All Chapters of Bukan Indahnya Berbagi: Chapter 61 - Chapter 70
100 Chapters
Bab 61 (Rizki)
“Ia menolakmu, Nak? Alasan apa yang dikatakan oleh gadis itu?” tanya Ummi setelah Rizki menjelaskan panjang lebar kemajuannya meminang anak Pak Omar.“Aku tidak tahu alasan yang sesungguhnya, Ummi. Tapi Ia berkata bahwa Ia akan melanjutkan kuliah lagi,” jawab Rizki.“Lho, kalau cuma mau kuliah lagi kan bisa sambil menikah. Lagi pula Kamu juga bisa membiayai kuliahnya, ‘kan?” Abah ikut menimpali.“Iya, tapi Febi masih tetap ketus padaku, Abah.”“Itu namanya jual mahal. Mungkin karena Ia belum mengenalmu. Coba Kamu ajak jalan-jalan atau apalah.”“Pak Omar sendiri bagaimana?”
Read more
Bab 62 (Febi)
Febi melangkah dengan mantap menuju ruangan yang ditunjuk oleh resepsionis. Hari ini adalah seleksi masuk kerja tahap akhir. Sudah berpuluh-puluh surat lamaran Ia layangkan ke mana-mana namun hasilnya zonk, seleksi administrasi pun Ia gagal. Ini adalah satu-satunya hasil yang paling baik di antara kesempatan sebelumnya. Ia lolos administrasi dan seleksi tertulis, kini Ia akan seleksi wawancara."Lho, bukannya itu Mas Alvian yang itu? Ck, semoga tidak kenal denganku," Febi bergumam sendiri saat menunggu gilirannya tiba. "Kakaknya kenal yang mewawancarai kita?" pelamar kerja yang duduk di sebelah Febi berbisik sembari menunjuk pewawancara lelaki di depan sana."Beliau kampusnya satu yayasan dengan saya, tapi saya tidak kenal, hanya kebetulan tahu namanya," jawab Febi.
Read more
Bab 63 (Rizki)
"Hallo, Selamat malam, Pak." Rizki mengangkat telepon pimpinan tim IT sembari mengucek kelopak matanya. Tangannya yang lain memencet jam digital di sisi ranjang lalu empat angka di sana menunjukkan jam satu malam."Pak, mohon maaf menelpon tengah malam, tetapi ini benar-benar gawat." Suara lelaki itu terdengar sangat panik."Ada masalah apa, Pak?" Seketika konsentrasi Rizki terkumpul."Sistem keamanan internet kita dibobol, tidak hanya itu, informasi keuangan perusahaan juga sudah dibobol," papar lelaki di seberang sana dengan terburu-buru."Astaghfirullohal 'adziim." Rizki tidak punya bayangan bagaimana persisnya kejadian itu tetapi ketika mendengar sistem keuangan yang dibobol, Ia langsung mengerti.
Read more
Bab 64 (Febi)
Dengan memaksakan akal sehatnya, Febi mengambil pekerjaan itu daripada menganggur terus. Ia berangkat menggunakan motor matic-nya seperti biasa. Di ruangan yang ditujunya, beberapa karyawan baru seperti dirinya sudah berkumpul. Ia pun berkenalan dengan karyawan baru yang duduk di sebelahnya.Pengenalan umum tentang perusahaan berlangsung cukup singkat dan dilanjutkan dengan menuju divisi masing-masing. Febi pun menuju bagian suplai barang, lokasi kantor divisinya cukup strategis meskipun berada terpisah dari ruangan lainnya. Ada satu karyawan baru yang juga diterima di bagian yang sama dengannya, bagian pencatat suplai barang."Baik, teman-teman. Gedung di samping adalah gedung transit barang. Jadi barang apapun yang baru datang akan dimasukkan kesini. Setelah terdata, baru kita pindahkan ke tempat yang seharusnya." Senior dari bagian yang sama menjelaskan kepa
Read more
Bab 65 (Hikam)
Hikam menyembunyikan keterkejutannya dari hadapan orang-orang yang ramai membicarakan Rizki dan perusahaan lelaki itu. Belum diketahui alasan mengapa tiba-tiba perusahaan tersebut mem-PHK karyawan secara besar-besaran. "Apa lagi kalau bukan karena rugi," ujar seseorang."Ada yang menggelapkan uang katanya. Saudaraku ada yang kerja di sana, untung nggak kena PHK," timpal yang lain."Iya? Yang nggelapin siapa? Pasti kalau nggak dimuat di media pelakunya petinggi perusahaan itu," tanggap seseorang.Hikam menguping pembicaraan itu tanpa komentar sepatah kata pun. Siapa lagi yang kena kalau bukan Rizki, lelaki itu adalah eksekutor tertinggi perusahaan yang dikelolanya, perusahaan penyuplai barang terbesar di kota ini. Tentang Rizki yang dituduh menggelapkan uang perusahaan, Hikam sebenarnya tidak percaya karena Ia tahu Rizki bukan tipe seperti itu. Tetapi kejahatan bisa dilakukan siapa saja, buktinya dulu Rizki juga pernah selingkuh sampai cerai. Bukan tidak mungkin jika Rizki menggelapk
Read more
Bab 66 (Rizki)
Saat Rizki tiba di rumah dan kedua anak-anaknya tengah menikmati makan malam, ada notifikasi pesan dari mertuanya, orangtuanya almarhum Fani. Ikhda dan Itsna menikmati makan malam seperti biasa layaknya tidak ada apapun di keluarga kecilnya. Rizki memaklumi mereka karena mereka hanyalah anak-anak. Mereka belum layak menanggung beban pikiran apapun seperti yang tengah Ia hadapi saat ini."Ayah, ada telepon itu." Ikhda mengingatkan."Oh, iya, ayah angkat dulu ya," ujar Rizki sembari beranjak dari meja makan."Assalamu'alaikum." Rizki mengucapkan salam dan langsung terdengar suara ibu mertuanya di seberang sana meskipun tidak terlalu jelas. Rizki sampai mengerutkan dahi untuk menerka apa yang sebenarnya pasangan suami istri itu katakan, mereka terdengar seperti sedang bercerita.
Read more
Bab 67 (Rizki)
Dari Putri, Rizki mendapat sedikit angin segar. Perempuan itu sudi membantunya dengan pinjaman uang tanpa bunga sedikitpun. Ia pun kembali ke kantornya untuk melanjutkan pekerjaan. Dengan suntikan dana dari Putri Ia bisa memperbesar peluang untuk memperbaiki segalanya. Diam-diam Ia menyewa beberapa orang untuk menyelidiki siapa sebenarnya pelaku pembobolan di perusahaan. Ketika Ia tengah menyandarkan badannya di punggung kursi, handphonenya berdering, ummi melakukan panggilan video."Assalamu'alaikum, Ummi," sapa Rizki dengan memaksakan wajahnya untuk tersenyum."Wa'alaikumsalam. Ada kabar apa di sana, Riz? Kok Ikhda sama Itsna jadi jarang main ke rumah simbah lagi?" tanya ummi."Alkhamdulillah sehat, Ummi. Ikhda 'kan sudah mulai banyak kegiatan di sekolahnya. Kalau Itsna aku rasa harus banyak beradaptasi dengan teman-temannya, jadi kalau bisa lebih baik bermain dengan teman-teman daripada dititipkan ke tempat ummi terus," ujar Rizki panjang lebar demi menyembunyikan alasan yang seben
Read more
Bab 68 (Febi)
Setelah berpikir matang-matang selama nyaris semalam suntuk, akhirnya Febi memutuskan untuk menerima tawaran Mas Alvian yang ingin menjemputnya berangkat ke kantor. Pelan-pelan, Ia membuka kamar ayahnya dan mengintip untuk memastikan ayahnya masih tertidur, biasanya ayahnya memang tidur lagi setelah sholat shubuh.Febi menyembunyikan motor matic-nya di garasi setelah mengeluarkan mobil ayahnya. Lalu Ia mengunci gerbang garasi supaya ayahnya tidak perlu masuk ke garasi dan melihat motor yang biasanya Ia pakai ke mana-mana masih ada di rumah. Untuk sementara dan mungkin selamanya, ayahnya tidak boleh tahu bahwa ada cowok yang datang ke rumah menjemputnya. Ia pun bernapas lega setelah semuanya beres. Tak jauh dari tempatnya berdiri di depan pintu gerbang rumahnya, motor Mas Alvian nampak mendekat."Assalamu'alaikum. Ini rumahmu?" tanya Mas Alvian saat menghentikan
Read more
Bab 69 (Rizki)
Merasa sedikit tersentuh oleh apa yang disampaikan Pak Omar tentang pencapaian kehidupan lelaki single father itu, Rizki menepiskan rasa bersalahnya. Apapun yang terjadi di masa lalu biarlah berlalu. Entah mengapa jika sudah menyinggung pilihan hidup, Rizki merasa bersalah pada Fatma. Pak Omar juga seperti dirinya yang ditinggal oleh perempuan yang sangat dicintainya. Lelaki itu membesarkan anaknya seorang diri, Rizki pun juga demikian."Ikhda, lain kali nggak usah ngotot untuk berebut hal yang nggak penting ya," ucapnya pada anaknya yang masih duduk terdiam di sampingnya."Tapi ayah, anak ingusan itu terus membuliku. Katanya aku lahir dari batu seperti kera sakti karena nggak punya ibu. Padahal Bunda 'kan emang udah meninggal," jawab Ikhda. "Nah, itu tahu kalau pendapatnya salah. Ya sudah nggak usah diladenin
Read more
Bab 70 (Rizki)
Rizki hanya melihat anak tersebut yang nampak mengutak-atik tanpa kesusahan, betapa terkejutnya Rizki karena anak itu berhasil menemukan ada kabel yang putus. Ia lalu mengambil sesuatu di jok motornya untuk menyambungkan kembali kabel itu."Setelah ini, kemungkinan besar sudah bisa jalan lagi, Mas. Kok bisa putus ya, ini putusnya rapi banget pula," gumam anak itu. "Alkhamdulillah. Saya juga tidak tahu itu kenapa, Mas. Oh iya, ini ada rezeki buat Mas. Terima kasih sudah bantu saya." Rizki mengeluarkan selembar uang tunai."Maaf, Mas. Nggak usah, saya juga lagi nabung pahala, saya ikhlas," ucapnya. "Oh ya udah, Mas. Terima kasih banyak. Ini kalau butuh apa-apa bisa hubungi nomor ini ya." Rizki mengeluarkan selembar kartu nama kepada anak itu. 
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status