All Chapters of Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri: Chapter 171 - Chapter 180
204 Chapters
S3 Bab 13B
"Oh, ya. Alea, tante minta maaf ya! Tante salah mengira kemarin. Tante pikir sedang ngobrol ditelpon sama Alisa, ternyata sama Alea. Tante tidak tahu kalau panggilan Alisa itu Lisa. Tante pikir panggilannya sama dengan kamu." Mama Damar mengulum senyum sembari mengucap maaf. Alea berusaha tersenyum yang mengatakan dirinya baik-baik saja. "Tidak masalah Tante. Al cuma membantu Mas Damar, kok." Alea terkesiap saat mendengar Alisa terbatuk. Sepertinya tersedak minuman yang baru saja ditenggaknya. Ia menoleh, sontak saja Alea merasa nggak enak hati. Sedari tadi mama Damar memujinya. "Eh, tapi kemarin kami bernagkat bertiga, kok, Tante. Ada Kiki sahabat saya juga ikut menemani," ungkap Alea meski tidak ada yang menanyakannya. "Syukurlah, soalnya Alisa lagi ada ujian di kampus katanya." "Iya, Tante," jawab Alisa. "Makasih ya, Mbak Al, sudah bantu Mas Damar ke butik." Alea hanya menjawab dengan seulas senyum. "Ayo, Bang, bisa kita mulai sekarang diskusinya!" ajak Refan pada Zein. Ia t
Read more
S3 Bab 14
S3 Bab 14Ting, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Alea. Ia mengusap layar benda persegi itu. Matanya melebar saat fotonya yang memakai tegi dengan sabuk coklat terkirim lewat WA. "Kamu terlihat keren, Al." Sebuah pesan disertai emoticon senyum membuat Alea beralih melihat ke mobil yang berjajar di sebelah kirinya. "Mas Damar meresahkan," batin Alea sambil melempar ponselnya ke dalam tas. "Ada apa, Al?" Irsyad menoleh lalu menautkan alisnya. Ia heran melihat respon tiba-tiba Alea. "Kamu mau jadi obat nyamuk? Ya sudah sana balik ke mobil sebelah!" titah Irsyad dengan suara datar. Alea hanya berdecak. "Om Irsyad kenapa ikut-ikutan kesal. Ini urusan Al sama pengemudi mobil di sebelah." "Ya jelas Om kesel, Al. Lihat muka kamu ditekuk gitu kan bikin mood ilang." "Iya-iya, Om nyetir yang bener aja. Nanti Al keburu telat." Drrt, drrt. "Ponsel Om berbunyi, tuh," celetuk Alea sambil matanya mengarah ke ponsel yang ada di dashboard. "Angkat, Al!" Alea mengambil ponsel Irsyad. Di
Read more
S3 Bab 15
S3 Bab 15 Setengah jam perjalanan akhirnya Alea sampai dengan membonceng motor Yoga. Dari kejauhan dua sahabatnya memicingkan mata ke arah parkiran motor "Andi, apa aku nggak salah lihat? Coba deh, itu beneran Alea sama Yoga, bukan?" Kiki menepuk-nepuk lengan Andi yang berjalan beriringan. "Mana, Ki? Nggak mungkin Alea mbonceng Yoga. Dia kan risih dikejar-kejar terus sama tuh anak." "Itu, Ndi, lihat beneran kan Yoga?"Kiki menggoyang-goyangkan bahu Andi hingga mata yang melebar justru berkedip-kedip. "Astaga, ada angin dari mana Alea sampai mau dibonceng Yoga." Andi ikutan heran melihat sahabatnya yang sering menolak mentah-mentah Yoga justru sekarang bersikap sebaliknya. "Eh kalian, ada apa bengong di tengah jalan?" seru Damar mengagetkan keduanya dari arah belakang. "Eh Mas Damar. Sudah beres MoUnya, Mas?" "Sudah. Sore ini mau saya bawa ke kantor. Oya lihat Alea, nggak?" "Itu," tunjuk Andi dan Kiki bersamaan. Mereka sedikit tak enak hati kalau sampai Damar melihat Alea jal
Read more
S3 Bab 16
S3 Bab 16 Alea mengedarkan pandangan mencari dua sahabatnya. Ia melangkah gontai menuju tempat dua orang yang salah satunya melambaikan tangan ke arahnya. Pagi yang cerah tidak selaras dengan hatinya yang carut marut. "Bisa-bisanya Mas Damar mau berbuat nekat. Memangnya melamar orang hanya dibuat mainan?" decis Alea sambil menendang kerikil di tanah yang tidak bersalah. "Al, apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa ketus begitu sama Mas Damar? Bukannya kamu dan dia baru saja ketemu setelah sekian lama dia lulus?" cecar Kiki. Perempuan yang penasaran sejak tadi itu sudah nggak sabar menanti penjelasan Alea. "Duduk dulu, Al!" pinta Andi. Alea justru menoleh ke arah gazebo, Damar sudah tidak lagi di sana. Entah kemana, Alea tidak mempedulikan. Hatinya sudah kesal dibuatnya. "Kita masuk ke kelas aja dulu, nanti aku ceritain ya." "Hah, ayolah Al!" "Jangan sekarang, Ki. Lima menit lagi diskusinya mulai." Alea berusaha mengingatkan. "Astaga, iya. Dosennya pasti sudah masuk ke kelas. Ayo bu
Read more
S3 Bab 17
S3 Bab 17 "Perlu aku temani ke bandara?" "Nggak, Ki. Biar aku sendiri yang ke sana." "Sendirian?" "Nantilah, aku ajak orang yang tepat." "Eh siapa? Om Irsyad?" "Ada deh." Kiki pura-pura kesal dengan wajah Alea yang mulai main rahasia. "Tuh kan mulai main rahasia-rahasiaan. Jangan bilang kalau kamu mulai luluh sama tuh anak manajemen." "Yoga maksudmu?" "Siapa lagi?" Alea tertawa renyah. "Yoga tuh ternyata orangnya ramah, Ki. Nggak ngeselin kalau udah diajak ngobrol." Kiki terperangah mendengar pujian Alea pada Yoga. "Apa telingaku masih normal? Kamu bilang Yoga dulu menyebalkan, kenapa sekarang sebaliknya? Apa dia mulai merayumu secara halus?" "Ckk, apaan sih? Dia sudah punya pacar, temannya Alisa. Mujur banget kan Yoga. Sedangkan aku? Ah sudahlah mungkin aku diingatkan Allah buat hati-hati kalau ada lelaki mendekat. Jangan sampai membuat sakit hati, yang ada sekarang aku merasakannya. Aku sudah menyakiti perasaan Yoga, eh giliran sekarang aku yang merasakan." "Nggak git
Read more
S3 Bab 18
Sampai larut malam, Alea pulang dengan wajah suntuk dan memilih mengurung diri di kamar. Ia beralasan sedang banyak tugas dan baru pulang dari rumah Kiki. Kiki sahabatnya pun membantu memberi alasan saat ditanya mamanya via telepon. Alea merebahkan badan di kasur sambil menatap langit-langit. Ingatannya kembali pada kejadian sore tadi di bandara. "Kamu mau aku tunggu di sini atau aku antar?" tanya Yoga masih nangkring di motor tepatnya di parkiran bandara internasional Yogyakarta. Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke tempat itu dengan kecepatan mengendarai motor rata-rata. "Aku sendiri aja ya, Ga. Kamu tunggu di sini. Aku nggak lama, cuma mau nyerahin ini." Yoga mengangguk. Mengedarkan pandangan, lelaki itu mencari tempat duduk yang nyaman untuk menunggu Alea. Sementara itu, Alea melangkahkan kaki menuju ruang tunggu di bandara sebelum masuk ke area boarding. Damar mengirimkan pesan kalau dia menunggu di kursi dekat pintu masuk. Alea mengedarkan pandangan ke segala arah.
Read more
S3 Bab 19
"Manis." "Hah, apa yang manis, Om?" "Astaghfirullah, kenapa nih otak jadi piktor." "Maksud Om, kamu tetap anak yang manis, Al. Tolong katakan sama Om. Tadi kamu pergi kemana? Om jemput ke kampus kata temanmu ke dojo. Giliran Om ke dojo, kamu cuma latihan sebentar lalu pergi boncengan sama laki-laki. Siapa laki-laki itu, Al?" "Hanya teman, Om. Alea diminta bantu Lisa nganterin berkas Mas Damar yang ketinggalan." "Kenapa nggak telpon Om buat anter kamu? Bandara kan lumayan jauh dari sini. Om bisa anter naik mobil," protes Irsyad. Alea hanya menggelengkan kepala. Om nya justru lebih posesif dibanding papanya. "Alea nggak tahu, bisa saja Om Irsyad lagi sama Us Silvi, kan? Nanti Al ganggu, dong." "Jangan gitu, Al. Om bisa aja bantu asal kamu hubungi dulu." "Iya-iya, lain kali Al hubungi Om dulu." "Janji." Irsyad menunjukkan kelingkingnya. Alea tertegun dengan sikap Irsyad. Ingatannya terulang ke masa kecilnya dulu. "Om janji jagain Al, kan? Om mau jadi papa pura-pura kalau pas je
Read more
S3 Bab 20
S3 Bab 20 Papa Damar baru membuka pintu kamar lalu masuk menyusul istrinya. "Astaghfirullah, Ma! Mama!" Papa Damar berjingkat, matanya terbelalak saat mendapati sang istri tergeletak di lantai dekat ranjang. "Pa, Mama kenapa?!" Damar berjongkok sambil mengusap lengan mamanya. "Mama pingsan. Ayo kita angkat ke ranjang!" Damar membantu mengangkat tubuh mamanya ke ranjang. Ia lalu meminta ART membuatkan teh panas. "Ini, Mas." "Makasih, Bi." "Ma, diminum dulu tehnya." Damar menyodorkan sesendok teh pada mamanya yang sudah mulai membuka mata. Papa Damar sempat memberikan aroma minyak kayu putih hingga membuat istrinya tersadar. "Maafkan Damar, Ma!" sesal Damar membuat sang Mama menghentikan seruputan minumannya. "Mama nggak tahu mau bagaimana lagi. Mama serba nggak enak, Damar. Mama nggak mau Alisa dan kamu terluka. Tapi Mama juga merasa berhutang budi sama orang tua Alisa." "Ma, sudahlah. Nanti papa sama Damar yang pikirkan. Mama jaga kesehatan, nggak usah banyak pikiran," bujuk
Read more
S3 Bab 21 A
S3 Bab 21AAlea masuk ke dojo, ternyata sudah ada Rendra di sana. "Lho Ren, kamu naik apa? Mbak nggak lihat ada kendaraan di luar." "Mbak, wajahmu kenapa? Mbak Al habis berkelahi?" Rendra bukannya menjawab pertanyaan malah memindai wajah kakaknya sambil menolehkan kepala Alea ke kiri dan ke kanan. "Ough, jangan di pegang!" sergah Alea. Ia reflek berteriak. Nyeri menjalat karena tangan Rendra tidak sengaja memegang bagian pipi. "Ini kenapa, Mbak? Mbak habis berkelahi dengan siapa?" Lagi, Rendra mendesak Alea. "Hmm, cuma preman yang mau membully Yoga. Tapi sudah beres, kok. Lagian mereka main keroyok aja." "Astaga. Mbak Al hati-hati, preman kayak gitu bisa saja menaruh dendam sama, Mbak. Komplotan mereka pasti banyak." "Sudahlah, Ren. Selagi membela kebenaran, Mbak pasti akan menolongnya." "Tapi Mbak harus hati-hati." "Iya, Ren. Kenapa kamu jadi cerewet kayak Om Irsyad. Dah, masuk, yuk!" Akhirnya Alea dan Rendra masuk untuk latihan karate. Selama satu tengah jam, patihan kara
Read more
S3 Bab 21B
S3 Bab 21B"Om!" Reflek Alea membuka mata saat merasa tangan Irsyad berhenti memindahkan serbet untuk mengompres. Rasa dingin di pipi justru berganti oleh hembusan napas yang saling beradu menerpa wajah. Alea merasa tubuhnya meremang. Ia mendapati wajah Irsyad tepat di depannya, hanya tinggal beberapa centi saja. Alea menahan dada bidang milik Irsyad hingga membuat lelaki itu tersentak. "Hmm, lain kali hati-hati. Jaga diri dengan baik!" Sebuah kecupan Irsyad mendarat di kening Alea yang tertutup hijab instan bertali. Beruntung Irsyad segera sadar dari gejolak di dalam dada yang tidak tergambarkan. Memilih melabuhkan kecupan di kening, Irsyad lalu beranjak untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. "Makasih, Om." Lidah Alea menjadi kelu. Hanya dua kata itu yang keluar dari mulutnya. Itupun Alea harus mengucap dengan terbata. Ia merasa lega Irsyad tidak berbuat lebih jauh seperti yang ada di dalam benaknya. Di kursi kerjanya, Irsyad membuka botol air mineral lalu menenggaknya sa
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status