All Chapters of Pesanku di Grup Chat Keluarga Tak Pernah Dianggap: Chapter 31 - Chapter 40
74 Chapters
Bab 31
“Pak Didin, saya mau masuk dulu. tolong dikondisikan ya Pak! Saya capek ngadepin orang yang gak bisa mendengar dengan baik, tapi bisanya nyalahin saja tanpa bukti. Gak taunya memang dia sendiri yang salah!” ucapku akhirnya sedikit emosi, lalu mulai pergi melangkah dari sini.“Hei Fiza! Apa-apaan kau, itu paket kiriman Mba Zara jangan kau ambil, kembalikan padaku!” teriak Mba Tia lagi sambil meronta minta dilepas tangannya oleh security.“Baca Mba, baca! Untuk Fiza Sucipto! Itu nama ku bukan nama Mba Tia!” kataku sambil menunjuk-nunjuk tulisan di paket itu.“Tapi dia kakak ku, gak mungkin dia berbuat baik padamu Fiza!” umpatnya lagi.“Ya ampun Mba! Kamu kok ngeyel deh? Itu jelas-jelas buat Fiza, gak ada tulisan Rafi atau tulisan Tia!” kata Bang Rafi tiba-tiba sudah berada dibelakangku.“Kamu sama aja! Zara itu kakak kandung kita berdua, jadi paket itu bisa jadi untuk kita berdua, iya kan?” lanjut Mba Tia masih mempengaruhi adiknya dan
Read more
Bab 32
Drrrrtt, drrrrt!Ponselku berdering. Sebuah panggilang dari nomor tak dikenal.“Halo, Assalamualaikum,” sapaku.“Waalaikumsalam. Fiza, kamu bisa datang ke kantor polisi tempat Tia ditahan? Ini Mba Zara,”Ternyata suara Mba Zara. Dari mana ia mendapatkan nomor kontak ku?“Mba disana? Ngapain Mba?” tanyaku penasaran.“Kebetulan Mba lagi nemenin atasan Mba melapor, eh, gak Taunya Tia disini. Kamu kesini ya, bantuin Mba, sebenarnya ada apa dengan Tia? Dari tadi dia minta Mba bantuin dia mulu,” “Oh yaudah, nanti kita ngobrol disana ya,”Panggilan akhirnya ditutup oleh Mba Zara. Aneh. Kira-kira atasan Mba Zara melapor apaan? Atau sekedar kebetulan ketemu saja di sana dengan Mba Tia? Batinku.“Siapa Fiza?” tanya Mama mertua yang dari tadi menunggu jawabanku ingin ikut atau tidak membesuk Mba Tia.“Mba Zara, Ma. Dia meminta Fiza ikut ke kantor polisi,”“Maksud kamu, Zara dikantor polisi
Read more
Bab 33
“Mba … apa kau juga ikut tega sama seperti yang Mama, Rafi dan Fiza lakukan? Aku adikmu Mba?!” dengan sesenggukan Mba Tia masih berusaha merayu kakaknya agar iba dengan semua cerita-ceritanya itu.“Harus tega, Tia! Sama dengan apa yang kau lakukan dulu pada Fiza dan Mama!”“Kau sudah berubah Mba … kau bukan kakak ku yang dulu,”“Iya! Aku sudah berubah! Ini semua berkat mereka bertiga! Mereka masih sayang padaku hingga ketika aku berada di titik paling terpuruk, mereka masih memberiku waktu untuk berubah. Jika tidak dengan begitu, aku tak tau mungkin saat ini aku masih menjadi manusia monster sepertimu, Tia! Dan aku masih punya setitik cahaya saat itu, aku ikuti cahaya itu dengan baik! Dan apa yang terjadi? Fiza dan Rafi bahkan Mama masih memberiku jalan untuk meraihnya! Makanya aku jadi seperti ini, aku ingin tenang, aku ingin anakku Kiya layak mendapatkan kasih sayang dari aku ibunya, aku ingin layaknya keluarga lain yang harmonis tanp
Read more
Bab 34
Entah mengapa, aku jadi begitu penasaran dengan cerita yang disampaikan Bu Nia, ibunya Nana yang bekerja sebagai kasir di supermarket tadi.Aku semakin yakin, pasti ada sesuatu yang terjadi dimasa lalu antara Bang Rafi dan Zack. Tapi aku tak berani mengusik masa itu. Yang aku ingat hanyalah, ketika Zach menginginkan cinta dariku melalui Bang Rafi, namun aku malah lebih simpati pada sosok Bang Rafi yang lebih natural ketika mencari informasi tentangku untuk ia berikan pada Zach, sahabatnya.Saat itu, Zack diminta kedua orangtuanya untuk mencari calon istri. Dan kebetulan aku mengenal orang tua Zack dengan baik. Pun dengan Bang Rafi, juga sudah sangat akrab dengan mereka.Malam itu, Zack tumben berani mengirimku email meminta bertemu disebuah tempat. Aku sudah mengiyakan dengan membalas balik emailnya. Namun entah mengapa, aku tak bisa menemuinya malam itu. Bang Rafi memintaku segera menemui orangtua Zach karena ada hal penting yang ingin mereka sa
Read more
Bab 35
Ada apa ini? Batinku sedikit merasa pasti ada sesuatu dengan tindakan mendadak ini? Tapi apa?Aku buru-buru mengikuti Bang Rafi menuju kasir. Ia menyerahkan dua lembar uang merah kepada kasir. Tanpa minta kembaliannya, bergegas kembali menarik tanganku ke arah parkiran, agar segera masuk mobil.“Ya ampun, Bang. Kamu gak lagi demam kan, Bang? Adek bingung deh sama kamu …” ujarku sedikit bertanya dan sedikit pula bercampur kesal.“Ma-maafin Abang ya, Dek. Abang kepikir Mama tadi,” katanya lagi sedikit ragu. Tapi aku sangat tahu, bahwa itu sebuah kebohongan.Ah, bisa-bisa Bang Rafi saja ini. Mama mertua tidak kenapa-kenapa, sehat bahkan. Dan lagi pula, ada Bi Siti yang sigap dirumah melayani Mama. Aku makin penasaran dengan suamiku sendiri.*** Seminggu ini aku diskusi dengan Sisil terkait rencana kami yang akan pindah. Sisil agak kecewa, tapi tetap menghargai keputusan Bang Rafi. Sisil tetap berharap, aku bis
Read more
Bab 36
"Kok bisa ketemu, Rafi? Ada apa ini ya?” lanjut Mama mertua bertanya. Sementara aku masih menguping dari sini.“Gak papa kok, Ma. Gak sengaja ketemu. A–Atika cuma ingin belanja. Iya kan, Tika?” Bang Rafi yang terbata-bata suaranya membuatku curiga. Sangat berbeda ucapannya barusan dengan apa yang mereka perbincangkan sebelumnya berdua sebelum Mama menghampiri. “Oh, i–iya, Tante. Ini gak sengaja ketemu. Aku lewat kebetulan ada super market baru opening. Ya, mampir deh …” balas wanita bernama Atika sedikit ragu, terdengar olehku dari suara tak nyamannya itu.Oh, aku baru ingat! Atika ini adalah wanita yang dulu Mama mertua jodohkan pada anaknya, Bang Rafi. Tapi Bang Rafi menolak perjodohan itu. Dan yang paling tidak enak diingat adalah, Mama mertua dulu pernah menerima sejumlah uang dari keluarga Atika. Yang pada akhirnya berbuntut meminjam uang pada Mba Zara. Dan Mba Zara dulu meminta rumah Mama sebagai ganti uang yang pernah ia pinjamkan untuk dikembalika
Read more
Bab 37
Brak!“Aduh, sakit …” Suara tak asing itu membuatku reflek segera berlari menuju sumber suara.“Dinda! Kamu kenapa, Sayang?!” Aku ikut panik karena posisi Dinda tertelungkup diatas lantai dengan keranjang tentengan merah yang juga berserakan berikut berisi dua buah kelapa muda kupas ala Thailand.Bang Rafi terlihat mendekati kami yang hanya berjarak enam meter dari posisi Dinda. Dan disusul pula oleh wanita bernama Atika tadi.“Lho? Kok Bunda sama Dinda kemari?!” tak kalah terkejutnya, wajah Bang Rafi melihat kami berdua sudah disini, seolah tak percaya antara khawatir dan penasaran. Aku hanya melirik sekilas wajah suamiku itu, yang hanya berselang beberapa detik, wanita bernama Atika sudah berdiri disampingnya seolah ikut penasaran dengan apa yang terjadi.“Dinda gak papa kan, Sayang? Ayo bangun dulu, duduk sini,” ujarku pada Dinda sambil membantunya yang berusaha bangkit dari lantai.“Dinda lari-lari tadi, Bund,
Read more
Bab 38
"Siapa yang mau makan makanan ini kalau kalian sudah makan duluan?!""Ya sudah, Raf, kamu makan aja sendiri. Lagian kalau memang mau membawa makanan ya bawa aja, gak ada yang melarang. Pake acara kesal segala muka kamu itu?" Mama mertua langsung menanggapi.Aku mengambilkan nasi dan menuangkannya dalam piring untuk Bang Rafi. Pasti dia lapar, baru pulang kerja melihat kami makan duluan jadi mungkin bawaannya kesal."Ini, Bang. Mau lauk apa?" Tanyaku dengan sesabar mungkin."Ya yang aku bawa tadi, lah! Dari pada mubazir!" tukasnya masih bernada kesal.Anak-anak telah selesai makan. Mereka membawa piring masing-masing ke belakang. Dan menyerahkannya ke Bi Siti. Lalu masuk ke kamar masing-masing.Mama mertua juga telah selesai makan. Ia pun juga berlalu dari meja makan ini. Tampak sekali Mama tak tertarik dengan perilaku putra semata wayangnya ini yang bikin seisi rumah tak paham akan kekesalan dirinya sendiri.Bang Ra
Read more
Bab 39
POV RafiAku seorang pria biasa yang hidup sederhana, bersama Mama, dan dua orang kakak perempuan. Ayahku telah lama tiada karena sakit jantung yang menyerangnya kala itu. Aku acapkali dijodohkan oleh keluargaku dengan wanita pilihan Mama dan kedua kakakku. Namun aku bersikeras menolak, karena tak ada satupun yang kurasakan cocok denganku.Tak ingin menjadi pemuda beban keluarga, ku putuskan untuk bekerja. Aku melamar kerja di sebuah perusahaan bonafit. Disana hanya sepuluh orang saja yang lulus dari ratusan pelamar. Kebetulan bagian yang aku kuasai dan paling handal adalah bidang promosi, mungkin karena itulah aku terpilih. Karena aku sangat menguasai bidang promosi barang dan jasa.Di perusahaan itu, aku mengenal sosok wanita cantik, ramah dan baik. Tentu pula cerdas. Ia mempunyai keahlian dibidang analisa produk, keuangan dan lain-lain. Wajar saja ia mendapat posisi yang bagus pula di perusahaan tempat kami sama-sama bekerja. Wanita itu bernama Fi
Read more
Bab 40
“Halo, Raf! kamu dimana sih? Kok gak datang-datang! Ini Mama kamu marah-marahin aku di ruangan kerja! Kamu kesini deh, beresin Mama kamu ini! Buruan! Halo? Halo!” Klik. Kuakhiri panggilannya.“Dek, panggilan dari siapa?” Bang Rafi tiba-tiba sudah berdiri depan pintu kamar tamu.“Dari kantormu,” kuletakkan kembali gawai suamiku itu diatas nakas.Aku lalu kembali ke ruang kerjaku. Entah apa yang akan kulakukan aku tak tahu. Hanya ingin menghindari Bang Rafi mengajak bicara.Tampak sesekali Bang Rafi menoleh kearah ruang kerjaku. Ia terlihat panik sambil memegang benda pipih itu. Terlihat olehku pula, ia sedang megirim pesan dengan tergesa-gesa. Lalu pergi kekamar mandi. Sudah kupastikan pasti ia tak nyaman dengan panggilan yang kuterima dari Atika barusan.Ting!Sebuah notifikasi pesan masuk kegawaiku. Kuperiksa segera mana tahu dari Sisil soal kerjaan kemarin.“Fiza, setelah Rafi berangkat kerja, kamu ikut
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status