Semua Bab Aku, Kamu & Buku Nikah: Bab 51 - Bab 60
103 Bab
51. Tidak Layu
Jexeon tidak suka dipermainkan seperti itu. Dia memilih memecahkan kaca dan menghajar temen-temennya yang sudah keterlaluan. Hingga tidak ada lagi yang berani berbuat seperti itu lagi. "Tapi aku nggak nyangka, kirain kamu nggak suka cewek. Ternyata tipemu cewek model Yua. Pantes kau bilang cewek pakaian sexy menjijikkan. Ternyata sukanya yang tertutup. "Gimana rasanya enak, 'kan? Pasti itumu ketagihan." Jalan raya sudah terlihat, mobilnya ada di pinggir jalan sana. "Aku belum pernah menyentuh Yua," kata Jexeon jujur. Maksudnya selain leher.Tangannya langsung ditarik Lazio, membuat Jexeon menoleh bingung. Mata Lazio melebar seakan tidak percaya perkataan Jexeon. "Kau gila? Sudah dua minggu tinggal bareng tapi nggak ngapa-ngapain?" tanyanya, seolah itu hal yang sangat penting hingga membuatnya terkejut. "Apa itu salah?" Jexeon menghempas tangan Lazio dari lengannya. Merasa tidak ada yang salah. Hubungannya dengan Yua tidak ke arah sana. Hanya pernikahan yang saling menguntungkan
Baca selengkapnya
52. Pelayan Lain
"Tunggu, Mas. Aku lagi datang bulan," kataku. Mencoba menghentikan tindakannya yang seperti drakula. Jexeon melepaskan gigitannya, terasa nyeri dan pasti berbekas seperti waktu itu. Dia menatap mataku, wajahnya masih es seperti biasa. "Memang kenapa?" tanyanya. Ntah polos asli atau hanya sok polos, aku tidak tahu."Nggak boleh gituan, dosa.""Kalau tidak datang bulan, boleh?" Pertanyaannya itu loh, membuatku salah tingkah. Terang-terangan dia minta jatah. Hal yang aku tunggu selama ini, yakni menjadi istri seutuhnya. Tapi setelah mendengarnya menanyakan langsung terasa memalukan."Boleh," jawabku merona merah. Menahan senyum. Dia tidak pernah minta imbalan apapun ketika menyediakan tempat tinggal dan memberiku pakaian. Bahkan saat sudah menikah, Jexeon tidak minta haknya sebagai suami. Aku merasa seperti tembus pandang, lebih tepatnya tidak dianggap ada. Terkadang aku sedih, ingin sekali saja aku merasa dia membutuhkanku. Menginginkan keberadaanku. "Tapi sekarang aku tidak tahan
Baca selengkapnya
53. Polisi
Aku menunggu cukup lama, mengisi waktu dengan melihat skripsi yang sebentar lagi selesai. Tinggal bertemu dosen pembimbing jam 10 nanti. Semoga lancar dan bisa cepat wisuda.Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Jexeon dengan handuk melilit pinggang. Dia keramas. Apakah mandi suci seperti permintaanku?Tubuhnya yang basah mengingatkanku pada kejadian semalam, apalagi ada bekas gigitanku di sana. Pipiku terasa panas lagi. Buru-buru berpaling. "Kau ingin imbalan apa?" tanyanya sembari memakai baju. Wajahnya dingin tanpa ekspresi."Imbalan gimana?" tanyaku bingung."Aku tidak ingin berutang budi," jawabnya. Maksudnya apa, aku tidak mengerti. Kenapa dia berhutang budi? Memang apa yang sudah aku lakukan?"Utang budi apa? Aku nggak maksud." "Semalam," jawabnya singkat, tanpa melihat ke arahku. Apa maksudnya pelayananku? Apa dia pikir aku pelacur yang minta imbalan setelah membuat pelanggan puas? Aku sungguh tersinggung. Ternyata serendah itu aku di matanya. Rasanya sa
Baca selengkapnya
54. Pengakuan Jeruji Besi
Aku tidak tahu sejak kapan hati ini terikat, meskipun dia mencekikku dan melukai hatiku, hati ini tetap condong padanya. Padahal sikapnya selalu dingin, tidak pernah mengatakan sesuatu yang manis. Apa hanya karena dia penyelamatku maka aku merasa balas budi? Awalnya aku pikir begitu, sebatas balas budi. Namun, tadi malam aku sadar menginginkan dia mencintaiku, membutuhkanku dan menyayangiku. Hal yang seharusnya tidak boleh, sejak awal dia memperingatkan bahwa jangan minta cinta. Bola matanya menatap jernih melewati jeruji besi yang memisahkan kami. Aku ingin memeluknya dan berkata bahwa percaya apapun yang dia katakan. Jantungku berdebar kencang, berharap tuduhan yang dilayangkan padanya adalah salah. Supaya aku bisa membelanya sampai mati, apapun akan aku lakukan untuk mengeluarkan dia dari sini. Sepertinya aku rela menunggu Jexeon seuumur hidup, hanya dia, orang yang mengikat hatiku dengan sesuatu yang disebut cinta. Benar, aku jatuh cinta pada Jexeon, bahkan apapun yang dia laku
Baca selengkapnya
55. Penyelidikan
Lazio melewatiku, jahat sekali. Tidak mengizinkan aku membantu, mana bisa aku diam saja melihat suamiku difitnah.Aku kembali masuk ke dalam kantor, menanyakan kronologi kejadian sehingga mereka mencurigai Jexeon. Rupaya kejadiannya tadi malam. Di gang sempit belakang gedung Mabel, mereka mencurigai Jexeon karena ada yang melapor. Siapa? Lalu juga ada barang bukti berupa jaket Jexeon yang berdarah di sekitar lokasi. Alamat kejadian sudah di tangan, tetapi aku takut untuk ke sana sendiri. Ingin menghubungi Lazio, berharap dia mau menemani. Dia adalah teman Jexeon, pasti berharap Jexeon segera keluar sama sepertiku.Lazio tadi bilang supaya aku diam saja, itu membuatku takut minta tolong. Terlebih berduaan dengan pria yang bukan mahramku, itu agak canggung. Bisa terjadi fitnah. Pada akhirnya aku pulang, menunggu Arjun. Hanya dia yang bisa membantu. Saudaraku satu-satunya. "Suamimu mana?" tanya Tante Fera. Wajahnya tersenyum senang. "Di penjara ya? Duh, gimana dong dia nggak bisa jadi
Baca selengkapnya
56. Lazio
Walaupun Lazio bilang aku tidak boleh menyewa pengacara atau melakukan apapun, tetapi mungkin mencari petunjuk pembunuh sebenarnya akan membantu Jexeon. Hanya ini yang bisa kulakukan demi membantu dia. Menelusuri gang dengan kaki pincang demi mendapat petunjuk, aku sungguh berharap menemukan sesuatu. Perhatianku mengarah pada darah yang tercecer. Ntah kenapa aku merasa aneh, seperti dibunuh di sebelah sana tetapi mayatnya ada di sebelah sini. Seperti luka memakai benda tajam juga dengan benda tumpul. Agak membingungkan."Kayaknya di barang bukti cuma ada jaket, nggak ada pisau atau semacamnya. Berarti polisi belum nemuin barang bukti pasti." Aku mencari sekeliling, menoleh kebelakang. Arjun sangat jauh dariku. Bahkan tidak terlihat lagi. Mungkin dia mencari terlalu jauh hingga ke jalan besar. Menelusuri jejak jaket yang ditemukan. Aku kembali fokus, seharusnya ada petunjuk, seperti sesuatu yang digunakan memukul sebelum menusuk, karena tidak hanya ada ceceran darah bekas luka tusuk
Baca selengkapnya
57. Taksi
Ada satu hal yang tidak pernah Lazio mengerti, yakni perasaan ingin melindungi seseorang. Baginya, hidup seperti hukum rimba. Makhluk lemah hanya akan mati dan makhluk kuat akan bertahan. Itu adalah sesuatu yang sudah pasti. Dia bisa bertahan sejauh ini karena kuat, punya kemampuan bertahan hidup dan keahlian.Namun, gadis di hadapannya begitu lemah. Kakinya saja pincang, tubuhnya kecil. Seharusnya dia tahu diri dan diam seperti perkataannya. Bukannya datang ke tempat berbahaya seperti ini. Siapa yang ingin dilindungi? Jexeon? Lucu sekali, Jexeon adalah orang kuat, bisa bebas dari penjara dengan mudah. Ntah itu melarikan diri atau menyuap aparat. "Aku tidak ingin keluar sekarang, lebih baik kau cari tahu siapa yang memasukkan aku ke sini."Aneh, Jexeon tidak ingin keluar penjara. Lazio pikir temannya itu sudah gila, tetapi melihat Yua melakukan segala cara untuk mengeluarkan Jexeon, sepertinya dia tahu maksud Jexeon tidak ingin keluar dari penjara. Untuk menguji Yua. "Keadaan Arjun
Baca selengkapnya
58. Pecel Lele
Mereka kembali berjalan, menelusuri trotoar dengan hati-hati. Lazio melambatkan jalannya. Menunggu Yua, dalam hati kecil ingin membantu membawakan tas. Gadis itu sudah susah jalan memakai tongkat, tetapi harus menanggung beban tas juga. Ingin membantu tapi gengsi, begitulah yang dirasakan Lazio sekarang. Ia hanya bisa melihat Yua dengan meliriknya, pura-pura tidak peduli. "Kita makan di sana," ucap Lazio setelah melihat warung pecel lele. "Tapi bentar lagi sampai." "Aku lapar." Lazio menunjukkan wajah tak bersahabat. Tidak mau dibantah. Satu hal yang tidak bisa ditunda, yakni rasa lapar. Dia tahu Yua sedang lapar. Kalau pingsan bisa repot. Dia berjalan lebih dulu menuju warung, Yua hanya bisa mengikuti dari belakang. Duduk berhadapan dengan Lazio. Mereka memesan pecel lele. Mungkin karena kelaparan atau pecel lele yang lezat, Yua makan dengan sangat lahap. Lazio kenyang hanya dengan melihat gadis itu. Seperti anak kecil yang imut, Yua sangat lahab hingga mulutnya penuh. "Pelan
Baca selengkapnya
59. Keluar
Yua memeluk erat suaminya yang baru keluar dari penjara, bibirnya tersenyum lebar, sangat bahagia. Sementara Jexeon hanya berdiam diri, tidak membalas pelukan, menatap depan, tepat ke arah Lazio. Tak ada respons dari Lazio, hanya mengangkat alis sembari menyuruh pengacara pergi. "Aku seneng banget Mas keluar dari penjara," ucap Yua. Seakan dunia hanya miliknya dan Jexeon. Tidak peduli ada Lazio.Belum mau melepaskan pelukannya. Kepalanya mendongak, melihat wajah tampan suaminya yang kini sedikit kusam. Wajar saja, sejak ditangkap polisi Jexeon tidak mandi ataupun gosok gigi. Tapi Yua tetap suka. "Aku kangen banget, Mas kangen nggak sama aku?"Jexeon menunduk, membalas tatapan Yua dengan mengangkat alisnya, tidak mau menjawab. Pandangannya malah tertuju pada ujung bibir Yua yang berdarah. Tangannya meraih luka itu. Darahnya sudah mengering. "Siapa?" tanya Jexeon. Yua tidak mengerti apa yang ditanyakan Jexeon, jemarinya mengikuti tangan Jexeon dengan memegang bibirnya. Dia sendiri
Baca selengkapnya
60. Rumah Mertua
Hanya pria ini yang merangkul semua rasa sakitnya, memberinya harapan dan perlindungan. Selama ada Jexeon, Yua pikir dia akan baik-baik saja walaupun tinggal serumah dengan Roan. "Terus Arjun gimana?" Mereka sudah ada di dalam taxi, menuju rumah keluarga Nathanael. "Suruh dia kemasi barang-barang kita," jawab Jexeon. "Maksudku gimana Arjun? Aku nggak mau biarin dia tinggal di rumah sendiri." Jexeon diam, mengirim pesan ke Arjun. Lalu menunjukkan hasil percakapannya dengan Arjun. Tidak mungkin dia membiarkan anak yang akan menjadi masa depan Candra Grup dianiaya. Tujuan dari pernikahan adalah melindungi Arjun apapun yang terjadi. "Elgar itu rumahnya di mana?" tanya Yua. "Kalau Arjun tinggal bareng kita di Rumah keluargamu, kayaknya canggung banget. Lebih baik dia nginep di rumah Elgar aja.""Tidak boleh," jawab Jexeon buru-buru. Dilihat dari sikapnya, Jexeon tidak mengizinkan Arjun tinggal bersama Elgar. "Ah, pasti orang tua Elgar nggak ngebolehin." Yua menebak sendiri, dia m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status