All Chapters of Bukan Indahnya Berbagi: Chapter 11 - Chapter 20
100 Chapters
Bab 11 (Fatma)
Orangtua Mas Rizki rencananya akan menjenguk cucu barunya nanti sore. Tadi malam Bapak sudah bicara dengan mantan besannya. Semoga Mas Rizki belum mengabari tentang perceraian kami. Aku sudah paham Mas Rizki adalah tipe yang lebih suka mengambil keputusan tanpa perlu pertimbangan orang lain. Mungkin, termasuk keputusannya menceraikanku. Ah, sudahlah Ia hanya memilih ABG itu.Tak ketinggalan, Mas Hikam ternyata juga sudah meminta Mas Rizki untuk datang pada jam yang tepat. Sungguh rencana yang detail dan hati-hati."Maaf, Fatma hanya merepotkan kalian," gumamku."Fatma, ini urusan keluarga, bukan hanya urusanmu. Menikah dan bercerai adalah urusan antar keluarga, bukan lagi urusan dua pribadi," sanggah Bapak. Mobil Mas Hikam yang membawa kedua orangtua Mas Rizki memasuki halaman rumah, begitu pula mobil Mas Rizki dari arah yang berlawanan. Perasaanku berdesir karena sebentar lagi akan ada pembicaraan yang sangat menyakitkan hatiku. Mungkin juga akan menimbulkan keterkejutan luar biasa
Read more
Bab 12 (Fatma)
Dua hari yang lalu aku pulang ke rumah Ibu, sebenarnya Mas Hikam dan Mbak Salis sudah mengatakan beberapa kali bahwa aku lebih baik tinggal di rumah mereka. Tapi aku tidak enak hati. Walaupun pada nyatanya akses menuju pasar dan toko-toko keperluan rumah tangga sangat jauh dari rumah orangtuaku. Jika berjalan malam hari saja kami harus membawa senter karena jalanan masih banyak yang belum dipasangi listrik.Ketimpangan sosial dan ekonomi di tempat kami masih sangat tinggi. Banyak rumah yang masih menggunakan bahan dasar kayu dan anyaman bambu. Namun beberapa juga banyak yang sudah seperti gedung bertingkat. Di tempat kami masih jarang penduduk yang menyelesaikan pendidikan tinggi, bahkan masih banyak yang hanya lulusan SMP. Aku bersyukur sekali karena kedua orangtuaku berjuang keras agar aku dan Mas Hikam bisa kuliah di kota. Banyak tetangga yang awalnya mencibir orangtuaku, "Anak perawan satu-satunya kok dilepas. Nanti kalau jauh dari rumah dan salah jalan tahu rasa itu orang," "Unt
Read more
Bab 13 (Fatma)
Mas Rizki meminta video call, ada apa sebenarnya? "Mohon maaf, Mas. Kita sudah bukan suami isteri lagi!" Balasku singkat."Apakah Mas Rizki tidak ingin menjenguk anak sendiri?" Lanjutku mengalihkan perhatian. Kalimat 'anak sendiri' sengaja kutebalkan agar Ia peka, lalu kuletakkan handphone di atas meja tanpa menunggu balasannya. Kuhela nafas dalam-dalam berharap agar setan yang menghinggapiku pergi. Aku hampir selalu marah jika teringat Mas Rizki, aku takut jika rasa marahku tumbuh menjadi dendam. Hanya aku dan Mbak Salis yang tahu ini, Mbak Salis memang selalu mendengarku tapi Ia hanya bisa menyarankanku untuk beristighfar sebanyak mungkin."Maaf, Fat. Kantorku sedang tidak stabil, mungkin satu bulan lagi aku baru ke situ."Akhirnya setelah hampir setengah jam, kubuka kembali handphone-ku."Boleh aku vidcall Ikhda?" Balasnya lagi."Ikhda sedang tidur," balasku dengan cepat. "Silakan, kalau Mas Rizki mau lihat wajah Ikhda," balasku langsung menghidupkan fitur video call.Ayah dari an
Read more
Bab 14 (Fatma)
Aku melemparkan handphone ke lemari baju yang masih terbuka. Jika kuingat-ingat inilah kemarahanku yang paling besar. Mengapa ada lelaki yang begitu mudahnya mempermainkan perempuan? Aku merasa dihina meski belum mengerti maksud pertanyaan Mas Rizki. Apakah Ia bertanya untuk menghinaku atau benar-benar memintaku kembali padanya. Menyadari Ikhda masih tertidur lelap, aku bergegas mengambil air wudhu. Aku menekadkan diri untuk bertadarus beberapa saat hingga kekacauanku sedikit reda. Rasanya sangat sulit untuk berkonsentrasi pada huruf-huruf al-Quran dan air mataku malah mengalir semakin deras. Aku kembali berwudhu dan melanjutkan tadarusku. Semoga semua ini adalah Kuasa Alloh untuk menguji kesabaranku dan sarana untuk mengangkat derajatku. "Ibu, apa semua perempuan mengalami seperti apa yang kualami, Bu?" Gumamku saat Ibu sedang menyisihkan butiran gabah di beras yang akan ditanak. "Tidak Fat, tapi semua manusia akan diuji dengan cara yang berbeda-beda sesuai batas kemampuannya," jaw
Read more
Bab 15 (Fatma)
"Saya bersedia menerima tawaran Mas Reza dengan beberapa syarat. Yang pertama, Ikhda hanya boleh dibawa ketika Mas Rizki mengizinkan karena beliaulah Ayah Ikhda. Yang kedua, Ikhda tidak akan ikut bersama Anda sekalian hingga Mbak Putri bisa mengandung, tetapi dalam jangka waktu dua minggu saja. Jika belum genap dua minggu namun terjadi sesuatu pada Ikhda, misalnya sakit mungkin, maka saya akan mengambil anak saya kembali," ucapku panjang lebar. Kedua suami istri di depanku, Mas Hikam, dan Ibu menyimak ucapanku hingga selesai. Mas Reza dan Mbak Putri saling berpandangan, lalu Mbak Putri mengangguk pada suaminya. "Baik," ucap Mas Reza padaku dengan tegas. "Kami setuju," lanjutnya. Mas Reza memintaku untuk menghubungi Mas Rizki hari ini juga, Mas Hikam berbicara pada Ibu dan Bapak di ruang tengah karena kedua orangtua kami sepertinya belum sepenuhnya paham dengan maksudku. "Mengapa tidak telepon saja, Mbak?" Mbak Putri terlihat tidak sabar melihatku mengetikkan sesuatu di layar handpho
Read more
Bab 16 (Fatma)
Hari keempat belas pun tiba, aku menunggu kedatangan Mbak Putri dan Mas Reza yang hari ini akan memulangkan Ikhda ke rumah kami. Bapak dan Ibu sedang mengurus sawah bersama para tetangga, sementara Mas Hikam sudah memberitahuku bahwa Ia harus mendampingi Mbak Salis periksa ke dokter. Mobil Avanza biru berhenti di halaman rumah kami disertai bunyi klakson. Aku yang sedari tadi menunggu di jendela ruang tamu bergegas keluar dan menyambut kedatangan anakku. Mas Reza membuka pintu penumpang dan anakku keluar bersama perempuan berhijab biru muda. Ikhda tampak bahagia di gendongan Mbak Putri, aku mengambilnya dengan hati-hati. "Wah, anak Bunda akhirnya pulang. Gimana belajarnya sama Tante Putri, Sayang?" Kukecup keningnya. Mbak Putri tersenyum senang. "Akhirnya saya bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki anak walaupun cuma dua minggu," ujarnya. Mas Reza mengiyakan ucapan istrinya. Setelah berbasa-basi sejenak di emperan rumah, aku menyilakan kedua tamuku masuk lalu menyuguhkan air p
Read more
Bab 17 (Fatma)
Setelah kejadian tidak menyenangkan itu, komunikasi antara diriku dan keluarga Mbak Putri terputus. Aku enggan menyapanya terlebih dahulu, Mbak Putri pun tidak pernah mengirimiku pesan. Seperti ada jarak di antara kami, namun tak nampak. Aku hanya sanggup berdoa semoga Mbak Putri dan Mas Reza baik-baik saja.Membesarkan anak seorang diri membuatku banyak belajar, belajar sabar dan ikhlas, belajar istiqomah menjalankan ibadah wajib dan sunah, belajar menjaga kesehatan diri sendiri dan merawat anakku, dan masih banyak lagi. Aku bekerja freelance karena Bapak dan Ibu memintaku untuk tidak meninggalkan Ikhda. "Bukannya Bapak dan Ibu tidak mau dititipin cucu, Fat. Tapi kasih sayang Ibu jauh lebih dibutuhkan oleh anak. Biarkan Ia mengenal orangtuanya lebih dekat," ucap Ibu.Berbulan-bulan aku kerja freelance, gajinya tidak seberapa tapi aku harus tetap bekerja untuk diriku sendiri. Pantang bagiku mengharapkan belas kasihan orang lain, walau terkadang aku bosan dengan makanan itu-itu saja,
Read more
Bab 18 (Fatma)
"Mas Rizki besok datang ke rumah, Mas," aku mengirimkan chat kepada Mas Hikam. Bagiku Ia satu-satunya keluargaku yang masih bisa berpikir logis dan netral. Mendatangkan mantan suami ke rumah orangtua bagiku sangatlah berisiko, aku berharap Mas Hikam bisa membantuku mengendalikan situasi."Ada acara apa?" Balas Mas Hikam."Dia mau nengok Ikhda," jawabku dengan lugas. "Cuma itu saja? Nggak ada yang lainnya?" "Tidak, Mas," memangnya apa lagi? Semua urusanku dengan Mas Rizki sudah selesai, perkara Mas Rizki ingin menengok anaknya itu adalah haknya sebagai seorang ayah."Apa aku perlu tunjukkan bukti percakapanku dengan Mas Rizki?""Iya," jawab Mas Hikam singkat.Aku men-screenshot percakapanku dengan Mas Rizki dan mengirimkannya kepada Mas Hikam. Sembari menunggu balasan dari Mas Hikam, aku menemani Ikhda bermain bola plastik."Ini ambigu, Ia tidak menjawab pertanyaanmu. Kalimat 'Minggu ini aku akan ke rumahmu' juga tidak dijelaskan tujuannya apa," beberapa menit kemudian balasan Mas Hi
Read more
Bab 19 (Hikam)
Dua tahun setelah proses hukum perceraian Fatma dan Rizki selesai, kami kembali diuji dengan takdir lain yang membuat hati kami menangis pilu siang malam …."Pemirsa, telah terjadi kecelakaan pesawat Indonesia dengan nomor N1552 di wilayah Laut Lakadewa dini hari waktu setempat. Burung besi tersebut naas jatuh bersama seratus enam puluh penumpang belum termasuk awak pesawat dikarenakan cuaca buruk. Para penumpang adalah Jemaah Haji Indonesia kloter pertama yang diberangkatkan dari Jakarta setelah sepuluh hari sebelumnya menerima pembekalan di Asrama Haji."Seluruh jemaah haji asal Indonesia korban jatuhnya pesawat N1552 tersebut masih dalam proses pencarian. Korban akan dipulangkan kepada keluarga masing-masing setelah menjalani otopsi di Rumah Sakit terdekat. Pihak maskapai penerbangan yang bersangkutan beserta pemerintah akan bertanggung jawab mengembalikan seluruh biaya haji kepada keluarga korban. Selain itu, agen resmi Pelaksanaan Haji dan Umrah yang bekerja sama dengan pemerinta
Read more
Bab 20 (Hikam)
Roda kehidupan terus berputar tanpa henti, peristiwa gugurnya kedua orangtuaku saat pemberangkatan ibadah haji, membuatku semakin terpacu untuk pergi ke tanah suci menghajikan mereka. Aku mendapat kompensasi tujuh puluh lima persen untuk berangkat haji tahun depan sebagai ganti rugi atas apa yang terjadi pada orangtua kami.Dengan izin Alloh, aku juga akan menghajikan Bapak dan Ibu di tanah suci. Bertahun-tahun Bapak dan Ibu menabung demi menunaikan rukun Islam yang kelima, namun ajal mendahului mereka di detik-detik yang sangat dekat. DrrrtAku meraih handphone di meja dengan hati-hati agar tidak membangunkan anak dan istriku. Fatma mengirimiku pesan, satu-satunya perempuan yang chatnya menduduki posisi paling atas di layar handphoneku setelah Salis."Assalamu'alaikum, Mas," chatnya. Ia sedang mengetik lagi."Wa'alaikumussalam, Fat. Ada apa?" Biasanya Ia akan mengatakan sesuatu yang penting jika menghubungiku malam-malam begini. Aku menyandarkan punggungku di kepala ranjang."Mas Ri
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status