All Chapters of Pesona Mantan Istri: Chapter 31 - Chapter 40
50 Chapters
Bab 31. Bertemu Kembali
Lidia Hatiku hancur untuk yang kedua kalinya. Namun kali ini aku lebih siap. Karena sejak awal memang tak ingin terlalu mencintai laki-laki itu. Ya, semua berawal dari permintaan Mama Anne. Wanita yang begitu dekat denganku selama lebih dari enam bulan tinggal di rumah pengobatan Jeng Putri. Mama Anne begitu ingin manjadikan aku sebagai menantunya. Lalu memohon agar aku mau menjadi kekasih Andre, anaknya yang sering mondar-mandir datang untuk mengurus dirinya. Andre, laki-laki sukses dan tampan. Sangat sulit jika seorang wanita menolak pesonanya Aku pun luluh oleh perhatian dan kasih sayangnya. Namun aku tak menyangka, Andre begitu menginginkanku seutuhnya sebelum adanya ikatan pernikahan. Tentu saja aku selalu menolaknya. Sejujurnya rasa ragu itu mulai muncul, sejak aku tau Andre sudah terbiasa dengan pergaulan bebasnya. Aku sangat bersyukur Allah memberiku petunjuk secepat ini. Entah apa yang terjadi jika aku mengetahuinya jika telah menikah dengannya. Tiba-tiba sebuah pes
Read more
Bab 32. Kedatangan Monica
Yess! Akhirnya si Andre bule sok ganteng itu ketahuan juga belangnya. Rasain! Lidia pasti minta putus. Dan kesempatan aku untuk dapat kembali bersama Lidia akan semakin besar. Aku akan menjaga sikap di depan Lidia, agar wanita itu kembali terpesona padaku. Tidak peduli saat ini aku hanya seorang supir. Toh dulu lidia jatuh cinta padaku saat aku masih belum punya pekerjaan tetap. Aku paham betul wanita itu. Lidia bukanlah wanita yang haus harta atau kedudukan. Tunggu Lidia, kamu pasti akan kembali luluh padaku. Aku nggak nyangka akan bertemu kembali dengan Rena, wanita gila harta itu. Untungnya Tante Anne sudah memanggil dua security untuk berjaga-jaga. Laki-laki raksasa selingkuhan Rena itu sampai diam tak berkutik. Tidak biasanya seperti itu. Ternyata hanya besar badannya aja, nyalinya cuma berani di kandang. "Sudahlah, Yusuf! ikhlaskan. Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab dan bijak." Tante Anne menasehatiku. Ikhlas?? Mana bisa aku ikhlas untuk wanita yang sudah menghancur
Read more
Bab 33. Lelaki Jutek
Lidia "Maaf Nona! Anda baru akan jadi calon istri di sini. Belum sah, bukan? Jadi tolong yang sopan berada di Toko Mama saya! Paham?" Kak Fahri berkata tenang namun tegas. Ia berdiri tepat di sebelahku. "Hei, siapa kamu sebenarnya, berani-beraninya melarangku?" Wanita yang bernama Monica itu berbicara lantang. Kenapa dia suka sekali mencari perhatian dan ingin dihormati setiap orang? "Ada apa ini ribut-ribut?" Tiba-tiba Mama Anne keluar dari dalam ruang kantor diikuti oleh Andre. "Monica ...!!" panggil Andre. Lihatlah, tatapan mata Andre memang berbeda pada wanita itu. Sedikit ada rasa kecewa dan perih aku rasakan. Diam-diam aku melirik pada Andre yang langsung menghampiri wanita berambut merah itu. "Apa kabar, Tante?" Monica menyalami Mama Anne dengan hangat. "Sayang, para pelayan di sini tidak percaya kalau aku ini calon istrimu. Mereka semua sangat tidak sopan. Apalagi perempuan ini. Beraninya dia bentak-bentak aku tadi," Monica berkata dengan nada manja. "Benar itu, L
Read more
Bab 34. Rasa yang Pernah Ada
Lidia "Lidia ....kamu kenapa? Kok kelihatan lelah gitu?" Mama terlihat khawatir melihatku ketika aku baru saja menghampirinya. Memutuskan untuk duduk tepat di sebelah Mama, tanpa menjawab, aku tersenyum tipis pada wanita itu. Rasanya benar-benar lelah. Sepertinya badanku mulai terasa tidak enak. "Kamu lihat Fahri! Lidia sampai kelelahan seperti itu. Kamu apain, sih? tanya Mama mulai emosi. Kak Fahri melirikku. Sekilas nampak kekhawatiran di wajahnya. "Kamu capek, ya? Maafin aku ..." lirihnya seraya menatapku penuh penyesalan. Apaa? Dia minta maaf? Apa karena di depan Mama aja sikapnya jadi perhatian gini? "Halaah! Dasar manja!" Terdengar gerutuan Monica, membuat kami semua menoleh padanya. Mama hanya geleng-geleng kepala menatap Monica yang tanpa dosa terus saja menikmati makanan di hadapannya. Sementara Andre tampak salah tingkah, mungkin merasa serba salah dengan sikap Monica barusan. "Kamu mau makan apa, Sayang?" tanya Mama seraya memberikan daftar menu padaku. "Apa
Read more
Bab 35. Yusuf Melamar Lidia ( lagi )
"Nak Yusuf, ayo pulang!" Tante Anne tiba-tiba menghampiriku. Tapi kenapa wanita ini sendirian? Kemana Lidia dan kedua anaknya itu? "Nggak nunggu yang lain dulu, Tante?" tanyaku seraya melihat sekeliling Tante Anne, namun beliau benar-benar hanya sendiri. "Mereka sudah pulang. Tadi Lidia nggak enak badan. Pulang duluan pakai taksi." Apaaa? Lidiaku sakit? Kenapa Tante Anne nggak bilang sama aku? Malah menyuruhnya pulang sendirian naik taksi? Aku jadi makin khawatir. "Ayo pulang! Nunggu apalagi?" Wanita setengah tua di hadapanku itu langsung masuk ke dalam mobil, tanpa aku bukakan pintu terlebih dahulu untuknya. Pikiranku semakin tak tenang. Bagaimana keadaan Lidia saat ini? Rasanya aku ingin berlari menyusulnya dan menjaganya selalu. Dulu saat dia sakit aku malah menyia-nyiakannya. Lidia, tunggu aku akan kembali melamarmu. Aku tak akan pernah lagi menyia-nyiakanmu lagi. Aku akan menjagamu , merawatmu seumur hidupku. Aku harus memanfaatkan kesempatan ini. Lidia tidak akan mung
Read more
Bab 36. Ancaman Andre
Lidia Apaa? Mas Yusuf melamarku lagi? Sungguh nekad sekali laki-laki ini. Tepatnya, tidak tahu malu. "Apa kamu bilang? Dasar laki-laki nggak tau malu!" teriak Bapak. Tuh kan! "Sudah kere begini ingin ngelamar anakku? Mau kamu kasih makan apa nanti anakku? Utangmu saja menumpuk di mana-mana," ketus Ibu. Mas Yusuf menoleh padaku. Tatapannya penuh harap. Sebenarnya aku kasian padanya. Tapi aku tak mungkin menerima lamarannya. Bukan karena sekarang Mas Yusuf sudah tidak punya apa-apa lagi. Tapi, memang sudah tidak ada cinta lagi di hati ini untuknya. "Lidia ..., Apa kamu bersedia menerima lamaranku?" Ya Tuhan. Mas Yusuf begitu memelas. Apa yang harus aku katakan untuk menolaknya. Kenapa aku jadi lemah seperti ini? "Lidia, Mas berjanji akan menjagamu dan mencintaimu selamanya." Mas Yusuf terus mencoba merayuku. "Hei! Apa kamu lupa ketika mengembalikan Lidia ke rumah ini? Kamu bilang bahwa anakku nggak becus jadi istri? Kamu kembalikan dia karena sakit," teriak ibu. Sontak wajah M
Read more
Bab 37. Kejutan dari Fahri
Lidia Aku terduduk di kursi taman villa yang tidak terlalu ramai. Namun jelas terlihat beberapa orang yang menyaksikan sikap Andre yang menjadi pusat perhatian. Sepertinya aku harus siap-siap mengadakan jumpa fans lagi. Jika video yang tadi viral, setidaknya aku bisa menjelaskan pada media juga produserku. Sepeninggal Andre, aku segera menghampiri Brian yang sejak tadi nampak sibuk mondar mandir di sekitar lokasi taman. "Bri, Andre mengancamku. Sepertinya kejadian tadi akan viral dan akan menjatuhkan karierku." "Tenang aja. Team kita sudah menanganinya. Aku sudah memantau gelagat Andre sejak tadi. Aku pastikan video tadi tidak akan tersebar." Penjelasan Brian membuatku lebih tenang. Asistenku ini memang bisa diandalkan. "Tapi ... Ada video yang viral tentangmu sejak beberapa jam yang lalu. Kamu harus lihat ini!" Brian membuka ponselnya. Apaa? Video viral tentangku? Ya Tuhan. Semoga saja bukan yang aneh-aneh. Aku beranjak menuju kursi rias yang terletak di bawah tenda, tak jauh
Read more
Bab 38. Siapakah yang Tertembak?
Bab 38. Siapa yang Tertembak?Aku mengikuti Kak Fahri masuk ke dalam rumah besar dengan desain sederhana itu. Aku membelalak ketika melihat siapa saja yang ada di ruangan keluarga yang begitu luas. Mengapa mereka semua ada disini? "Lidia, sini Sayang!" Mama Anne menghampiri lalu mencium kedua pipiku. Wanita ini selalu bersikap seperti ini. Melebihi ibuku sendiri. Ibu dan Bapak nampak sudah duduk di sofa empuk yang panjang berposisi menyerupai huruf L yang berada di sebelah kanan ruangan ini. "Ini rumah Mama juga?" "Bukan, ini rumah peninggalan almarhum neneknya Fahri." Aku mengangguk-angguk melihat sekeliling ruangan dengan banyak hiasan dinding bertuliskan kaligrafi. Rumah ini terasa sangat damai, padahal tidak semewah rumahku apalagi rumah Mama Anne. Aku menghampiri Bapak dan Ibu lalu mencium tangan mereka. Kemudian ikut duduk disamping Ibu. Aku tersentak seseorang mengamatiku dari ujung ruangan. Andre menatap nyalang padaku. Laki-laki itu duduk di sebuah kursi santai. Wal
Read more
Bab 39. Berita Duka
Aku mendengar suara keributan di dalam rumah besar itu. "Mang Karta, itu seperti ada ribut-ribut dalam rumah." Tukang kebun Mas Fahri itu terdiam sejenak. Seolah-olah berusaha mencari suara keributan yang kumaksud. Sejak sore tadi aku memilih untuk berada di kebun ini bersama Mang Karta. Pria berumur sekitar lima puluhan itu banyak sekali bercerita dan memberi wejangan padaku. Ternyata di usiaku yang sudah tak muda ini, masih sedikit sekali kebaikan yang aku lakukan. Ya Allah, masih adakah kesempatanku untuk berbuat baik pada orang lain? "Mas Yusuf, seperti ada orang yang berteriak-teriak. Apa sebaiknya kita ke dalam saja?" ajak laki-laki setengah tua itu dengan wajah panik. "Ayo, Mang!" Spontan aku berlari ketika mendengar suara teriakan seorang wanita dari dalam. Mang Karta mengikutiku. Kami masuk dari pintu belakang. "Diam semua!" Jangan ada yang bergerak! Astaga!! Andre menodongkan pistolnya ke arah Lidia. Ya Allah. Lindungilah Lidia. Wanita itu tampak sangat pucat. Tubu
Read more
Bab 40. Penyatuan Cinta
Lidia Suasana pemakaman sudah sepi. Aku masih menemani Kak Fahri yang berjongkok di depan gundukan tanah merah. Laki-laki itu nampak terdiam setelah selesai membacakan doa-doa untuk almarhum mantan suamiku. "Mas Yusuf, begitu besar cintamu pada Lidia. Hingga kau mengorbankan nyawamu sendiri. Aku berjanji akan menjaga Lidia semampuku. Akan mencintainya seumur hidupku." Dadaku berdebar mendengar ucapan demi ucapan dari Kak Fahri. Sejak kemarin dia mengatakan hal itu. Tapi tidak langsung padaku. Dasar cowok gengsian. Laki-laki itu tetap tertunduk menatap kayu bertuliskan nama Mas Yusuf. "Kak, yuk pulang! Kita ditunggu Mama di mobil." Dengan hati-hati aku mengajak laki-laki berbaju koko putih itu untuk pulang. Tanpa menjawab Kak Fahri berdiri dan langsung melangkah pergi. Mulai deh. Aku ditinggal-tinggal. Dengan malas aku mengikuti langkah lebarnya. "Kaaak ...!! Tungguin kek !!" teriakku yang tertinggal cukup jauh. Dia berhenti. Namun tak menoleh padaku. Malah sibuk buka-buka po
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status