All Chapters of JODOH-JODOH DARI TUHAN: Chapter 71 - Chapter 80
119 Chapters
TP Bab 9
Kutatap tubuh lelaki yang memejamkan mata itu, apa dia hendak tidur dengan bertelanjang dada seperti itu. Apa tidak kedinginan, kurasa pendingin ruangan di kamar ini bekerja dengan maksimal sehingga menghasilkan suhu yang cukup dingin. Perlahan aku mendekat ke arah ranjang. "Hei, bolehkah kuganti lampu kamar dengan lampu yang lebih redup itu," tanyaku padanya. Aku yakin, Davin belum benar-benar tertidur. Kulihat ada lampu dengan hiasan di atas nakas, kupikir itu lampu tidur. "Lakukan apapun yang kamu mau, ini kamarmu juga," jawabnya tanpa membuka mata. Segera kuganti lampu kamar setelah mendapatkan ijin darinya. Aku memang terbiasa tidur dengan suasana remang-remang, sehingga tidak bisa jika tidur dengan lampu yang menyala dengan terang. Setelah mengganti lampu, aku ikut merebahkan diri di ranjang, di sisi lain yang cukup berjarak dengan pria itu. Aku memilih terlentang daripada memunggungi atau menghadap padanya. Dadaku berdebar-debar dan aku merasa tak nyaman. "Kenapa kamu pa
Read more
TP Bab 10
Aku tidak berani membuka mata meskipun pria itu sudah melepaskan tautan bibirnya, dadaku naik turun, nafasku terasa berat. "Mau lagi," bisiknya, membuatku seketika tersadar dan melepaskan cengkraman tanganku pada tangannya. "Ke-kenapa kamu lakukan itu padaku?" Aku bertanya dengan terbata. "Kamu menggemaskan kalau seperti itu," sahut Davin. "Lagipula apa aku harus bertanya saat ingin mencium istriku?"Aku mundur selangkah dan berbalik, kemana sekarang aku harus menyembunyikan diri. Aku malu setengah mati. Tanpa pikir panjang, aku segera berlalu keluar kamar, seperti pergi ke dapur adalah pilihan yang tepat. Pura-pura membuat sarapan untuk menghilangkan rasa malu. ***Kubuka semua pintu kitchen set yang ada di dapur, tak ada sedikit pun bahan makanan. Hanya ada perabotan untuk makan, bahkan untuk masak juga tidak apa. Apa manusia di sini tidak ada yang makan. Aku menghela nafas panjang."Nyari apa?" "Astaghfirullah ... bikin kaget saja," seruku tak suka. Aku benar-benar kaget saa
Read more
TP Bab 11
"Sudah lupakan saja. Lebih baik sarapan," ucap Davin sembari meminum air putih yang barusan aku tuang di gelas yang ada di depannya. Mas Haris menurut dan tidak bertanya lagi lebih jauh, aman. Aku bisa tenang. Kuharap, suamiku itu bukan tipe pria yang gampang bercerita urusan pribadi pada temannya, terutama urusan pribadi dengan pasangan. Meja makan ini berbentuk segi empat, tiap sisi hanya ada satu kursi, kami duduk masing-masing, aku duduk berhadapan dengan suamiku. "Dav, tawaran review paket honeymoon gimana? Orangnya minta kepastian." Mas Haris berkata di sela-sela suapannya. Davin menatapku. "Kenapa menatapku begitu?" Aku bertanya, pura-pura tak mengerti. Aku tahu, pria itu sedang meminta jawabanku, paket honeymoon tentu saja dengan pasangan. Tidak mungkin sendirian. "Kali ini aku harus bekerja denganmu, tidak bisa sendirian. Apalagi dengan Haris, aku pria normal," jawab Davin. "Ya udah aku terima, ya. Kalian udah sah ini, mau ngapain juga boleh. Ya kan, Mbak?" Mas Haris
Read more
TP Bab 12
Sesampainya di rumah, bukannya membantu suamiku membereskan belanjaan, aku malah mengikuti langkah Mas Haris yang pergi ke lantai atas."Mas, siapa bagian editing?" tanyaku sambil mengekor langkahnya. "Kenapa?" Mas Haris balik bertanya."Mau request beberapa bagian, minta dicut.""Nanti Davin yang bakalan memeriksa dan memberitahu mana saja yang memang kudu dipotong.""Aku saja, Mas.""Gak bisa, Mbak.""Ayolah ...." Aku mencoba membujuknya."Kalian obrolin berdua saja ya. Suamimu Davin, loh. Merengeklah padanya," ucap Mas Haris memutuskan obrolan kami.Aku berhenti mengikutinya dan menghela nafas panjang, harus dengannya. Mana mau dia memenuhi permintaanku. Dengan lesu, aku kembali ke bawah. Melihat suamiku yang pastinya membutuhkan bantuan. Di dapur, pria itu asyik membereskan belanjaan dengan kamera yang menyala. Tentu saja, semua aktifitasnya perlu diabadikan dan dijadikan cuan. "Hai, Sayang, sini bantuin," panggil Davin sembari tersenyum padaku. Aku menunjuk pada kameranya yan
Read more
TP Bab 13
"Ngabdi di mana? Kamu pernah di pesantren, kenal sama Mas Hamid di sana. Kalau dipikir-pikir usiamu dengan usia kakak iparku itu tidak beda jauh pasti cuma beda satu tingkat atau dua tingkat. Makanya dari itu tiba-tiba saja Mas Hamid setuju menikahkan kita." Aku memberondong suamiku dengan banyak pertanyaan. Entah apa yang aku inginkan dari semua itu, apa memang aku berharap bisa menikah dengan pria yang pernah setidaknya belajar ilmu agama di sana. Aku tahu, pesantren itu adalah pesantren terbaik yang ada di kota kelahiranku. Di sana santri berasal dari seluruh pelosok Indonesia, bahkan dari luar negeri. "Kamu mengharap jawaban iya dariku? Jangan terlalu berharap, dan berpikir sejauh itu." Davin berkata sambil berlalu dari hadapanku. Benar-benar menyebalkan, kenapa dia tidak pernah sekalipun mau bercerita tentang pribadinya. Bukankah kami ini suami istri. "Hei, kenapa kamu selalu menghindar jika aku menyakan hal pribadi padamu. Bukannya untuk bisa saling dekat kita harus saling m
Read more
TP Bab 14
Malam sudah beranjak larut, suasana sudah sepi karena karyawan Davin sudah turun semua. Namun entah kenapa aku masih menikmati berada di sini. Suasana malam yang dingin, dan hembusan angin yang cukup berasa di atas sini membuatku enggan beranjak. Ditemani suamiku yang duduk di sebelahku, aku menikmati malam dari atas ketinggian. Meskipun aku mengatakan tak perlu menemani, tapi tetap saja dia melakukan. Pria itu duduk diam di sampingku. "Mana ponselku." Aku berkata sembari menyodorkan tangan dengan posisi meminta. "Buat apa, duduk berdua dengan suami harusnya tidak mencari handphone lagi.""Kamu bilang aku bisa melihat semua videomu jika ingin mengenalmu.""Kamu bilang apa yang ada di media sosial hanyalah kebohongan." Davin membalikkan ucapanku. Aku menghela nafas dalam, diam lebih baik sepertinya. Tak lagi kupinta smartphone milikku yang masih di simpan di saku celananya.Pria itu bangkit dari tempat duduk dan melepas jaketnya, lalu memakaikannya padaku. "Pakailah, di sini angin
Read more
TP Bab 15
Perlahan aku membuka mata, dengan posisi yang masih memeluk tubuh pria yang sudah menjadi suamiku itu. Pandangan kami bertemu, untuk beberapa saat aku lupa hendak mengatakan apa tadi. "Memangnya kamu mau ngapain jika aku tetap pura-pura tertidur?" Aku bertanya, menantangnya."Kamu sudah berani ya, sekarang.""Sejak dahulu aku pemberani."Dengan gerakan cepat, pria itu membalik tubuhku hingga berada di bawahnya. Katanya semalam tidak berniat menikah, tapi dia seperti pria yang membutuhkan wanita. Begitu bertindak agresif setiap bersamaku. "Kamu akan menyesalinya jika berani berbuat jauh padaku," lirihku tanpa mengalihkan pandangan dari matanya. Mendadak aku seberani ini menggodanya karena aku tau, dia tidak akan bisa berbuat lebih padaku karena aku sedang berhalangan. "Aku tidak akan menyesali apapun yang akan kulakukan padamu.""Kamu akan kecewa." "Kenapa?""Karena aku sedang berhalangan," sahutku dengan tertawa riang. "Kapan?" tanya Davin tak percaya. "Semalam sebelum tidur, s
Read more
TP Bab 16
Terjebak Pernikahan 16"Sarapan udah siap?" tanya Davin, saat aku sudah membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan.Apa dia tidak marah karena aku ketahuan menguping. Aku menganggukkan kepala sambil memainkan jari-jariku, merasa tidak enak hati. "Mau ikut sarapan gak, Ris?" tanya Davin pada sahabatnya. "Ayok!"Keduanya lantas bangkit dari duduknya dan berlalu menuju ke arahku yang masih ada di depan pintu. Sepanjang menikmati makanan yang aku masak, tidak ada obrolan sama sekali antara kami. Mereka fokus dengan makanan yang ada di piring masing-masing, dan aku juga tidak berani membuka suara setelah kepergok tadi. Suasana sedikit kaku sepanjang kami sarapan bertiga. "Terima kasih sarapannya, Mbak. Aku mau naik ke atas lagi." Mas Haris berpamitan setelah selesai dengan makanannya. Aku mengangguk dan tersenyum pada Mas Haris. Sekarang, tinggal aku dengan suamiku yang masih diselimuti oleh keheningan. Sebenarnya banyak hal yang ingin kusampaikan, namun lidahku terasa kelu. "Mau jalan
Read more
TP Bab 17
Terjebak Pernikahan 17POV Davin Setelah kepergian gadis itu, aku hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi. Bahkan dia datang ke tempat ini juga dengan tipuan. Haris bekerjasama dengan temannya yang bernama Felicia. Bahkan temannya saja nge-fans denganku, tapi kenapa tidak dengan gadis bernama Fitriana itu.Sepertinya tidak akan mudah untuk menjinakkannya, apa lagi bekerja sama dengan berpura-pura menjadi pasangan suami istri. Dia terlihat menjaga diri dan sedikit liar, bagaimana bisa dia menendang aset berhargaku tanpa rasa bersalah sama sekali. Aku memang salah menggodanya dan juga merendahkannya dengan kata-kataku tapi bukan berarti dia bisa menedangku dengan seenaknya. Kupikir tidak ada lagi wanita yang bisa menjaga diri sepertinya, siapa yang bisa menolak pesonaku. Aku yakin, setidaknya, seorang wanita tidak akan menolak jika aku memeluknya, meskipun aku bahkan sama sekali belum pernah mencobanya pada siapapun. Aku menyerah, akan membiarkan semua yang sudah terjadi di du
Read more
TP Bab 18
Terjebak Pernikahan 18"Kenapa gak bilang? Kamu emang gak niat nikah sama aku!" Aku kembali marah saat mengetahui fakta kalau orang tuanya tidak tahu pernikahan kami. "Papa tidak akan peduli, Ana, untuk apa? Yang penting pernikahan kita sah secara agama dan hukum negara. Tidak ada bedanya orang tuaku tahu aku sudah menikah atau belum," terang Davin. Ah, apa memang seperti itu atau hanya prasangka pria ini saja pada papanya. "Terus gimana?""Gimana apanya?" Davin balik bertanya. "Kamu bilang papamu mau ketemu denganku.""Kita tinggal datang, gampang kan."Hiiih geram aku dibuatnya, dia menganggap enteng masalah ini. Bagaimana jika seperti yang ada di drama-drama, papanya tidak mau menerimaku."Tenang saja, apapun yang terjadi kamu tetap istriku. Tidak peduli apapun, kita adalah pasangan suami-istri selamanya," ucap Davin seakan mengerti kekhawatiran dalam hatiku.***"Bagaimana penampilanku?" Aku bertanya pada pria yang sudah menungguku di depan pintu kamar sejak tadi. Aku memang me
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status