All Chapters of Aku, Kamu & Buku Nikah: Chapter 71 - Chapter 80
103 Chapters
71. Tentang Itu
Mereka satu SMP, satu kelas, satu keluarga. Roan berpikir tak apa Jexeon selalu ranking satu, sebagai saudara dia ikut bangga seperti Papa. Meskipun itu membuatnya kesulitan karena Mama yang selalu menyuruh berusaha lebih keras. Namun, kali ini Papanya keterlaluan. Menganggapnya tidak layak memimpin perusahaan. Padahal masa depan masih panjang untuk mengejar Jexeon dan bersaing secara adil."Apa Papa pikir aku nggak layak?" tanya Roan, tangannya mengepal. "Kau juga cuma adik, kakakmu lebih berhak.""Umur kita setara! Kenapa Papa nggak ngasih kesempatan ke aku?" tanya Roan dengan mata berkaca-kaca. Jexeon tahu Roan juga sudah berusaha semaksimal mungkin, begadang sampai mimisan supaya bisa membanggakan orang tuanya. Ingin diakui Papa seperti dia. "Jangan terlalu berambisi dan sadar posisimu sebagai adik," jawab Papa. Sangat menyakitkan dan terpatri di hati Roan.Perlakuan tidak adil Papa membuat Roan perlahan membenci Jexeon, tidak menolong lagi dan menjauh. Membuat Jexeon serba sa
Read more
72. Terbalas
Jexeon yang masih remaja pertama kali melihat adegan tidak senonoh, pipinya panas dan mengalihkan pandangan. Saat orang-orang memintanya mencoba, Jexeon menolak. "Dia masih takut, biarkan saja. Padahal sekali mencoba dia pasti akan ketagihan." Ketua geng mengatakan hal itu sembari menikmati pelayanan dari para wanita, Jexeon tidak tahan dengan pemandangan ini dan pergi keluar. Jantungnya berdebar kencang. Orang-orang menertawakannya. Inilah kehidupan yang dia pilih, mungkin karena belum terbiasa maka ia merasa risih. Lambat laun, Jexeon yakin juga bisa seperti mereka yang bebas. Suatu hari ia tidak sengaja bertemu dengan ayah, Jexeon hendak pergi dan mengabaikan, tetapi ayah menahannya. "Ibu tirimu berbohong, Ayah sudah membuktikan lewat tes DNA. Kamu anak ayah. Ayo pulang ke rumah."Tanpa penyesalan ayah mengatakan hal itu, padahal semua sudah terlambat. Jexeon tidak akan mau kembali ke neraka itu lagi.Jexeon menepis tangan ayah, tidak ingin kembali ke rumah yang ada Rosa dan R
Read more
73. Sakit
Rasa sakit dari lengan tersayat melebihi rasa sakit di hati, aku memukul dadaku sendiri berulang kali. Sulit sekali bernapas. Air mata berusaha ditahan hingga berbelok di taman rumah sakit. Aku mencari tempat sepi di teras samping. Dapatkah hati ini kuat mencintai orang yang penuh kebencian? Dia menyakiti banyak orang, bahkan menyakiti dirinya sendiri karena dendam. Aku menangis, berusaha menghilangkan sesak di dada. Dia dan segala cinta, sudah menyatu erat dengan hatiku. Bahkan aku mampu merasakan dendamnya, sakit hatinya, dan juga perasaannya yang beku. "Sesak," kataku sembari memukul dada. Berusaha bernapas dengan benar. Aku menjatuhkan punggung di tembok, merasa tidak berguna sama sekali. Jexeon adalah orang yang tidak mampu kugapai. Aku tidak bisa membawanya keluar dari kegelapan. Tidak bisa mengobati sakit di hatinya. Dia seperti terjebak dalam lingkaran yang terus menyakiti, tidak bisa melihat cahaya sekalipun memiliki mata. Dia jatuh dalam kegelapan hingga tanganku tidak
Read more
74. Sudah Gitu
"Aku nggak akan balikan sama Roan," jawabku."Kenapa?""Karena kamu mimpiku, pahlawanku, suamiku dan orang yang aku cintai.""Meskipun aku orang jahat?" "Cinta itu buta, bahkan kalau pun kamu orang jahat, aku akan tetap menerimamu. Memeluk semua rasa sakit hatimu, supaya kamu bisa tersenyum dan bahagia."Tubuh Jexeon bergetar, perlahan tangannya membalas pelukan. Kepalanya menunduk hingga sampai di bahuku. Cukup lama dia diam hingga terasa bahuku basah. Lalu terdengar suara isak tangis. Aku menepuk bahunya ringan, membiarkan dia melepaskan segala rasa sakit di hatinya. Pelukannya semakin erat seakan tidak mau lepas. "Balas dendam sudah berhasil, apa sekarang Mas merasa bahagia?"Kepalanya menggeleng, "tidak."Aku tersenyum, dia tidak merasa bahagia walaupun rencananya berhasil. Pasti dia merasa bersalah dan sesak. Aku paham bahwa dendam tidak akan membuat orang merasa lebih baik."Kalau gitu jangan sakiti diri sendiri lagi, suamiku sayang." Aku memeluknya gemas. Dia melepaskan pel
Read more
75. Malu mau
Aku menarik selimut sampai menutupi sebagian wajah. Malu-malu mlirik ke samping, Jexeon sedang tengkurap dengan dada telanjang. Raut wajah tampan itu sangat kelelahan, tidur pulas seperti bayi besar. Kadang mengerang dan mungkin sedang bermimpi indah. Kemarin adalah hari yang melelahkan, pertarungan di resepsi pernikahan ditambah pertempuran malam. "Pipiku panas." Aku memegang pipiku sendiri. Pasti merah seperti kepiting rebus. Dadaku berdegup kencang, ingat semalam ketika melakukannya. Tidak menyangka hubungan kami akan sampai sejauh ini, terlebih tidak memakai pengaman. Mungkin saja kami akan menjadi keluarga berencana dengan dua anak. Kenapa malah membicarakan anak padahal baru tadi malem lempar peluru? Sekali lagi melirik ke samping, apakah Jexeon berpikir untuk memiliki anak juga? Aku takut kalau hanya dijadikan pemuas nafsu, bukan sebagai istri dan keluarga. Kepalaku menggeleng, menyakinkan diri sendiri bahwa Jexeon bukan orang seperti itu. Dia adalah pria yang memegang om
Read more
76. Ngidam?
Siang hari, setelah tidur cukup lama. Aku keluar kamar. Mendapati kamar sebelah, kamar Roan terbuka. Mengintip sedikit, apakah Roan sudah pulang dari rumah sakit? "Rin?" Aku terkejut melihat Efrina sedang menata baju milik Roan ke dalam tas, gadis cantik dengan pipi chubby itu menoleh. "Eh, Non Yua tinggal di rumah Pak Roan?" "Iya, udah dari beberapa hari lalu. Kamu lagi ngapain?" Aku masuk ke dalam kamar dengan tertatih. Selain kaki lumpuh, rasa nyeri di tempat pertempuran juga masih terasa. "Ini Pak Roan minta dibawakan baju ke rumah sakit.""Emangnya itu tugas sekretaris ya?" "Bukan, harusnya ini tugas asisten rumah tangga. Tapi Pak Roan emang nyebelin banget, nyuruh seenaknya, kalau aku nggak butuh duit udah aku maki-maki tuh orang." Dia masih sama seperti dulu, sangat menyukai uang. Aku pun membantu Efrina memasukkan barang Roan ke dalam tas. Baru pertama aku masuk kamar adik ipar, rapi dan bersih. Foto wisuda terpampang jelas di tembok. Dia gagah dan tersenyum lebar. Me
Read more
77. Labil
Sangat sempurna pagi yang dilalui Jexeon, belum pernah dia tidur dengan perasaan sebahagia ini. Ia bahkan takut ketika menutup mata sosok Yua menghilang. Tangannya terus memegangi wanita yang tengah tertidur lelap karena kelelahan itu. "Cinta itu buta, bahkan kalau kamu orang jahat, aku akan tetap menerimamu. Memeluk semua rasa sakit hatimu, supaya kamu bisa tersenyum dan bahagia."Perkataan Yua tadi malam terus terngiang di telinganya, bibirnya yang hitam karena rokok terus menyunggingkan senyum. Bagaimana mungkin ada wanita seperti itu yang begitu tulus mencintainya? Jexeon tidak habis pikir sekaligus bahagia. Tertidur dengan pulas dengan memeluk Yua. Pagi harinya dia baru sadar bahwa wanita itu kesakitan, terduduk di lantai karena tidak bisa berjalan. Awalnya Jexeon hanya berniat membantu mandi. Namun, instingnya berkata lain. Akhirnya malah membuat wanita itu tambah kesulitan jalan. Setelah selesai mandi, dia berjalan sebentar di sekitar rumah. Mencari udara segar di hari yan
Read more
78. Bantuan Jexeon
Lazio duduk tak jauh dari Jexeon, tangannya yang panjang meraih remote. Memutar siaran berita. Masih membahas seputar kejadian kemarin di gedung pernikahan. Sementara Jexeon mengembuskan napas berat, sepertinya dia harus mengenalkan Roan ke investor. Kalau dia tiba-tiba membantu menggunakan uangnya maka ketahuan bahwa dia memiliki perusahaan raksasa. Dia melirik jam, pukul sepuluh pagi. Elgar dan Arjun belum juga kembali. Sebenarnya mereka ke mana? Padahal dia harus segera pergi ke rumah sakit.Jika Arjun berteman dengan Elgar yang hobi bolos, maka Yua bisa marah. Terlihat jelas bahwa Yua overprotektif terhadap adiknya itu. Yua....Lagi-lagi dia teringat kejadian semalam. Tubuh Yua yang dia masuki, dia jelajahi dan ciumannya yang lembut tapi menuntut. Bibirnya tersenyum mengingat kejadian semalam. Pyar!Gelas kaca yang dipegang Lazio jatuh ke lantai, wajahnya terkejut hingga tubuhnya membatu. Jexeon melirik Lazio dengan sorot mata dingin. Ada apa?"Ka... kau... tersenyum?" Tangan
Read more
79. Cara
Cahaya matahari masuk melalui jendela kaca, angin berembus dingin bekas hujan di luar, masuk ke kamar lantai dua tempat Yua tidur. Wajah wanita itu terlihat lelah dan pulas. Jexeon meletakkan martabak di atas nakas, perlahan duduk di ranjang, melihat wajah Yua dengan seksama, tangannya terulur ingin mengusap. Tepat beberapa inci dia berhenti, tidak tega jika membangunkan Yua. Jexeon beralih duduk di lantai, menyangga kepala dengan tangan kiri, matanya terus memandangi wajah istrinya yang tengah terbang ke dunia mimpi. Kasihan wanita ini, kelelahan karenanya. "Kau juga mirip permen, manis." Angin berembus ringan ke wajahnya, masih betah mengamati, tangannya terulur mengambil helaian rambut Yua, menciumnya dengan mata tertutup, menikmati aroma wangi dari rambut. Jexeon tidak pernah memakai narkoba, padahal sebagian tukang pukul Siluet memakainya. Tuan besar melarangnya pakai, sebab tugasnya adalah pelindung Siluet melalui otak, sementara shabu-shabu akan mempengaruhi kecerdasannya
Read more
80. Hebat
Sesekali Yua mengambil meses yang ada di bungkus martabak, memakannya. Perutnya sudah terlalu kenyang kalau harus makan sepotong lagi. "Mas Iyon emang hebat, tajir pula, pokoknya aku lope banget sama suamiku ini."Jexeon hanya menyunggingkan senyum, puas melihat Yua kagum padanya. Merasa hebat dan di atas Roan. "Ya ampun, aku sampai lupa belum salat zuhur." Yua meletakkan martabak di atas nakas, meraih tongkat dan turun dari ranjang. Buru-buru ke kamar mandi, tetapi sebelum masuk dia berhenti. Berbalik menghadap Jexeon. "Mas, salat zuhur yuk." "Nggak bisa.""Kenapa?""Nggak bisa.""Iya kenapa nggak bisa?"Jexeon diam sesaat, "nggak tahu cara salat. Lupa.""Kalau gitu aku ingetin." Yua berbalik, kini mendorong Jexeon untuk masuk ke kamar mandi. Melihat Jexeon wudhu, lalu mereka salat zuhur. Setelah sekian lama, akhirnya Jexeon kembali merasakan namanya sujud kepada Tuhan. Jexeon hanya memakai bacaan sebisanya, lalu gerakannya mengikuti Yua. Dia bahkan sudah lupa shalat zuhur itu
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status