All Chapters of Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap: Chapter 11 - Chapter 20
74 Chapters
Bab 11
"Ya, rumah ini milik Fiza ..." tegas Sisil lagi."Kalian semua bohong! Fiza ini tak punya uang! Dia lebih suka mengambil uang adikku, Rafi! Dasar tukang menyusahkan!" Mba Tia mulai tak percaya tapi berusaha mencari argumen sendiri."Benarkan, sayang? Sifatnya begitu memang ... mau seenaknya sendiri sama orang lain!" Mas David tiba-tiba bersuara lagi pada Diandra.Diandra hanya geleng-geleng kepala, miris melihat mantan istri Mas David itu seperti orang kepanasan mendengar sebuah kebenaran yang ia tak mau terima."Mba, sudahlah ... sebaiknya Mba pulang aja ... ini memang rumah Fiza, bukan rumah Rafi!""Kamu itu ya! Bukannya belain Mba, malah ikut-ikutan mereka! Mba sebel sama kamu!Dan kau Fiza, jangan harap bisa terus-terusan menguras dompet adikku!" Amarah Mba Zara makin menjadi, entah karena merasa dipermalukan atau karena memang tak percaya? Mba Zara segera angkat kaki dari rumah in
Read more
Bab 12
"Mba ngapain disitu?!" ketus Bang Rafi.Mba Tia ngapain pakai acara ngintip segala kesini? Apa dia mau memastikan kalau Mamanya sudah benar-benar berada dirumahku? "Mmm ... gak kok! Kebetulan lewat malah nyusruk nih motor!" kilah Mba Tia yang suaranya terdengar sedikit bergetar karena ketahuan mengintip.Aku ikut memeriksa kedepan, ternyata Mba Tia dan motornya jatuh ke aspal. Sepertinya ia lupa menurunkan standar motor, karena terburu-buru mengintip. Dasar kelakuan!"Alah, pinter memang Mba Tia kalo berkilah! Mau ada urusan apa?!" masih dengan nada tak suka, Bang Rafi menanyakan maksud kedatangan nya kesini."Beneran kok, orang kebetulan lewat malah jatuh!" tetap kekeh dengan alasannya yang tak masuk akal."Tutup aja Pak gerbangnya, biar aman!" Dengan cepat Pak Didin menutup pintu gerbang yang disuruh Bang Rafi. Mba Tia terlihat sedikit gelagapan karena
Read more
Bab 13
Mama terus sembunyi dibelakang tubuhku, sesekali memeluk lagi dengan erat manakala Mba Zara mencoba meraih tangannya. Aku terkejut, karena sebelumnya Mama hanya gemetar dan sesenggukan saja seperti semalam. Tapi kali ini malah terlihat lebih memperhatinkan. Ada apa dengan Mama? Sepertinya Mba Zara punya niatan tertentu pada ibu kandungnya sendiri.“Mba, sudah Mba! Biar Mama tenang dulu, jangan dipaksa,” ujarku mengingatkan Mba Zara agar berhenti melakukan hal aneh ini.“Mama! Sudah jangan bantah, ayo pulang!” “Gak Mau! Fiza Rafi! Tolongin Mama, Mama gak mau ikut dia lagi!” jerit Mama.“Mba, Fiza minta sudahi Mba! Mama belum mau!” aku sedikit kesal dengan ulah Mba Zara, belum lagi erat sekali rangkulan Mama padaku.Pak Didin langsung membantu melepaskan Mama dari badanku, lalu menyuruh Mama agar berada di belakang tubuh Pak Didin saja.  Dengan sigap, Pak Didin menghalang Mba Zara yang ingin meraih M
Read more
Bab 14
Hatiku berkata kalaupun benar perkataan Mba Zara dan Mba Tia barusan, rasanya bukan menjadi wilayah kami untuk turut campur.Aku berharap, semoga Bang Rafi lebih waspada dan berhati-hati menyikapi masalah kedua kakaknya itu."Raf, biarkan Mba masuk dulu ..." ujar Mba Zara lagi."Mba Zara dan Mba Tia silahkan pulang dulu. Nanti Rafi yang akan tanya dan cari tau informasi tentang Kiya dan Mas Dika," "Ta–tapi Raf! Kamu harus segera cari keberadaan Mas Dika!" sela Mba Tia yang terlihat ingin cepat selesai urusannya."Mba kan punya nomor kontak Mas Dika? Hubungi aja dulu! Ayo Dek, masuk!" suamiku itu segera mengajakku masuk kedalam, tanpa menoleh lagi ke pintu gerbang."Rafi! Jangan gitu dong sama sodara!" teriak Mba Zara."Ck! Gitu tuh, kalo sudah kemakan omongan Fiza! Jadi gak mau bantu sodara kandungnya sendiri!" Mba Tia ikut protes.*** "Kalo soal Kiya, adek
Read more
Bab 15
Bang Rafi meminta penjelasan kepada Mas Dika soal kakaknya itu. "Ya udah Raf, sejam lagi jam istirahat. Mas Juga siang ini udah kelar shif nya. Kita ngobrol di kedai kopi lantai atas ya? Sekalian nanti Dika ambilkan ukuran dress ini. Rafi sama Fiza belanja aja dulu ..." seraya tersenyum, Mas Dika gegas mencari ukuran yang tadi kucari.Bang Rafi menganggukkan kepalanya, tanda setuju. Lalu mengajakku mencari baju untuk Mama mertua, karena baju untuk Putra sudah Bang Rafi dapatkan.Berpindah ke area pakaian dewasa wanita, aku langsung memilih baju untuk Mama mertua. Alhamdulillah ada dua stel pakaian yang menurutku cocok untuk Mamanya Bang Rafi.Tak lama, Mas Dika menemui kami dekat area kasir. Lalu menyerahkan dress cantik yang kupesan untuk Dinda.Lengkap sudah semuanya, aku bergegas membayar barang belanjaan. Bang Rafi masih tampak ngobrol sebentar dengan Mas Dika, dan beberapa saat sebelum giliran
Read more
Bab 16
"Mba! Apa-apaan sih?! Malu-maluin!" hardik Bang Rafi dengan suara kesal dan dongkol serta matanya melototi Mba Tia."Ra–Rafi! Kok kamu disini?" suara gemetar itu jelas aku kenal.Ku intip dari balik gerobak bagian tengah, dan memastikan suara manja bin aneh barusan adalah suara Mba Tia.Dan dugaanku benar!Mas Dika tak berkata apa-apa. Ia hanya menatap tajam manik hitam milik wanita yang masih berstatus sebagai istri sah nya."Mas Dika, kamu disini Mas?! Ngapain?"Mata Mba Tia naik turun  kearah Mas Dika, lalu sekilas melirik ke gerobak nasi goreng.Mata nya menangkap kepala ku yang masih nyembul dibalik gerobak. Bibir dan kepalanya berbarengan mengangguk seolah mendapat sebuah kesimpulan."Ohh, aku tau sekarang! Kalian sekongkol ya selama ini! pantas saja tak ada yang bersuara tentang keberadaanmu Mas!" Mba Tia mulai kembali aneh dengan ocehannya.
Read more
Bab 17
"Raf, tolong Mba Raf! Bilangin Mas Dika, batalkan lamarannya!" rengek Mba Tia.Hari ini memang kami lagi sibuk persiapan acara lamaran Mas Dika. Mas Dika meminta kami turut hadir dalam acara lamarannya nanti.Bukannya apa-apa, Mas Dika masih menganggap Mama mertua sebagai ibunya. Waktu Mba Tia mau meminjam uang sama Bang Rafi untuk acara pulang kampung acara ibu mertuanya, ternyata itu hanya kedok belaka.Mas Dika sendirian pulang ke kampung halamannya karena sang nenek meninggal. Maka nya ia mendapat warisan saat itu untuk membangun rumah diatas tanah yang sudah ia beli. Ibunya Mas Dika hendak dibawa ke kota agar tinggal bersama Mas Dika, tapi ditolak oleh Mba Tia.Makin lama, sikap Mba Tia yang egois dan tak pernah mau mengikuti perintah suaminya makin menjadi-jadi.Mas Dika tak begitu perduli, sampai akhirnya ibu kandungnya itu meninggal di rumah saudaranya yang lain di kampung.
Read more
Bab 18
Mba Tia sudah berdiri didepan pintu pagar rumah Pak Harjo. Dengan gerakan yang terlihat ragu-ragu, Mba Tia sesekali menunduk kebawah dan sesekali menatap kearah kami yang bertanya-tanya sedang apa berdiri disitu?Bang Rafi mulai mengambil langkah seribu menuju kakaknya itu. Sementara aku dan Mama mertua bergegas pamit agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan disini.Setelah sedikit menjauh dari rumah Pak Harjo, aku masih bisa melihat Bang Rafi yang menarik kasar tangan Mba Tia menjauh lebih dulu dari rumah itu. Mama mertua memegang tangan Mas Dika sambil berjalan menuju kontrakannya.“Kamu jangan ambil pusing dengan sikap Tia ya, Nak Dika? Biar jadi urusan Mama dan Rafi!”“Iya, Ma. Makasih ya, Ma? Maafkan Dika soal Tia yang tak panjang jodohnya bersama Dika …” balas Mas Dika yang sering kali diucapkannya kalimat ini.Masih ku dengar dengan nada lirih ucapan Mama mertua dan Mas Dika. Dalam hati aku berdoa,
Read more
Bab 19
"Jangan sok suci, Fiza! Kau memang wanita licik!" lanjutnya terus memaki tak karuan."Bukan urusanku, Mba! Silahkan pergi dari sini!" bentak ku mulai kesal.Aku sudah malas menanggapinya. Saat itu, aku sudah memberinya kesempatan agar sertifikat yang ia curi itu biar dikembalikan ke Mas Dika.Tapi dia sendiri yang memaksa tetap dengan pendiriannya yang konyol itu. Bukankah konsekuensinya sudah pula ku ingatkan padanya saat itu?"Pak, jagain gerbangnya ya. Jangan sampai dia masuk!" ujarku pada Pak Didin."Baik, Bu!" Pak Didin mengangguk dengan perintahku barusan.Aku mulai beranjak dari depan gerbang karena mau mengajak anak-anak dan Mama mertua sarapan. Sementara Bang Rafi sudah berangkat lebih pagi, karena akan ada tamu dari perusahaan luar yang akan visit."Fiza, tunggu! Jangan kabur seenaknya! Kembalikan uang penjualan rumahku!" Mba Tia masih saja teriak disana.Ak
Read more
Bab 20
“Mas … kenapa kau berubah jadi kasar padaku? Mengapa kau jahat sekarang, Mas?” ujar Mba Tia sambil menangis dengan deraian air mata penuh amarah.“Aku kasar? Aku jahat? Hhhh! Lalu bagaimana dengan dirimu yang berkhianat padaku? Kau selingkuh dibelakang dan didepan ku, Tia? Kau curangi kesetiaan ku? Sekarang mengapa baru kau tanyakan kenapa  aku berubah?!” “Seandainya kau bisa membuat ku senang dan bahagia, aku tak akan melakukannya! Tapi apa yang ku dapat? Uang bulanan ku kurang, rumah mengontrak, dan tiba-tiba kau dipecat dari kerjaan mu! Lantas aku tak mendapatkan apa-apa? Dan sekarang rumah ini pun kau jual! Itu semua harusnya yang kau pikirkan, Mas! Pikirkan bagaimana cara membahagiakan ku!” balas Mba Tia dengan kondisi yang masih kacau balau.“Aku tak peduli! Silahkan kau cari laki-laki yang mau dengan wanita macam dirimu! Menikah hanya ingin morotin harta suami tanpa mau berbuat baik layaknya tugas seorang istri yang selalu setia mend
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status