54. Pengakuan Jeruji Besi
Aku tidak tahu sejak kapan hati ini terikat, meskipun dia mencekikku dan melukai hatiku, hati ini tetap condong padanya. Padahal sikapnya selalu dingin, tidak pernah mengatakan sesuatu yang manis. Apa hanya karena dia penyelamatku maka aku merasa balas budi? Awalnya aku pikir begitu, sebatas balas budi. Namun, tadi malam aku sadar menginginkan dia mencintaiku, membutuhkanku dan menyayangiku. Hal yang seharusnya tidak boleh, sejak awal dia memperingatkan bahwa jangan minta cinta. Bola matanya menatap jernih melewati jeruji besi yang memisahkan kami. Aku ingin memeluknya dan berkata bahwa percaya apapun yang dia katakan. Jantungku berdebar kencang, berharap tuduhan yang dilayangkan padanya adalah salah. Supaya aku bisa membelanya sampai mati, apapun akan aku lakukan untuk mengeluarkan dia dari sini. Sepertinya aku rela menunggu Jexeon seuumur hidup, hanya dia, orang yang mengikat hatiku dengan sesuatu yang disebut cinta. Benar, aku jatuh cinta pada Jexeon, bahkan apapun yang dia laku
Baca selengkapnya