All Chapters of Gairah Nakal, Sugar Baby: Chapter 141 - Chapter 150
229 Chapters
Atau kamu merasa kurang puas?
Ramel menyeringai puas mendengar ucapan Bella, ia mulai mengambil posisi aman di kedua paha Bella lalu perlahan mendorong miliknya dengan lembut."Ah...hum...." Lagi-lagi Bella mendesah untuk kesekian kalinya, yang membuat Ramel semakin bersemangat dan bergairah.Pria tampan itu tidak berhenti menghentak pinggulnya maju mundur, semakin Bella mendesah semakin cepat gerakan Ramel."Ah...aku sudah tidak kuat lagi, Ramel," teriak Bella dengan nada erotis, saat merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhnya.Wanita cantik itu menggeliat, sepuluh jari tangannya mencakar punggung Ramel. Rasa aneh yang ia rasakan kali ini sungguh berbeda dari sebelumnya."Ow...ssttt...ah..." Kali ini Ramel yang mendesah sambil menggeliat.Cairan kental telah ia semburkan dari ujung benda tumpulnya ke dalam sana. Ia menungkupkan tubuh kekarnya di atas tubuh polos Bella. Napas kedua menderu dan saling beradu, pertempuran kali ini benar-benar membuat sepasang suami istri itu kelelahan, bahkan tubuh keduanya basah ka
Read more
Kamu akan ikut denganku ke Singapura.
Dengan berat hati Bella terpaksa masuk ke dalam mobil. Keduanya duduk di bangku penumpang, sedangkan yang mengemudi sopir yang biasa mengantar Bella ke kampus."Hari ini kamu pulang jam berapa?" Akhirnya Ramel membuka mulut setelah 15 menit di dalam mobil."Seperti biasa," jawab singkat Bella, wanita cantik itu fokus menatap ke luar melalui kaca."Aku tanya jam berapa?" Ramel kembali bertanya."Jam 12 Ramel, tapi kalau ada tambahan mata pelajaran! Mungkin jam satu," jawab Bella yang masih tetap fokus menatap ke arah luar."Kalau bicara itu, lihat aku," ucap Ramel sambil kedua tangannya memutar kepala Bella.Sopir yang duduk di bangku pengemudi tersenyum melihat aksi Ramel. Ini pertama kalinya ia melihat Ramel bersikap seperti itu kepada Bella. Selama ini tuannya itu selalu bersikap kasar dan membentak Bella, namun kali ini nada bicaranya terdengar lembut."Jangan senyum-senyum, fokus saja menyetir." Setelah mengatakan itu, Ramel menarik gorden pembatas.Lalu ditariknya tengkuk Bella,
Read more
Aku hanya memintamu untuk melayaniku.
Setibanya di bandara Singapura, seseorang sudah menunggu mereka di sana. Pria berseragam hitam itu langsung menyambut mereka dengan hormat, ia membawa semua barang-barang mereka lalu menyusunnya ke dalam mobil."Apa semuanya sudah beres?" tanya Ramel.Saat ini mereka sudah di dalam mobil menuju sebuah hotel yang terletak di pusat kota Singapura."Sudah Tuan," jawab pria itu.Mobil pun kembali hening hingga memasuki parkiran Hotel. Saat masuk ke dalam hotel, semua resepsionis menunduk hormat dan salah satu diantara mereka mengikuti Ramel dan Bella ke lantai empat puluh.Wanita berseragam batik itu membukakan pintu kamar Hotel, lalu mempersilahkan Ramel dan Bella untuk masuk."Silahkan masuk Pak, Bu," ucapnya."Terima kasih," balas Bella sambil tersenyum."Apa aku tetap di sini Pak?" tanya resepsionis yang bertubuh langsing itu."Pergilah, nanti saya hubungi jika ada yang perlu," ucap Ramel.Ucapan Ramel membuat pikiran Bella traveling, bayangan kotor seketika memenuhi pikirannya. Bahka
Read more
Ini nikmat sayang.
Wanita cantik itupun langsung tertidur pulas, menangis terlalu lama membuatnya lelah. Namun saat Bella tertidur, sebuah pesan masuk ke ponselnya.Ramel yang duduk di sofa, segera bangkit melangkah untuk meraih ponsel Bella yang terletak di atas meja kecil yang ada di samping tempat tidur.Wajahnya terlihat kesal saat membaca nama sang pengirim pesan. Ia mengusap layar benda pintar itu, lalu membaca huruf yang tersusun rapi di sana. [Bel, kamu kok gak datang sih? Aku dan Rara menunggumu sejak tadi, ini kami baru pulang dari kafe. Ramel gak jadi ke luar kota ya? Atau dia tidak mengizinkanmu ke luar rumah?] Isi pesan dari Kevin.Ramel mengeratkan seluruh giginya hingga menimbulkan suara, seluruh jarinya ia kepalkan menjadi satu karena kesal membaca pesan dari Kevin.Ditatapnya wajah Bella yang tertidur pulas di atas tempat tidur, seketika niat kotornya tumbuh. Ramel bangkit dari tempatnya melangkah menuju tempat tidur, ia naik ke atas ranjang dan langsung mencumbu Bella.Tentu wanita ca
Read more
Aku tidak berbohong, Ramel.
"Cukup Sarah, jangan membuat cerita yang tak masuk akal," bantah Ramel."Apa yang tidak masuk akal, malam itu kamu mabuk parah itu sebabnya aku mengantarmu kembali ke kediaman Wijaya. Tapi saat tiba di sana kamu menahan tanganku agar tidak pergi. Malam itu lah kamu merenggut semua kehormatanku, Ramel." Tangisan Sarah semakin pecah."Itu tidak mungkin, itu tidak mungkin," bantah Ramel."Aku tidak berbohong Ramel, kita sudah melakukannya malam itu," tegas Sarah."Ok, aku akan memikirkannya. Tapi tolong beri aku waktu karena aku tidak bisa mengingatnya sama sekali," ucap Ramel dengan wajah kesal, "Kembali lah ke Jakarta, kita akan bertemu di sana," lanjutnya."Baiklah," sahut Sarah yang langsung bangkit dari tempatnya lalu pergi.Setelah pintu tertutup rapat, Ramel mengepalkan tangannya lalu melampiaskannya ke tembok. Ia berusaha mengigat kejadian malam itu, namun tak bisa. Ramel hanya mengigat menemukan bercak darah di atas seprai saat bangun tidur di pagi hari."Jika itu darah suci mil
Read more
Tuan dan Nyonya akan memberi keramaian di rumah ini.
Tetapi Ramel hanya melewatinya, melangkah menuju bangku bisnis."Kamu kenapa?" tanya Bella yang memperhatikan wajah Ramel sedikit tegang."Aku sepertinya melihat kakek," jawab jujur Ramel."Di mana?" tanya Bella yang penasaran."Kamu tunggu di sini," ucap Ramel yang langsung bangkit dari kursinya.Ia kembali ke ke belakang untuk memperjelas wajah pria yang ia lihat tadi. Tapi sayang, bangku itu sudah terlihat kosong. Ramel pun kembali ke tempatnya dan mengatakannya kepada Bella."Mungkin kamu salah lihat," ucap Bella."Hum, mungkin saja," timpal Ramel.Keduanya pun kembali menutup mulut, Ramel menurunkan sandaran kursinya lalu tidur. Sedangkan Bella menikmati makanan yang disediakan pihak maskapai. Entah mengapa dua hari terakhir ini ia sering lapar dan hobi ngemil.Saat Ramel terbangun dari tidurnya, mereka sudah tiba di bandara Jakarta. Keduanya turun dari pesawat dengan posisi Ramel menggenggam telapak tangan Bella.Tentu hal itu membuat Bella sedikit canggung dan semakin bertanya-
Read more
Engga, hanya menidurkan ini saja.
"Kamu bicara apa sih, Mbok?" protes pelayan yang satu."Iya, bicaralah yang jelas Mbok," timpal pelayan yang satu lagi."Sini, sini, sini." Mbok Inem meminta semaunya untuk mendekat kepadanya."Sebentar lagi akan ada bayi di rumah ini," ucap Mbok Inem dengan lembut dan penuh semangat."Oh.. Nyonya dan Tuan akan mengadopsi anak?" ucap Bibi Mina seraya bertanya."Bukan bodoh, memang Tuan dan Nyonya mandul apa?" ucap Mbok Inem."Jadi? Kamu sih bicaranya gak jelas Mbok," protes Bibi Mina."Tadi aku tidak sengaja melihat Tuan dan Nyonya sedang melakukan hubungan suami istri," ucap Mbok Inem.Semua membulatkan mata, mereka terkejut mendengar ucapan Mbok Inem, "Kamu melihatnya?" tanya Bibi Mina untuk memperjelas."Iya, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." Mbok Inem menceritakan terjadinya ia melihat Tuan dan Nyonyanya sedang melakukan hubungan suami-istri."Oh... begitu," sahut semaunya."Semoga hubungan Tuan dan Nyonya semakin membaik dan cepat memiliki anak. Aku berdoa semoga mere
Read more
Kamu adalah cucuku, Bella.
"Kamu mau duduk di mana?" tanya Ramel sambil mencengkram pergelangan tangan Bella, sebab wanita cantik itu melangkah menuju kursi yang terletak di hadapan Ramel."Di situ," jawab Bella sambil menunjuk bangku yang ingin ia duduki."Di sini saja." Ramel menarik tangga Bella hingga duduk di kursi kosong tepat di sampingnya.Sedangkan para pelayan duduk di bangku lain, seumur hidup ini pertama kalinya mereka makan di atas meja yang sama dengan Ramel. Tentu semuanya merasa gugup, tidak ada yang berani menyentuh makannya."Kalian kenapa diam?" ucap Ramel."Ka...kami...""Tidak ada kami, kami. Hari ini waktunya bebas, jadi nikmat saja apa yang sudah disediakan," sela Ramel yang membuat Mbok Inem tidak melanjutkan ucapannya.Kesepuluh pelayan itu mulai menyendok makanan ke dalam piringnya masing-masing. Begitu juga dengan Bella, wanita cantik itu terlebih dahulu mengisi piring Ramel setelah itu baru piringnyaSelama makan tidak ada yang berbicara, semua diam sambil menikmati makannya. meja ya
Read more
Tidak ada yang tak mungkin.
Tentu Bella ingin tahu cerita yang sebenarnya! Wanita cantik itupun meminta Tania untuk menceritakannya."Sebenarnya aku istri Bram, ayah kandung Ramel. Tetapi kami berpisah setelah perselingkuhanku dengan James terbongkar." Tania menceritakan semuanya kepada Bella, dari kisah rumah tangganya dengan Bram hingga perselingkuhannya dengan James, yang sampai melahirkan seorang anak yaitu Bryan, yang tak lain ayah kandung Bella sendiri.Tania juga menceritakan penderitaannya selama di penjara, hal itulah yang membuatnya selama 19 tahun ini dia tidak pernah menemui Bella dan ayahnya."Begitulah ceritanya sayang," ucap Tania sambil berurai air mata.Bella hanya diam, bibirnya kaku dan sulit untuk digerakkan. Hanya butiran bening lah yang bercucuran dari kedua mata indahnya lalu membasahi pipi mulusnya. Dari dulu kisah hidup ayahnya sungguh memprihatinkan hingga saat ini. "Oma benar-benar minta maaf Bella, semua ini terjadi karena Oma." Tania kembali membuka mulut.Wanita tua itu benar-bena
Read more
Akhir-akhir ini kamu terlalu sibuk.
Setelah 2 jam berbincang-bincang dengan James, akhirnya Kevin meninggalkan kafe. Sepanjang perjalanan menuju kediaman Barata, ia tidak berhenti memikirkan ucapan pria tua itu.Walaupun James terlihat serius dan menyakinkan! Tetapi Kevin merasa sesuatu yang aneh. Hatinya berkata, James menyembunyikan sesuatu dan berbohong."Tidak mungkin Tuan Bryan melakukan hal sekeji itu. Papah mengatakan, dia sangat menyayangi kedua orang tua angkatnya." Kevin berbicara sendiri di dalam mobil.Kakinya semakin menekan gas, melajukan mobilnya membelah jalan Ibu Kota. Kevin sudah tidak sabar ingin segera tiba di rumahnya. Setibanya di kediaman Barata, ia menemui ayahnya ke ruang kerja. Pria tampan berusia 21 tahun itu langsung menanyakan tentang Bryan, ayah kandung Bella."Kamu kenapa tiba-tiba menanyakan tentang Tuan Bryan?" Tentu Barata bertanya demikian!"Papah ceritakan saja apa yang Papah ketahui tentang beliau," desak Kevin menjawab ayahnya."Untuk apa?" Bukannya menjawab, Barata justru balik be
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
23
DMCA.com Protection Status