All Chapters of Menantu Hina Yang Dihormati: Chapter 31 - Chapter 40
188 Chapters
BAB 31
"Nanti akan aku pikirkan, Kek," balas Austin tersenyum. "Oh, iya. Aku ingin menyuruhmu untuk tinggal di gedung kedua, aku harap kau tak menolaknya," ucap Tuan Thomson pada menantunya. "Baiklah Dad, aku akan memenuhi permintaanmu. Tapi, apakah tak akan memancing kecemburuan bagi ipar lainnya, Dad?" tanya Edward. Edward tak masalah jika harus tinggal di gedung kedua, hanya saja ia malas berurusan dengan para iparnya. Ia tak beda jauh dengan Austin, selalu menerima hinaan jika ada pertemuan keluarga. Para ipar selalu mencari kesempatan untuk menghinanya. Beruntung Tuan Thomson berada di pihaknya, dan selalu membela. "Abaikan saja perkataan mereka, aku yang membuat keputusan siapa yang tinggal atau tidak. Aku menaruh penuh harap padamu untuk mengubah sifat Julie," balas Tuan Thomson. "Baiklah Dad, apapun yang kau inginkan." Austin, Kenny, Julie dan juga Edward bersiap untuk pindah ke kediaman Thomson. Tak banyak yang mereka bawa, hanya pakaian dan barang-barang penting lainnya. Berbe
Read more
BAB 32
"Baik, Nyonya." Julie membolakan mata saat mendengar Austin memanggilnya dengan sebutan Nyonya. Pandangannya teralihkan ke wajah sang Ibu, terlihat Nyonya Thomson merasa heran dengan panggilan Austin pada Ibu mertuanya. Julie menarik lengan menantunya. "Pria bodoh! Jangan memanggilku seperti itu di sini," ucap Julie berbisik. "Kau memanggilnya apa tadi, Nak?" tanya Tuan Thomson. "Mommy, Kek," balas Austin berbohong. Julie menundukkan kepala, jantungnya sudah berdetak tak menentu, takut dengan kemarahan sang Ayah. Sedangkan di sisi lain, Edward dan Kenny melihat Austin dan Julie dengan tatapan tanpa ekspresi. 'Punya suami bodoh dan Mommy terlalu tamak,' ucap Kenny dalam hati sambil bersedekap dada. "Aku belum tuli Austin! Kau panggil dia apa tadi?!" tanya Tuan Thomson membentak. Austin menagngkat wajah, menatap Tuan Thomson dengan takut. "N-nyonya, Kek," balas Austin takut. Terlihat kemarahan dalam diri Tuan Thomson, ia meremas tongkat lalu melayangkan tongkat itu padA tubuh pu
Read more
BAB 33
"Ke mana sofa yang biasanya di sana?" gumam Kenny. Ia sangat yakin sekali pada saat terakhir ia bermalam masih ada sofa panjang di kamarnya. Kenny menatap Austin lalu memindai kamarnya. Ia merasa bingung dengan pertanyaan Austin, ia pun tak mungkin mengizinkan Austin untuk tidur di kasurnya. "Kau tidur saja di lantai," balas Kenny. Ia berjalan melalui Austin, mengambil selimut dan bantal di ruang penyimpanan. "Kau gunakanlah ini," ucap Kenny memberikan selimut dan bantal. Austin menerima meski terpaksa, ia tak masalah mau tidur di mana pun. Suhu dingin malam tak berpengaruh pada tubuhnya, hanya saja, ia tak terbiasa tidur di lantai. Austin menatap lantai yang ditunjung Kenny, ia berjalan lalu membentangkan selimut untuk menjadi alas tidurnya. Dengan acuh Kenny kembali membaringkan tubuh di kasur dengan memunggungi suaminya. Tak ada rasa kasihan di hati saat melihat Austin merebahkan tubuh di lantai. kenny menjemput alam mimpi, tapi Austin masih terjaga. "Kenapa tak bisa tidur s
Read more
BAB 34
"Cukup Julie! Perkataanmu selalu saja tak mengenakkan," balas Nyonya Thomson. Julie datang ke rumah utama, ia tak betah berlama-lama di gedung kedua. Begitu masuk mulutnya melontarkan penghinaan pada Austin. "Aku tak salah Mom, memangnya gembel seperti dia mampu membaca buku-buku Daddy? Pasti otaknya tak akan sanggup membaca buku-buku bisnis itu," ucap Julie lagi. Austin tersenyum mendengar penghinaan Julie. Ia merasa lebih dari mampu untuk mencerna isi buku-buku yang dimaksud. Julie tak mengetahui kepintaran yang dimiliki Austin, hingga ia terus menghinanya. Nyonya Thomson menggelengkan kepala melihat sikap anaknya, ia mengelus dada menatap jengkel pada Julie. "Sudahlah, mau dia bisa atau tidak bukan urusanmu. Mesti tak bisa pun tak masalah." "Terserah saja." Julie masuk ke ruang makan, ia berniat sarapan bersama kedua orangtuanya. "Panggil istrimu, kita makan bersama," pinta Nyonya Thomson pada Austin. Austin naik ke atas memanggil Kenny, begitu sampai di dalam kamar, ia bing
Read more
BAB 35
"Tak masalah, Mom. Ayo sayang kita keluar, aku sudah tak sabar ingin bekunjung ke prusahaanmu," ucap Julie bersemangat. "Tidak, kau tak perlu ke perusahaan. Kau tetaplah di rumah, tak perlu repot mengurusi perusahaan," balas Edward cepat. Julie menatap aneh pada suaminya, ia tak menyangka akan mendapatkan penolakan seperti itu. Bukan hanya Julie yang merasa aneh dengan penolakkan itu, Austin pun menatap Ayah mertuanya dengan pandangan heran. 'Mengapa Daddy tak membolehkan Mommy ke perusahaan? Bukankah hanya kunjungan biasa? Atau ada yang sengaja ia tutupi dari Mommy?' batin Austin menilai ekspresi Edward. "Kenapa kau melarangku? Apakah aku tak boleh berkunjung ke perusahaan suamiku sendiri?" tanya Julie. "Bukan seperti itu, aku sedang ada banyak pekerjaan, bahkan aku ada meeting dengan klien di luar. Kau pasti jenuh jika di sana sendiri," balas Edward. "Baiklah, jika begitu berikan aku uang belanja. Sudah lama aku tak melihat koleksi tas terbaru," ucap Julie sambil menengadahkan t
Read more
BAB 36
"Yasudah jika kau tak mau menjawabnya. Kau bisa menggunakan mobil di garasi, pilih saja mana yang kau inginkan." Nyonya Thomson sadar jika putrinya yang merampas mobil Austin, Austin pria baik yang tak mau membuatnya membenci sang putri. "Terima kasih, Nek." Austin pergi menuju garasi, ia melihat begitu banyak mobil terparkir di sana. Mulai dari mobil klasik jaman dulu, hingga mobil-mobil edisi terbatas. Ada satu mobil yang mendapatkan perhatiannya, mobil itu adalah mobil sport seperti miliknya dulu. Mobil dengan lambang kuda berwarna merah, membuatnya mengingat momen saat sang Ibu memberikannya sebagai hadiah. "Mobil ini sama persis dengan mobil pemberian Mommy dulu," gumam Austin sambil menyentuh mobil yang ia maksud. Austin meminta kunci pada penjaga garasi, ia mengemudikan mobil dengan senyum yanng mengembang. Momen indah itu masih terukir di dalam kepalanya. 'Semoga Mommy selalu menemani langkahku,' ucapnya dalam hati. Ia mencoba mengingat jalan menuju kantor Lea, meski ba
Read more
BAB 37
"Kau salah paham, mungkin Aurel rindu dengan daddynya dan menganggap Austin sebagai daddynya," balas Lea cepat. Kenny ternyata datang ke perusahaan Lea bersama asistennya. Ia berniat untuk mengajukan kerjasama demi membantu perusahaan temannya yang hampir menyentuh ambang batas kehancuran. Tapi Kenny dikejutkan dengan pemandangan yang ada di hadapannya, ia memiliki pemikiran jika Lea dan Austin memiliki hubungan sebelum Austin menikahinya. "Aku tak perduli hubungan kalian apa, tapi jika aku menemukan suatu kebohongan di antara kalian, aku tak akan segan untuk mengajukan perceraian dan mengahancurkan perusahaanmu," balas Kenny. Kenny sangat membenci sebuah pengkhianatan, ia memang tak mencintai Austin. Tapi pernikahan ini ia lakukan dengan kesadaran penuh karena baginya pernikahan untuk sekali seumur hidup. Terlebih pernikahan sangat sakral di mata Tuham. "Aku menjamin itu, tak ada suatu kebohongan pada hubungan kami. Maafkan Aurel yang tak sengaja memanggil Austin dengan sebutan it
Read more
BAB 38
"Aku tak memberikan harapan tinggi. Aku hanya menilai dengan apa yang aku lihat," balas Austin. "Apakah kau sangat yakin?" tanya Lea antusias. Austin menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Lea. Lea merasa yakin karena Austin sendiri yang meyakinkannya. Entah kepercayaan dari mana hingga Lea mempercayai Austin sepunuhnya. Sedangkan Kenny, ia menatap heran pada suami yang ia anggap tak bisa melakukan apapun. 'Mengapa ia sangat yakin sekali? Tapi apa yang ia katakan adalah sebuah kebenaran. Kualitas RL sangat bagus pasti bisa menembus pasar di Madripoor City, Dia nampak berbeda dari biasanya, terlihat lebih pintar dari yang aku duga,' ucap Kenny dalam hati. "Baiklah, aku ingin mengambil resiko besar untuk itu. Tapi aku mohon bantuan Thomson Company untuk itu, aku tak memiliki banyak modal yang bisa dikeluarkan untuk membangun cabang baru," ucap Lea. "Tak masalah. Jangan pikirkan masalah modal. Aku siap membantumu meski harus menggunakan uang pribadiku," balas Kenny. "Terima kasih.
Read more
BAB 39
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Austin saat melihat Lea memegangi dadanya. "Y-ya ... aku baik-baik saja," balas Lea tergugup. Entah apa yang Lea rasakan saat berada di atas tubuh Austin. Ia merasa ada yang salah pada dirinya, terlihat salah tingkah saat melihat pria di hadapannya. "Baiklah ... kalau begitu aku pulang dulu, kau bisa kirimkan berkas melalu emailku." Austin keluar meninggalkan Lea yang masih mematung di tempatnya. 'Kenapa dia terlihat sangat aneh?' batin Austin. Austin keluar dengan beberapa paper bag di tangannya, ia tersenyum saat melihat isi paper bag yang dibawa. Sudah lama ia tak berkutat dengan berkas seperti dulu saat masih berada di kediaman Jacob. Ia membelah jalan raya dengan mobilnya, kali ini ia tak pulang ke rumah, melainkan bersantai di tepi danau. Musim salju sudah tiada, hanya ada kesejukan yang ia rasakan. Banyak juga pengunjung yang sedang berada di tepi danau untuk menikmati pemandangan yang indah. Tak hanya itu, Austin pun melihat begitu banyak pa
Read more
BAB 40
"Sebenarnya aku bukan orang desa, Nek. Aku berasal dari Madripoor city, keluargaku membuangku dan berniat membunuhku," balas Austin dengan wajah menunduk, ia menahan kesedihan itu, berusaha tegar untuk menceritakannya. Nyonya Thomson terkejut dengan apa yang ia dengar, meski begitu ia berusaha menenangkan Austin yang tubuhnya sudah bergetar. "Tak usah bersedih, jika mereka membuangmu, masih ada keluarga Thomson yang akan menerimamu," ucap Nyonya Thomson sambil memeluk Austin. "Tapi aku takut mereka menemukanku." "Siapa sebenarnya keluargamu? Apakah aku mengenalnya? Dan mengapa mereka ingin membunuhmu?" tanya Nyonya Thomson penasaran. "Apakah kau akan membuangku juga jika aku memberitahu siapa keluargaku?" "Tentu tidak, aku pun janji akan menjaga rahasia ini untuk melindungimu. Meski kita baru bertemu, entah kenapa aku merasa sangat menyayangimu, seperti aku menyanyangi cucuku sendiri." Nyonya Thomson meyakinkan Austin, Austin melihat kesungguhan di wajah tua Nyonya Thomson. Aus
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status