All Chapters of Sang Desainer: Chapter 51 - Chapter 60
120 Chapters
Bab 51
Setelah melewati kemacetan selama setengah jam, akhirnya Elard dan Karina sampai di pantai. Setelah memarkirkan mobil, mereka bergandengan tangan memasuki area pantai. Baru saja menginjakkan kaki di pasir, perhatian Karina langsung tertuju pada kapal yang cukup mewah sedang berlabuh di pelabuhan."Itu kapal apa, El?" tanya Karina sambil mengacungkan telunjuknya."Oh, itu kapal pengangkutan barang dan orang yang yang ingin pergi ke sebrang pulau," jawab Elard."Kayaknya seru, aku mau naik."Elard berdehem untuk mengusir perasaan aneh di hatinya. Entah kenapa ia merasa sangat gemas dan ingin memeluknya Karina sekarang juga. Gadis itu terlihat sangat lucu saat bilang bahwa ia ingin naik kapal."Tapi kita gak bener-bener sampai pulau sebrang, ya. Nanti di tengah perjalanan kita pindah ke kapal dari sebrang pulang menuju ke sini. Paham?""Paham, Elard. Tapi sepertinya kapal itu belum mau berlayar sekarang. Lebih baik kita duduk di tepi pantai menikmati sunset sambil minum es kelapa muda dan
Read more
Bab 52
"Raraaa." Veti memasuki dapur sambil berteriak."Ya Tuhan." Rara berucap kaget sambil memegang dadanya karena kedatangan Veti yang mengejutkan."Udah itu biar Tika aja. Kamu cepat-cepat bersihin gudang, ya. Sama aku kok."Tika melirik Veti dengan tatapan tidak suka. "Rara itu udah nyelesaiin kewajiban dia. Sekarang dia punya hak untuk berisitirahat. Kamu seharian shopping tanpa mikir pekerjaan. Terus kalau waktunya mepet seenaknya nyuruh-nyuruh Rara. Jangan egois dong," cetusnya."Udahlah kamu diam aja. Lagi pula aku nyuruh Rara kok bukan kamu," balas Veti tajam."Rara itu sahabatku. Aku gak bakal biarin dia diperlakukan seenaknya sama kamu. Mentang-mentang Rara pendiam dan gak pernah marah, tapi dia 'kan juga punya perasaan.""Halah, kebanyakan omong. Selesaiin aja tugasmu." Veti melirik Tika tajam lalu beralih menatap Rara. "Ayo, Ra!"Rara menatap Tika sejenak yang dibalas gelengan oleh Tika. Namun Veti langsung memegang tangan Rara dan menariknya keluar dari dapur. Tika mengepalkan
Read more
Bab 53
Agatha menggelengkan kepalanya pelan. "Tik…? Kamu gak benar-benar ngambil perhiasanku 'kan?""Tentu saja tidak, Nyonya. Mana mungkin saya mengambil perhiasan Nyonya. Kalau tidak percaya silahkan geledah semua barang-barang saya. Saya berani sumpah bahwa saya tidak mengambil perhiasan Nyonya," tutur Tika.Veti dan Marta saling menyunggingkan senyum sinis. Veti berbisik, "Malah dia sendiri yang masuk ke perangkap tanpa perlu kita pancing.""Bodoh, sih," timpal Marta."Aku tidak pernah menyangka kalau Tika yang mencuri perhiasan Mami. Tapi mungkin saja itu penjahat yang menyamar menjadi Tika. Jadi lebih baik kita geledah saja kamar dan barang-barang Tika," ujar Aurel yang diangguki Agatha.Mereka semua pun melangkah pergi meninggalkan ruang CCTV. Semuanya berjalan ke arah kamar Tika. Entah kenapa perasaan Tika menjadi tidak enak setelah menatap Veti yang malah menyunggingkan senyum."Apa semua ini adalah rencana busuk Veti?" tanyanya dalam hati."Biar saya yang menggeledah lacinya, Nyony
Read more
Bab 54
Davin berdiri di depan cermin setinggi lebih dari dua puluh senti meter dari tinggi tubuhnya. Kedua tangannya mengangkat barbel secara bergantin. Ia menoleh saat tiba-tiba pintu ruangan gym di ketuk."Permisi, Tuan Davin. Ini aku Veti.""Masuk!"Veti membuka pintu ruangan lalu masuk ke dalam dengan nampan yang terdapat jus alpukat dan salad. Veti meletakkannya di meja lalu ia duduk di kursi memandangi Davin yang sedang berolahraga. Veti tidak bisa menyembunyikan tatapan laparnya saat melihat six pack di tubuh Davin.Davin yang menyadarinya pun tersenyum kepada Veti lewat pantulan cermin. "Aku tahu badanku gagah dan banyak six pack-nya. Selain Felliska, hanya kamu yang terlihat begitu lapar melihat tubuhku," celetuknya."Felliska hanya bisa melihatnya saja. Sedangkan aku sudah pernah menyentuh semuanya," balas Veti."Kau yakin? Aku pernah menghabiskan satu malam di hotel bersama Felliska," ujar Davin."Itu artinya kalian sudah melakukan 'itu'?""Tentu saja."Raut Veti langsung berubah
Read more
Bab 55
"Pak Aland?" Tika baru menyadari bahwa ia kenal dengan Aland."Kamu cleaning service yang dulu bekerja di kantor tempatku bekerja dulu 'kan. Puji Tuhan, kita kembali bertemu setelah sekian lama.""Iya, Pak. Saya dipecat dari pekerjaan saya karena dituduh mencuri. Padahal demi Tuhan saya tidak pernah melakukannya," ucap Tika dengan raut wajah yang kembali sedih."Ya Tuhan … saya ikut prihatin dengan aoa yang menimpa kamu. Semoga kamu diber kesabaran dalam menghadapi ujian ini.""Maka dari itulah kami membawanya ke sini, siapa tahu Ayah mau memberi pekerjaan kepadanya," cetus Karina."Pekerjaan yang ada hanyalah pembantu dan cleaning service di kantor. Kamu ingin melamar pekerjaan yang mana?""Jadi pembantu aja, Pak.""Oke. Mulai detik ini kamu diterima bekerja di sini. Silahkan bersihkan dan taruh barang-barangmu di kamar bagian belakang. Ada dua kamar yang tidak terpakai, terserah kamu mau memilih kamar yang mana."Raut wajah Tika berbinar-binar. "Terima kasih banyak atas kebaikan anda
Read more
Bab 56
"Eh, Andrew?" ucap Aurel kaget."Bukannya kamu sempat pesan baju dari Zair butik?" tanya Andrew sambil memilah-milah pakaian."Iya, tapi itu baru dicuci untuk mensterilkannya," jawab Aurel.Mata Andrew memindai beberapa gaun lalu ia mengambil sebuah gaun berwarna sage green dan menilainya secara keseluruhan. "Ini cantik dan cocok di tubuh kamu," ucapnya.Gaun itu berbentuk long sleeve dress dengan beberapa hiasan bunga di pinggangnya yang membuat gaun itu terlihat anggun dan berkelas. Aurel mengangguk setuju lalu menerima gaun tersebut. "Sekarang kamu keluar dulu, aku mau ganti pakaian," pinta Aurel kepada Andrew."Aku 'kan suami kamu," ucap Andrew."Andrew, aku mohon…."Andrew tersenyum lalu mengangguk. "Baiklah." Andrew pun keluar dari walk in closet.Ia lalu masuk ke walk in closet miliknya dan memilih sebuah kemeja dan celana kain dan memakainya. Ia menatap pantulannya di cermin dan memuji dirinya sendiri yang terlihat maskulin. Setelah selesai, ia pun keluar dari walk in closet be
Read more
Bab 57
Karina kembali memasuki rumah lalu mengunci pintunya. Ia masuk ke dalam kamar dan menaruh kantong plastik pemberian Elard ke atas meja kerjanya. Ia lalu keluar kamar lagi dan memasuki kamar Kasih."Ibu," panggil Karina pelan."Eh, sini masuk, Nak!"Karina berjalan mendekati Kasih lalu duduk di kursi sebelah ranjang Kasih. "Ada apa, Bu?" tanyanya pelan."Ibu mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu." Kasih memberi jeda sejenak. "Kata dokter … kanker Ibu sudah masuk stadium empat bahkan sudah sangat parah dan mustahil di sembuhkan. Kata dokter, umur Ibu sudah tidak lama lagi."Mata Karina berkaca-kaca mendengarnya. "Gak, gak mungkin! Ibu kuat, Ibu pasti bisa bertahan. Jangan dengerin kata dokter itu, Bu. Dokter itu belum tentu benar.""Benar atau tidaknya itu urusan nanti. Maaf Ibu harus memberitahumu sekarang dan membuatmu sedih. Ibu hanya tidak ingin jika ibu benar-benar tiada lalu kamu akan kaget dan tidak bisa menerima kenyataan," tutur Kasih penuh kelembutan.Karina menggelengkan
Read more
Bab 58
Setelah membawakan lima lagu, konser pun selesai. Hiruk pikuk keramaian berangsur pudar. Kini Aurel sedang memakan bakso bersama Andrew si penjual bakso dekat lapangan konser.Mereka makan sambil bercerita banyak hal diselingi candaan. "Kamu ingat pas kita pertama nge-date? Kamu berkali-kali bersin tapi malah diam melamun saat aku nyodorin tisu, terus tiba-tiba kamu bersin keras banget sampai ingus kamu kemana-mana," ceplos Andrew sambil tertawa lepas.Aurel menutup wajahnya malu. Ia dengan gemas memukul tangan Andrew menggunakan sendok dengan kuat hingga Andrew mengaduh. "Jangan di ingat-ingat lagi! Aku ngambek, ah."Andrew berusaha menghentikan tawanya meski susah. Ia menyodorkan susu kotak kepada Aurel. "Jangan ngambek wahai ibu yang punya susi tapi masih suka minum susu," ceplosnya lagi.Aurel segera menoleh dan menatap Andrew tajam. "Selain cerewet, kamu juga nyebelin!""Cerewet gini juga kamu cinta 'kan?" goda Andrew sambil melahap baksonya.Mendadak Aurel terdiam. Ia menunduk d
Read more
Bab 59
"Tidak, ini palsu, editan! Aku gak mungkin ngelakuin hal kayak gini." Aurel berucap meyakinkan namun di sisi lain ia berbohong tentang ia yang mengaku tidak mungkin melakukan hal seperti itu, padahal kenyataannya ia melakukan hal itu bersama Rey.Agatha menatap Aurel sendu. Entah ia harus percaya atau tidak, ia bingung. Sedangkan Andrew tidak menunjukkan reaksi apa-apa, ia hanya terdiam sambil menatap Aurel datar."Tapi ini jelas banget lho, kayaknya bukan editan," ucap Marta mengomentari sambil berlagak meneliti foto yang ia pegang.Aurel semakin kelabakan, apalagi melihat raut kecewa yang ditunjukkan Agatha."Sumpah demi Tuhan aku tidak melakukan itu. Silahkan kalian cek sendiri iu benar atau tidak. Oh iya, aku punya teman yang ahli komputer. Aku akan memintanya untuk meneliti foto ini," ujar Aurel.Mata dan Veti saling tatap, mereka seolah berkata lewat lirikan mata, "Jangan biarkan itu terjadi!""Buat apa di teliti. Bisa saja 'kan temanmu itu kau bayar untuk bilang bahwa itu adala
Read more
Bab 60
Mobil yang dikemudikan Elard berhenti di persimpangan jalan. Karina memakai masker lalu turun dari mobil. Di tangannya terdapat paper bag berisi gaun pesanan Melinda.Ya, saat ini Karina ingin menemui Melinda sesuai janji untuk menyerahkan gaun pesanan Melinda. Karina melambaikan tangan kepada Melinda yang berdiri di ujung jalan. Mereka berpelukan sebentar layaknya sudah lama kenal.Ya walaupun mereka selama ini berkenalan dan berinteraksi lewat online. Tapi saat mereka bertemu langsung rasanya mereka seperti teman lama. "You so pretty," puji Melinda sambil menatap manik mata Karina dengan tangan yang memegang pundak Karina."Kamu juga," balas Karina."Aku sungguh penasaran dengan wajahmu yang setengahnya ditutupi masker itu. Hanya dengan melihat matamu saja kamu sudah terlihat sangat cantik," ujar Melinda."Justru seharusnya aku yang bilang seperti itu kepadamu. Kamu juga sangat cantik, Melinda."Melinda hanya tersenyum saat dipuji balik oleh Karina. "Ayo kita duduk-duduk dulu di kaf
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status