All Chapters of Bukan Indahnya Berbagi: Chapter 51 - Chapter 60
100 Chapters
Bab 51 (Fatma)
Kematian perempuan yang dulunya adalah anak paling menyebalkan membuatku sangat terpukul. Sebesar apapun rasa benciku padanya, pada akhirnya aku merasa bersalah. Ia sangat mencintai suamiku dan tak pernah mendapatkan balasan. Cinta yang bertepuk sebelah tangan dan membuatnya menderita lahir batin.Semoga di akhir hidupnya Ia tahu bahwa dirinya sudah mendapatkan apa yang Ia inginkan, dinikahi Mas Rizki. "Kamu nggak boleh sedih, Sayang. Karena kita semua akan berjuang bersama-sama untuk kemoterapi," bisik Mas Rizki di pundakku."Sebentar lagi rambutku akan habis dan rupaku menjadi semakin jelek. Mas Rizki pasti risih melihatku," ucapku. "Tidak, Sayang," Mas Rizki menggenggam tanganku.Aku divonis mengidap tumor ganas dua minggu setelah melahirkan anak keduaku. Takdir yang tidak kuduga saat cinta kami mulai bersemi kembali. Itsna tak mendapatkan kasih sayang yang penuh karena konsentrasiku terus terbagi. Takdir ini kuterima saat hobiku sedang berada di puncak. Banyak job sebagai pembic
Read more
Bab 52 (Rizki)
Dua tahun kemudian …."Ayah, nanti malam mandi bola lagi ya," ucap Ikhda."Kita kan mau ke rumah Simbah, Kak," tanggap Rizki kepada putra sulungnya. Sembari menggendong Itsna yang baru berusia dua tahun, tangan satunya menggandeng Ikhda menuju gerbang sekolah. Sudah takdir bahwa Ia menjadi seorang single father yang mengurus dua anak sekaligus. Ia berkomitmen merawat dua buah hatinya, dua bukti cinta dari istri pertamanya, Fatma.Setelah memastikan Ikhda memasuki kelas tempat Ia belajar, langkah kakinya kembali menuju mobil yang Ia parkir di dekat gedung sekolah. Didudukkannya putri piatu itu ke kursi mobil. "Ayah," celoteh si mungil."Iya?" Rizki menoleh sambil berusaha sekeras mungkin untuk konsentrasi pada kemudi mobilnya. "Nana mau apa?" Tanya Rizki karena putrinya tidak kunjung bicara juga."Ke rumah Simbah," jawabnya. "Iya, tapi nanti ya. Sekarang Nana sekolah dulu, biar pintar," jawabnya."Ke rumah simbah," ulang si kecil."Iya, kita tunggu Kakak sekolah dulu ya. Nana juga
Read more
Bab 53 (Putri)
Menjadi istri kedua bukan pilihan yang mudah bagi Putri, perempuan yang akhirnya dikaruniai buah hati di pernikahan keduanya itu mendapat bermacam-macam asumsi yang dilontarkan kepadanya. Labelling pelakor adalah salah satu yang paling menyakitkan baginya. Perempuan pelakor memang menyakitkan dan dianggap hama oleh hampir semua perempuan lain. Tetapi hal yang lebih menyakitkan adalah ketika dituduh sebagai pelakor.Apakah istri kedua sudah tentu pelakor? Bagaimana jika itu adalah pilihan Sang Suami? Bagi lelaki, memadu perempuan bukanlah hal yang berdosa. Ia berhak mempersunting perempuan lebih dari satu jika telah memenuhi syarat. Konsekuensi tersakitinya perasaan istri pertama mungkin lebih disorot karena Ia adalah perempuan yang terlebih dahulu hadir di hati suami. Apakah orang-orang tahu bahwa menjadi istri kedua juga sama menyakitkannya karena suami sudah memiliki tambatan hati yang sesungguhnya yaitu istri pertama? Ia, istri kedua hanyalah tambahan, hanya sandaran kedua. Setida
Read more
Bab 54 (Febi)
Gadis itu termenung setelah membaca portofolio di depannya. Lelaki itu, lelaki kaya raya kolega ayahnya yang melamarnya adalah seorang CEO duda beranak dua yang sudah pernah memiliki istri dua kali. Jika Ia mau menerima permintaan ayahnya untuk menerima lamaran tersebut, maka Ia adalah perempuan ketiga yang menjadi istri lelaki itu.Mengejutkannya lagi, istri kedua lelaki itu adalah almarhum temannya sendiri saat kuliah. Nahru Rizki Budiman, duda rupawan itu adalah mantan suami Falencia Nikita teman kuliah yang digandrungi banyak lelaki. Ia sangat membenci gadis itu karena kekasihnya sendiri pun tak luput menyukai Fani. Fani jugalah yang menyebabkan Ia diputus oleh Hilal. Febi sudah tidak peduli lagi sekarang Hilal ada di mana dan bagaimana kehidupannya. Ia yakin lelaki itu pasti sangat menyesal telah meninggalkannya demi gadis lain, lalu ternyata apa yan
Read more
Bab 55 (Rizki)
Tekadnya sudah bulat, firasatnya setelah tiga kali sholat istikhoroh tidak dapat Ia ragukan lagi. Rizki mengajukan proposal lamaran kepada Pak Omar tidak peduli seberapa kekanakan tingkah anak gadis koleganya, Rizki benar-benar tertarik kepadanya. Dengan berbekal keyakinan dan restu Ummi, Rizki melamar Febi melalui ayah gadis itu. "Saya tidak menyangka Bapak berkenan melamar anak saya, semoga ini semakin mempererat hubungan bisnis kita…”“Hmm mohon maaf, Pak saya melamar putri Bapak karena Alloh. tapi meskipun begitu semoga hubungan bisnis kita juga semakin baik."Pak Omar tersipu malu denngan ucapan Rizki, oleh karena itu Rizki bersikeras mengutarakan maksudnya. Ia menikahi gadis itu bukan semata-mata karena uang, ia ingin anak-anaknya memiliki seorang ibu. Ia tidak diuntungkan dari segi bi
Read more
Bab 56 (Hikam)
Memiliki dua istri bukanlah perkara mudah. Hikam harus benar-benar adil dan tegas dalam mengelola rumah tangganya. Salis yang selalu berupaya mencurangi agar dirinya terus bersama Hikam tanpa peduli dengan Putri, ataupun Putri yang selalu merasa diperlakukan tidak adil oleh Hikam."Aku harus bagaimana, Mas. Mengapa Mas Hikam tidak pernah memedulikan Aghni. Apa Mas kira dia tidak butuh peran ayah?""Lis, aku selalu bersama Aghni tiap pagi dan sore hari. Ya, mungkin kecuali hari Sabtu dan Minggu. Kurang bagaimana lagi?""Apa Mas tahu dia di sekolah punya cerita apa saja?"Hikam diam sesaat memahami maksud ucapan Salis."Mas Hikam bersama Aghni tetapi hati dan pikirannya entah ke mana."
Read more
Bab 57 (Febi)
Hari-hari yang seharusnya Febi gunakan untuk mengurus surat-surat lamarannya ke lowongan pekerjaan menjadi sia-sia, pikiran tentang perjodohan yang bakal menimpa dirinya sangat mengganggu dan menguras air mata. Ayahnya tega melakukan itu padanya. Apakah karena sudah bosan menghidupinya hingga dengan serta merta menerima lamaran pengusaha kaya itu?Febi memutar otak bagaimana cara agar dirinya terhindar dari pernikahan tidak adil yang sudah semakin dekat. Ia tidak mau itu tejadi, Ia harus pergi ke manapun Ia bisa sampai akhirnya pernikahan itu tidak terjadi pada dirinya. Ia tersenyum simpul ketika sesuatu terlintas di dalam benaknya, mungkin tidak salah jika Ia meminta bantuan kepada seseorang. Ia berharap rencana itu berhasil, diambilnya handphone yang hampir setengah hari Ia diamkan lalu menggerakkan jemarinya di layar dengan terampil.“Hil, Lu sekarang
Read more
Bab 58 (Rizki)
Rizki mengunjungi rumah Hikam, kakak ipar yang kini juga menjadi sahabatnya. Kebetulan di rumahnya juga ada Salis, istri pertama Hikam. “Tumben, Riz. Ada kabar apa malam-malam sillaturrahim ke sini, biasanya siang sekalian ngopi bareng di kantin kantor,” ujar Hikam saat menyilakan Rizki duduk di ruang tamunya yang cukup luas.“Hanya ingin minta pendapat, Mas,” jawab Rizki sembari duduk di sofa.“Pasti bukan urusan bisnis,” seringai Hikam. Rizki hanya tersenyum mendengar ucapan kakak iparnya.Dalam hati Ia berdoa semoga Hikam tidak hanya memberinya pendapat, tetapi juga mendukung keputusannya untuk melamar anak Pak Omar yang masih sangat muda.“Sebentar, ya. Aku panggil Salis dul
Read more
Bab 59 (Febi)
Siang menjelang sore ini, Hilal bisa ditemui di kafe yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Febi bersiap-siap karena Ia mengira-ngira perjalananya akan menghabiskan waktu tiga puluh menit dengan motor. Ia tidak masalah karena yang penting Hilal bisa ditemui. Dalam hati kecilnya, Ia ingin sekali menumpahkan segala keresahan hatinya.Setelah memanaskan motornya sejenak, Ia memeriksa surat-surat penting, membenarkan tatanan jilbabnya di spion, dan mengirimkan pesan kepada Hilal bahwa Ia mulai berangkat.Perjalanan di siang bolong sangat panas dan sesekali macet di lampu merah, tetapi Febi tidak menyerah. Ia harus menemui Hilal sekarang karena satu-satunya teman yang masih peduli dengannya hanyalah Ia.Saat sudah mulai dekat dengan lokasi, Ia menepikan motornya, melihat-lihat di mana kafe yang Hilal maksud. Ia juga kembali mengirimkan pesan ke lelaki itu bahwa Ia sudah sampai di sekitar lokasi.“Itu yang sebelah toko elektronik,” balas Hilal.Febi pun segera mengarahkan motornya ke tempa
Read more
Bab 60 (Febi)
Febi tak menyangka akan terjadi hal yang sangat menakutkan, beruntung Ia masih bisa kabur. Saat Ia memasuki rumahnya yang besar, ayahnya belum juga kembali. Febi tahu bahwa ayahnya sedang lembur di kantor atau mungkin melakukan pertemuan bersama klien di luar kantor. Sebenarnya Ia tahu bahwa Hilal terkadang melakukan hal-hal terlarang seperti mabuk-mabukan. Febi tahu bahkan sejak mereka masih bersama dulu.Sekarang tak ada harapan untuk meminta bantuan siapapun. Jika Ia ingin mencegah pernikahannya dengan Rizki, maka Ia sendiri yang harus bertindak. Ia berhak menolak perjodohan ini. Febi tidak menyangkal bahwa Rizki adalah pria baik-baik, taat, dan ayah yang sempurna bagi dua anaknya. Tetapi nyatanya perjodohan ini adalah perjodohan bisnis semata di mata ayahnya.Jika ayahnya memang menghendaki lelaki yang sholeh dan mapan, apakah harus dengan Rizki Ia bersandi
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status