalamu? Kita tidak memiliki informasi yang akurat ke mana Nona muda Quinn pergi. Untuk menemukannya kita bisa memanfaatkan Adira sebagai anjing pelacak."Pikiran sempit dari
Read more
bab 72
Kalista Brea menebar tatapan dingin yang mampu membangkitkan ketakutan dari sekelompok orang yang berhasil dia hadang. Para pembunuh bayaran itu seolah menjadi patung di hadapan jenius klan Brea. Kekuatannya mungkin hanya sedikit lebih lemah dari para pemimpin klan paling berpengaruh. Kalista menduduki kursi ke 20 ahli beladiri terkuat di dunia."Lama tidak bertemu," sapa Kalista tersenyum tajam. Dia menatap satu-satunya wanita di antara kelompok itu."Kau, bagaimana bis–"Tidak memberi kesempatan rekannya menyelesaikan kalimatnya. Pembunuh bertubuh kekar menyerang ke depan dengan beberapa pukulan dalam tempo luar biasa. Kalista hanya tersenyum sambil menghindari serangakaian serangan tersebut. "Kemampuan fisikmu tidak jauh lebih lemah dariku," puji kalista usai pukulan terakhir berhasil dia netralkan. "Tapi aku tidak memiliki urusan denganmu. Jadi, jangan menghalangiku dengan nyawamu.""Tidak bisa mengalirkan energi roh ke luar tubuh untuk menghasilkan elemen. Aku memutuskan berlati
Read more
bab 73
Siaga menunggu Ares yang melayang di udara. Enam bawahan Adira membuat formasi pengepungan. Serangkaian serangan fisik dan elemen petir meningkat secara bertahap baik itu dari kuantitas kekuatan maupun kecepatan. Tetapi, gerakan Ares yang asing dan lepas dari prediksi mereka tidak lantas membuahkan hasil singkat. Pertarungan sudah berlangsung cukup lama. Tangan kanan Ares mendarat di tanah dan dengan dorongan kecil kembali melayang. ketika kembali berada di udara, dua tendangan kuat terisi banyak energi roh menghampirinya. Dalam posisi tubuh terbalik dan ekspresi santai Ares menahan serang tersebut dengan tangan menyilang. Dia melempar satu orang ke atas dan memukulnya. Serta mendaratkan kedua kakinya di perut orang satunya lagi. Tidak sempat bernapas lega, petir menyambar Ares dari empat arah. Menutup celah kabur dari berbagai sisi.Sama seperti sebelum-sebelumnya, Ares lepas dari serangan yang mustahil untuk dihindari. Kekecewaan jelas bisa Ares rasakan meskipun semua bawahan Adir
Read more
bab 74
Dedebuan serta sisa-sisa petir masih tertinggal di tanah. Tumpang tindih dengan pepohonan tumbang yang terbakar paska serangan tiba-tiba Adira. Tanpa susah-susah mencari keberadaan Ares ia lanjut melarikan diri. Melesat bercahaya meninggal petir di jalur yang dilewatinya. "Dia sangat licik," gerutu Ares membersihkan pakaiannya lalu melesat mengejar Adira. Adira menyilang tangan menahan tendangan yang sudah ada di sampingnya. Tendangan berat serta memiliki daya rusak tinggi itu mementalkan ia satu kilometer jauhnya. Adira bangkit tetapi serangan kedua datang dan detik berikutnya mementalkan ia lagi. Reflek di tubuhnya tidak berfungsi serta frame matanya tidak mampu menangkap gerakan Ares. Bertarung dengan Tanya sebelumnya juga menurunkan performa terbaiknya. Tendangan demi tendangan mengantarkan Adira ke ketinggian yang hampur menyentuh awan. Dan sebagai penutup serangan, Ares mengayunkan kakinya ke bawah. Menghempas jatuh Adira dengan bunyi yang tidak pelan. Adira merenggang nyawa
Read more
bab 75
Sekitar dua menit Ares melindungi Tanya menggunakan tubuhnya dari semburan api. Selama itu juga perasaan yang gadis itu rasakan adalah sebaliknya. Tidak ada suhu panas, yang ada hanya sejuk. Padahal, dua menit bukan waktu yang singkat dilahap semburan api. "Bagaimana keadaan Nona?" tanya Ares."Harusnya kau mengkhawatirkan dirimu sendiri!" jawab Tanya kala mendorong lelaki itu dari tubuhnya. Entah kenapa dia tidak setuju dengan apa yang Ares lakukan. Dia tidak berkenan lelaki itu mengorbankan diri untuk melindunginya. Saat di pelukan Ares waktu berjalan lebih lambat penuh rasa sesak. Dia trauma dengan perasaan semacam itu. Bagaimana jika yang terjadi pada ayahnya terjadi juga padanya Ares. Lelaki itu dengan bangga bangkit. "Elemen api tingkat rendah seperti itu bahkan tidak mampu untuk menggelitikku. Nona tidak perlu khawatir, seperti yang aku katakan di hutan malapetaka. Tidak akan ada manusia yang sanggup melukaiku." "Meskipun kau tidak akan terluka. Dibandingkan menerima serang
Read more
bab 76
"Hallo adik sepupu!" Kalista menyapa dengan senyum hangat. Ares memeriksa ekspresi tadi di sampingnya. "Sepupu Nona?"Tanya menggeleng lambat. Dia juga tidak tahu kenapa Kalista memanggilnya sepupu. Bertemu jenius klan Brea baru pertama kali baginya. "Bukan, dia Kalista Brea dari klan Brea. Pada umurnya yang ke-17 tahun sudah mendapat prestasi luar biasa. Dia menduduki kursi ke-20 orang terhebat di dunia," jelas Tanya. "Adik Sepupu terlalu berlebihan. Aku berada di peringkat itu karena beberapa orang kuat tidak ikut menguji kemampuan mereka.""Intinya dia orang jahat atau bukan? Saat penyelidikan kita di kota Findara aku sedikit berinteraksi dengannya yang menyamar. Kalau memang jahat aku akan menghabisinya sekarang juga," tanya Ares. "Aku memang bukan orang yang mengenalnya. Tapi Kalista orang yang baik, dia berasal dari klan Brea yang menjunjung tinggi derajat wanita."Klan Brea, Satu-satunya klan yang pemimpinya merupakan seorang perempuan. Mereka juga hebat karena setara denga
Read more
bab 77
Keesokan paginya Kalista terbangun dengan perasaan yang lebih ringan. Sementara itu, beberapa meter darinya Ares tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya semalam. Lelaki itu masih setia menjadi sandaran yang nyaman bagi perempuan yang tidur di pangkuannya. "Adik sepupu sepertinya sangat kelelahan?" celetuk Kalista. Ares terkekeh, "Dia memang suka tidur."Tanya membuka matanya secara perlahan-lahan ketika mendengar samar suara obrolan di sekitarnya. Dia langsung disuguhi senyuman Ares yang sehangat cahaya matahari pagi. Ia sepintas membalas senyum itu kemudian bangun dari pangkuannya. Lalu menyoroti Kalista yang bibirnya juga membentuk busur indah. "Selamat pagi Adik sepupu!" sapa Kalista. "Pagi!" Tanya memandang sekitaran dengan bingung. "Sekarang kita di mana?" tanyanya. "Aku juga tidak tahu pasti di mana. Kita sedang berada di kawasan terra nullius, tanah tanpa pemilik. Masih sangat jauh dari kota Bagu."Tanya mengangguk kecil. Ares merenggangkan badannya yang akhirnya bebas.
Read more
bab 78
"Aku tidak pernah menjalin hubungan sepasang kekasih sebelumnya. Apa aku terlalu aneh untuk seseorang yang sedang jatuh cinta?" tanya Kalista penasaran. Sebelumnya dia hanya terobsesi dengan kekuatan. Tidak berencana sedikitpun untuk jatuh cinta. "Aku juga belum pernah menjalin hubungan. Tapi, memang hal yang salah jika memasukkan perkara logika pada hati yang sedang berbunga-bunga. Orang-orang menjadi bodoh saat mereka jatuh cinta.""Tapi, adik sepupu menerima aku sebagai kakak sepupumu,kan?!" Kalista memelas. "Aku setuju, tapi jangan mengatakan tentang pernikahan pada orang lain. Gilbert belum mengkonfirmasi dia mau menikah denganmu atau tidak. Kau akan dianggap wanita murahan jika mengaku-ngaku."Kalista cepat mengangguk. "Aku paham, terima kasih atas saran adik sepupu.""Bukankah Nona juga sama? Mengaku-ngaku akan menikah denganku," tuduh Ares yang baru saja datang. Tanya menoleh pada laki-laki yang membawa setandan pisang di punggungnya."Itu pengecualian. Kita memang akan men
Read more
bab 79
Setiap sudut sunyi malam hanya diisi oleh bahasa serangga yang selanjutnya ditindas oleh bunyi derit di pintu kaca. Meski halangan di depannya berhasil ia geser, Imelda tidak berani beranjak dari ambang pintu. Gadis itu masih saja hati-hati memandangi siluet laki-laki di balkon kamarnya yang bermandikan cahaya bulan. Langkah yang dimulai dengan jarang menjadi pasti ketika sosok itu dapat ia kenali. Sosok yang berdiri tegap dengan sebatang rokok di tangan merupakan Alex Kairi, ayahnya. Tujuan Alex pulang murni ingin melihat Imelda. Saat ke balkon kamar untuk merokok ia sengaja membuka pelan pintu kaca agar tidak membangunkan anaknya itu. Tetapi entah karena resonansi kuat sebagai seorang ayah dan anak atau apa. Imelda masih saja bangun padahal sebelumnya tertidur pulas. "Kenapa tidak segera membangunkan aku kalau Ayah sudah pulang?" Imelda menghambur peluk. Ekspresi Alex Kairi tenggelam. Pelukan erat sang anak membuat hatinya ditelan kehangatan
Read more
bab 80
Imelda tidak bisa tidak menahan napas usai menyelesaikan kata-katanya. Alex Kairi tertegun beberapa saat sebelum akhirnya memberikan jawaban. "Ayah tidak terlibat."Sekat di tenggorokan Imelda seolah dibebaskan. "Syukurlah, aku sangat takut kalau itu ayah. Soalnya kita keluarga paling terlibat dengan paman Robert.""Ayah tidak mungkin membunuh sahabat ayah sendiri. Apalagi ini bisa saja membuat kamu dalam bahaya mengingat kalau melakukannya klan Quinn-lah yang kita singgung."Imelda kembali memeluk ayahnya. Puas dengan perkataan tersebut. Dia sendiri tidak tahu, kenapa kepercayaan pada klan sendiri sempat menyusut ke titik yang rendah. Tapi mendengar jawaban Ayahnya, dia bisa menganggap ayahnya tidak terlibat dalam penyerangan tersebut. Imelda kembali ke kamar dengan perasaan yang segar. Penjagaan di kediaman utama lebih ditingkatkan. Alex Kairi tersenyum sayu berjalan menuju ruang baca. Dia bahkan tidak memiliki sedikit napas dengan pe
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status