Semua Bab Gairah Nakal, Sugar Baby: Bab 131 - Bab 140
229 Bab
Aku lebih memilih mati.
Setibanya di ruang tamu, Bella terlebih dahulu berbicara sebelum Ramel membuka mulut."Aku tidak bisa menghubungi Kakek, jika kamu marah karena itu! Hukumlah aku," ucapnya dengan pasrah.Ramel tidak merespon ucapan Bella, ia hanya menatap wanita cantik itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan."Aku tahu kamu marah karena kakek menjual warisan milik Papah." Bella kembali membuka mulut sambil menaruh surat yang ditinggikan James, di atas meja tepat di hadapan Ramel."Apa ini sebagian dari sandiwara?" tanya Ramel dengan santai.Bella menarik napas sambil memejamkan mata, lalu kembali membukanya untuk menatap mata elang Ramel."Aku tidak pernah bersandiwara, tetapi jika kamu menganggap semua ini adalah sandiwara! Terserah kamu," ucap Bella dengan lembut."Benarkah?" Nada itu seperti mencibir di telinga Bella."Bukankah sebagai uang penjualan Hotel itu masuk ke rekening kamu?" lanjut Ramel.Tentu Ramel mengetahui uang yang masuk ke rekening Bella, karena pihak bank langsung menghubung
Baca selengkapnya
Katakan padaku Bella!
Panggilannya baru berdering dua kali, tiba-tiba Ramel muncul dari pintu utama. Pria tampan itu terlihat sempoyongan, ia bisa berjalan karena dituntun dua orang pengawal.Mbok Inem segera menaruh ponselnya di atas meja, ia berlari ringan menuju pintu."Tuan kenapa Pak?" tanya Mbok Inem."Tuan terlalu banyak minum Mbok," jawab salah satu pengawal."Ya Tuhan, ayo bawa Tuan ke kamar Pak." Mbok Inem meminta pengawal untuk membawa Ramel ke kamar. Setibanya di kamar, pengawal membaringkan Ramel di atas tempat tidur, sedangkan Mbok Inem menghampiri Bella ke balkon. Wanita cantik itu larut dalam khayalan, sehingga ia tidak menyadari ada orang yang masuk ke kamarnya."Nyonya," panggil Mbok Inem dengan lembut."Iya Mbok," sambil memutar kepala ke arah datangnya suara."Tuan sepertinya sedang mabuk, aku sudah meminta pengawal untuk membawanya ke kamar," ucap Mbok Inem."Baik Mbok, aku akan mengurusnya. Terima kasih ya Mbok.""Iya Nyonya, kalau begitu saya permisi dulu Nyonya." Mbok Inem meningga
Baca selengkapnya
Berikan ponselmu padaku.
Setibanya di kediaman Wijaya, Ramel turun dari mobil sebelum Lukas membukakan pintunya. Kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam rumah, menaiki tangga menuju lantai dua.Pintu kamar yang tidak tertutup rapat, membuat Ramel langsung masuk ke dalam."Mataku sudah ngantuk, aku tutup teleponnya dulu ya Kak Kevin." Kata-kata itu menyambut kedatangan Ramel, seketika amarahnya memuncak mendengar Bella bicara dengan Kevin melalui sambungan telepon."Oh... ternyata kamu seperti ini selama aku tidak di rumah?" Bella refleks memutar kepala ke arah datangnya suara. Ia terkejut melihat Ramel berdiri di bibir pintu dengan posisi kedua tangan terlipat di dada."Ramel, kamu sudah pulang." Bella menaruh ponselnya di atas meja lalu bangkit dari sofa, melangkah menghampiri Ramel yang juga melangkah ke arahnya."Berikan padaku," ucap Ramel sambil menyodorkan telapak tangannya kepada Bella."Maksud kamu?" Bella bertanya karena tidak mengerti apa maksud Ramel."Berikan ponselmu padaku." Ramel bicara deng
Baca selengkapnya
Ya ampun Ramel, ini benar-benar menjijikkan.
Ramel sudah menunggu 30 menit di gerbang, baru Bella muncul bersama Rara dan Kevin. Tentu Ramel semakin kesal melihat pemandangan itu! Apalagi ketiganya terlihat kompak sambil tertawa-tawa."Tin...tin...tin.." Ramel sengaja membunyikan klakson mobilnya.Sesuai harapannya, Bella yang masih berjarak lima meter darinya, refleks memutar mata ke arah datangnya suara."Bel, bukannya itu mobil Ramel?" tanya Rara dengan nada berbisik agar Kevin tidak mendengarnya.Bella menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatannya, "Iya, itu mobil Ramel," ucapnya setelah memastikan."Bicara apa sih?" protes Kevin."Haaaa, gak bicara apa-apa," sahut Rara."Oh iya Ra, kak, aku pulang duluan ya? Sepertinya Tuan Ramel meminta sopirnya untuk menjemput aku," ucap Bella."Benarkah?" tanya Kevin dengan rasa tidak percaya."Iya Kak, itu mobil yang di gerbang," sambil Bella mengarahkan satu jari tangannya ke arah mobil Ramel."Hum, gagal lagi kita pulang bersama. Padahal aku udah sengaja naik motor, biar agak roma
Baca selengkapnya
Bella, bisakah kamu melayaniku?
Di bab ini sedikit panas, jadi bijaklah dalam membaca karena cerita ini khusus dewasa."Iya Ramel, ada apa?" sahut Bella yang sedang membersihkan lantai.Seketika itu Sarah ke luar dari kamar mandi, ia langsung menghampiri Ramel ke tempat tidur."Sini, aku ganti pakaian kamu," ucap Sarah sambil berusaha membuka kancing kemeja Ramel."Kamu pulang saja, biar Bella yang mengurusku." Ramel menepis tangan Sarah."Tapi Ramel....""Bella lebih paham dalam mengurusku," sela Ramel yang membuat Sarah tidak melanjutkan kata-katanya."Baiklah," ucap pasrah Sarah.Sebenarnya ia berencana menginap di sana untuk menemani Ramel. Bahkan Sarah sudah memberitahu ayahnya, kalau ia tidak akan pulang dan menginap di kediaman Wijaya. Tetapi karena Ramel mengusirnya! Sarah terpaksa harus pergi."Jangan coba-coba untuk macam-macam, Ramel adalah kekasihku dan hanya milikku seorang," ucap Sarah sebelum pergi.Bella hanya diam, ia mengerutkan kening karena bingung mendengar ucapan Sarah. Gak ada hujan dan gak ad
Baca selengkapnya
Ya duduk di depan, mau di mana lagi?
Saat turun dari tempat tidur, tubuhnya tanpa sengaja menarik selimut. Mata Ramel membulat melihat noda darah di atas seprai, ia terdiam berusaha mengigat apa yang terjadi tadi malam."Apa aku dan Sarah," ucap Ramel dengan lembut, "Ah tidak mungkin," lanjutnya membantah ucapannya sendiri.Ramel sama sekali tidak mengigat apa yang terjadi antara ia dan Bella. Yang ia ingat, Sarah mengajaknya ke kelap malam setelah pulang menjemput Bella dari kampus. "Ah, lupakan saja." Ramel bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah itu ia turun ke lantai satu untuk sarapan."Mbok, di mana Bella?" tanya Ramel sambil menjatuhkan bokongnya di atas kursi."Nyonya baru saja berangkat kuliah, Tuan. Beliau terburu-buru karena terlambat bangun," jawab jujur Mbok Inem."Jadi yang menyiapkan sarapan siapa?" ucap Ramel."Nyonya, Tuan." "Hum.." sahut Ramel.Pria tampan itu mulai menikmati sarapannya, sedangkan di tempat lain Bella dijajah berbagai pertanyaan dari Rara."Bel, kamu kenapa?
Baca selengkapnya
Ya ampun, ini lipstik warna apa?
"Silahkan duduk Mbak," ucap wanita itu kepada Bella."Terima kasih Mbak, aku berdiri saja," jawab Bella sambil tersenyum manis.Ramel memutar kepala, ditatapnya Bella dengan tatapan dingin sambil tangannya menarik tangga Bella, agar duduk di sampingnya."Bagaimana menurutmu, apa ini bagus?" tanya Ramel kepada Bella, sambil menunjukkan salah satu ponsel terbaru."Iya, bagus," jawab Bella sambil mengangguk."Yang ini saja," ucap Ramel kepada pelayan toko."Baik Pak," sahut wanita itu dengan ramah.Ia memasukkan ponselnya ke dalam paper bag lalu memberikannya kepada Bella. Pelayan toko berpikir kalau Bella adalah sekretaris Ramel. Tentu tidak ada yang tahu kalau Bella adalah istri Ramel, karena sampai saat ini Ramel belum pernah mengumumkan pernikahannya ke publik.Setelah dari toko ponsel, Ramel membawa Bella ke sebuah butik. Di sana terpajang pakaian wanita dan pria dengan harga fantastis. Bukan hanya itu saja, di sana juga ada sepatu, ikat pinggang, tas dan jam tangan.Bella membulat
Baca selengkapnya
Em, maksudku sesuai umur, 19 tahun, gitu.
Setelah 15 menit dalam perjalanan, akhirnya Lukas berhenti di sebuah parkiran hotel bintang lima. Pria tua itu membuka pintu mobil, lalu mempersilahkan Bella untuk turun."Pak, untuk apa Tuan Ramel meminta datang kemari?" tanya Bella yang baru turun dari mobil."Sepertinya ada pertemuan sesama pengusaha, Nyonya," jawab Lukas dengan hormat."Jadi apa hubungannya denganku? Untuk apa dia memintaku datang kemari? Aku kan bukan pengusaha Pak!" ucap Bella."Aku tidak tahu Nyonya," sahut Lukas sambil tersenyum, "Mari Nyonya," lanjutnya mengajak Bella.Keduanya masuk ke dalam hotel, dengan posisi Bella di depan sedangkan Lukas di belakang. Menaiki lift menuju gedung yang terletak di lantai empat puluh.Setibanya di lantai empat puluh, seorang wanita berpakaian seragam menghampiri Bella yang baru ke luar dari lift. Wanita cantik itu membawa Bella masuk ke dalam gedung.Seketika jantung Bella berdegup kencang, tubuh mungilnya tiba-tiba gemetar karena gugup melihat ramainya orang di sana."Ayo N
Baca selengkapnya
Aura pengantin barunya ke luar.
Setibanya di kamar, Bella dan Ramel saling adu mulut. Bella yang biasanya mengalah, kali ini justru dia yang paling garang."Apa maksudmu pulang dengan Kevin? Apa dia yang menyuruhmu datang ke sana?" tanya Ramel dengan nada sedikit tinggi."Memang kalau Kevin mengantarku pulang, kenapa?" tantang Bella yang duduk di sofa."Bella, kamu itu istriku. Jadi kamu tidak pantas berduaan dengan pria lain. Bukankah aku yang memintamu datang ke sana?" ucap Ramel yang juga duduk di sofa, di hadapan Bella.Bella menegakkan kepala, ditatapnya Ramel dengan tatapan penuh kebencian. Pengumuman yang terucap dari mulut Hendrawan masih terngiang di telinganya hingga saat ini."Jika aku tahu kamu menyuruhku datang ke sana hanya untuk menunjukkan hubunganmu dengan Sarah! Sudah pasti aku tidak akan datang," ucapnya dengan lembut namun penuh penekanan."Jika istri tidak boleh dekat dengan pria lain! Suami juga tidak boleh dekat dengan wanita lain. Jangan terlalu egois Ramel, aku tahu kamu tidak mencintaiku da
Baca selengkapnya
Nikmati saja sayang.
"Ya Tuhan, apa ini?" tanya Bella kepada dirinya sendiri, sambil menyentuh tanda merah di lehernya."Apa..." Bella berhenti bicara karena mengigat sesuatu.Di matanya terlintas pertempuran panas tadi malam dengan Ramel. Ia mengigat kalau bibir pria tampan itu beberapa kali menempel di lehernya."Um..." Ramel yang tertidur di atas ranjang, menggeliat merenggangkan otot-otot kekarnya.Ia membuka mata dengan malas, lalu menatap Bella yang berdiri di depan meja rias. Wanita cantik itu sedang menempelkan sesuatu ke lehernya, setelah itu bergegas ke ruang ganti."Siapkan air hangat untukku," ucapnya saat Bella ke luar dari ruang ganti, dengan nada khas bangun tidur."Hum, aku akan menyiapkannya," sahut Bella tanpa melihat Ramel. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk menyiapkan air hangat."Aow," teriak Bella karena terkejut.Tentu Bella terkejut, saat ia membuka pintu kamar mandi, matanya langsung beradu dengan mata Ramel. Pria tampan itu berdiri tepat di bibir pintu tanpa mengenakan sehelai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
23
DMCA.com Protection Status