All Chapters of Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu: Chapter 51 - Chapter 60
97 Chapters
51
Kutemui wanita itu, wanita yang kuharap aku bisa menyumpahinya dengan segala sumpah serapah dan isi kebun binatang, tapi aku mengendalikan mulutku.Kutemui dia yang seperti biasa sedang tertidur di kamarnya pada hari sudah beranjak siang, sudah pukul sepuluh. Aku sedikit terkejut dan hanya bisa berdiri sambil menarik nafas dalam melihat betapa manjanya wanita ini dan tidak punya perasaannya dia padahal dia tinggal di rumah mertua dan hitungannya masih menumpang.Berbeda denganku dulu yang saat baru menikah, sudah bangun di jam 04.00 pagi untuk membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan semua orang. Meskipun mertua punya asisten sejak awal, tapi aku tidak mau mengandalkan mereka dan tetap bersikap normal layaknya wanita yang bertanggung jawab dengan tugasnya.Lihatlah, sapi yang kini mengaku hamil itu, hmm, dia benar benar menguji kesabaran.lebih kesal lagi, setiap kali ibu mertua menyuruhku datang hanya untuk membimbing wanita itu dan mengajarkan dia tentang tugas rumah tangga. Wani
Read more
53
Selepas kepergian suamiku yang mendapatkan sikap dingin dari mertuanya aku dan ibu kembali saling berpandangan dalam pemikiran dan harapan masing-masing."Sudah lihat kan, fix, pria yang sama sekali ekspresinya tidak menunjukkan simpati, memang laya diberi pelajaran, sekali kali, biarkan dia tahu rasanya, tanpa dirimu ia akan terlunta lunta.""Tapi aku tidak yakin ia akan mencariku, justru, ia akan gunakan celah itu untuk meninggalkanku dan menyalahkan diri ini.""Dia tidak akan punya ruang untuk menyalahkanmu karena dari awal dia itulah yang bersalah. Kau harus dengarkan kata-kata Ibu," jawab ibuku sambil menuding diri ini dengan tatapan tajam."Baiklah, aku akan dengar kata kata ibu.""Terima kasih jika kau akan menghargaiku aku sangat terharu," jawab ibu yang lantas mengakhiri makannya dan segera bangun untuk memindahkan piring beliau ke wastafel."Biar kubantu ibu," ucapku pada wanita berambut pendek yang masih terlihat bugar dan cantik di usianya yang sudah hampir 50."Tidak kau
Read more
54
"A- ada apa Mas, kenapa kau marah sekali?""Coba kemari dan cicipi!" ucap Mas Alvin dengan wajah merah padam, berusaha menahan emosi dengan rahang mengatup ketat. Ia nampak kesal sekali, sampai sampai sendok di tangannya ia cengkeram kuat.Aku paham gestur suamiku, ada ketidaksukaan dalam hatinya yang membuat dia menjadi sangat sensitif seperti itu. Sebenarnya kalau Mas ALvin sangat mencintainya maka suamiku akan menahan diri untuk tidak marah. Tapi berhubung karena rasa tidak sukanya semakin menjadi-jadi, maka sedikit saja membuat kesalahan, Mona langsung dimarahi."Kenapa kau berdiri saja, ayo mendekat dan cicipi masakan buatanmu!" suruh Mas alvin dengan tegas.Wanita itu pucat, nampak takut tapi tak urung beringsut mendekat dan mencicipi makanan yang ada. Wanita itu terkejut saat tahu bahwa masakannya sudah rusak rasanya. Asin, pedas dan sangat tak layak dimakan."Ta-tapi, t-tadi, saat aku memasaknya, rasanya tidak begini," jawabnya gagu."Lalu siapa yang akan kau tuduh merusak ma
Read more
55
"Astaga harus kusembunyikan di mana wajahku di hadapan Mas ALvin..." Aku menggumam sambil menutup wajah dengan tangan di depan Mas Alvin, aku malu dan benar benar canggung dipergoki."A-apa kau menyaksikan semuanya?""Ya," jawabnya tegas."Apa kau marah?""Kalau aku memang marah, maka akan kulampiaskan semuanya di depan ibuku tadi. Aku menahan diriku demi karena aku mencintaimu, dan juga berhutang Budi atas pengorbanan dan diammu selama ini padahal aku berselingkuh.""Kau mencoba bersabar karena itu?" "Ya, disamping aku mencintaimu.""Apa kau tidak merasa kasihan pada Mona?""Tentu, tapi sudahlah, jangan dibahas lagi."Mas Alvin memutar kemudi berbelok ke kiri menuju komplek perumahan kami. Ia hentikan mobilnya di garasi dan memintaku untuk turun.Aku yang tadinya mau masuk ke rumah terheran melihat dia membuka gerbang dan hendak pergi."Mau kemana, Mas?""Aku akan kembali ke rumah mami untuk mengambil mobilmu.""Tapi, aku bisa mengambilnya sendiri besok," cegahku.Suamiku hanya me
Read more
56
"Hai, apa apaan ini?" Ibu mertua berteriak dan langsung menarik Mona dari hadapanku untuk melindunginya."Apa yang kau lakukan Indira?""Seperti yang Ibu lihat aku memberinya pelajaran atas semua kelancangan yang dia lakukan. Dia bermain cantik untuk memenangkan hati suamiku dan dirimu juga membuat Ibu menjadi benci dan muak padaku.""Aku tidak butuh pengaruh Mona untuk membuatku benci denganmu. Dengan sikap arogan seperti ini saja sudah membuatku tidak nyaman," jawab Ibu mertua dengan tatapan tajam."Terserah apa yang ingin ibu katakan, tapi suatu saat ibu akan mengerti sifat aslinya.""Mbak, aku berubah lho, untuk membuat Mbak menyuakiku, tapi tetap saja, mbak sangat membenci dan mencoba menyakitiku, aku tahu semalam, masakan itu Mbak yang merusaknya!"Mendengar Mona mengatakan itu aku makin meradang, kuhampiri dia, kujambak rambutnya, Mona meronta ingin dilepas sementara ibu mertua berteriak panik memanggil penjaga dan asisten agar mereka datang memisahkan kami."Tolong, Pak Bimo,
Read more
57
mom, jangan lupa baca cerita terbaru ya."Apa maksudmu? apa kau pikir aku sapi perahan yang bisa kau permainkan. Sudah kau ambil tabungan dan aset-aset yang ada, sampai tidak menyisakan sedikitpun kecuali uang bensin dan sekarang kau ingin meminta semua gajiku? Gajiku tidak seberapa sehingga kau harus mengambilnya!""Gaji seorang manajer ratusan juta," jawabku. Aku tahu persis apa tugas dan perannya selama ini, juga tahu berapa penghasilan yang ia dapatkan."Ya Tuhan, gajiku tidak selalu sebanyak itu.""Aku tidak peduli," jawabku."Lalu bagaimana dengan pengeluaranku dan kau tahu sendiri aku punya seseorang yang harus kutanggung?""Itu masalahmu, bukan masalahku."Kutinggalkan dia begitu saja, sambil meraih tas dan melenggang pergi, suamiku bangun dan mengejar diri ini. Dia mencekal tanganku dengan tatapan berkilat."Jadi ini rencanamu ketika ingin menikahkanku dengan Mona, kau ingin aku tersiksa, kesulitan dan bingung?" desisnya dengan tatapan seakan menusukku dari belakang."Anggap
Read more
58
(Tidak juga, sudah kubilang aku ingin menikmati waktu,) balasku dengan senyum miring. Kuletakkan kembali ponsel di atas permukaan meja kayu. Kunikmati sarapanku dengan pemandangan kebun teh dan danau yang tenang. Embun masih membasahi kelopak daun teh dan bunga Camelia tapi sikap Mas Alvin seakan membakar suasana."Ah, kenapa pula dia harus menelponku." Sambil menyobek lembaran roti dan menikmatinya dengan sesendok madu asli. Manisnya madu sayangnya tak semanis hidupku, aku harus menghadapi nasib yang getir dan berlembar lembar luka akibat perbuatan suami sendiri.Harusnya, setelah menikah, kami torehkan tinta emas dalam buku perjalanan hidup dan cinta kami, tapi sayang, buku itu terbakar bahkan sebelum setengah bab cerita berjalan. Semuanya hancur oleh pengkhianatan.Dan bodohnya aku, kendati ia sudah menyakiti, aku masih memberinya kesempatan untuk bersamaku dan anak anak. Dia pikir sikap mengalahku adalah bentuk ketakutan dan lemah, dia tak tahu bahwa bukan hanya dia saja yang bis
Read more
59
Kuhela napas sambil menggelengkan kepala, momen liburan yang harusnya aku lewati bersama anak-anak dengan penuh kegembiraan berubah jadi ketegangan dan kekhawatiran. Akan ia bawa kemana surat surat dan sertifikat yang dia ambil dari lemari, apakah dia akan menyerahkannya ke tangan mona? ataukah … dia akan menggadaikannya ke lintah darat demi mendapatkan uang belanja untuk sementara waktu? astagfirullah…Sinar bentar berwarna keemasan yang tadinya mencerahkan hatiku kini seperti panas api yang membara. Aku kesel dan rasanya tidak sabar ingin bertemu dengan Mas ALvin lalu menghajarnya sampai ia kapok dan minta ampun. Astaghfirullah Tuhan, tolong sabarkan diriku memiliki suami sepertinya“Bunda, kenapa Bunda hanya duduk saja di bawah pohon, kenapa tidak berkuda dengan kami?”“Bunda takut jatuh,” jawabku asal saja.“Tapi berkuda itu menyenangkan Bunda,” ujar gema dengann antusias.“Apa kalian masih betah di sini?”“YA. di sini menyenangkan,” jawabnya.“Kalau begitu nikmati waktu kalian
Read more
60
"Kepada siapa Pak Alvin menyewakan rumah ini?" tanyaku pada pekerja yang masih sibuk menggeser lemari dari atas truk untuk dipindahkan."Kepada Bapak yang itu," jawabnya sambil melirik seorang pria yang terlihat berdiri diujung teras sambil memainkan ponsel."Ada apa Bunda?" Tanya anak anak saat melihatku geram."Ga apa apa, tunggu di sini sebentar!" Kusuruh anak anak untuk menunggu.Kuhampiri lelaki berkemeja biru muda dan jam tangan mahal itu."Permisi Pak, bapak siapa?""Penyewa baru.""Kalau begitu perkenalkan saya Indira, pemilik resmi rumah ini, pemilik sertifikat dan hak. Saya tidak merasa menyewakan rumah pada siapapun, kamu pergi berlibur dan baru kembali.""Lalu, bukannya Pak Alvin adalah suami ibu?""Iya betul, tapi saya tidak memberinya wewenang untuk menyewakan rumah ini, kami bermukim di sini dan tidak akan pindah ke mana mana.""Kalau begitu bicaralah pada suami ibu, saya hanya tahunya membayar dan pindah.""Harusnya anda konfirmasi dulu ke saya. Rumah ini atas nama say
Read more
61
"Dua puluh juta. Apakah kau bercanda denganku?""Ya, seperti jumlah uang yang kau ambil dariku, kau mengambil semuanya tanpa sisa," jawabnya dari seberang sana tanpa perasaan."Tapi aku mengambil hak anak anak dan mengamankan aset yang ada!""Kau lupa bawa semua aset yang ada serta uang-uang yang terkumpul adalah hasil jerih payah siapa? mengapa kau serakah sekali sampai tidak menyisakan sedikitpun padahal itu juga adalah hakku!""Kalau memang hakmu untuk apa kau berikan atas namaku?""Agar aku bisa mengamankannya serta mengamankan perasaanmu!" jawabnya setengah berteriak.Apa? Mengamankan perasaan Apa gunanya mengamankan perasaanku jika dia akhirnya menghianati dan diam-diam main belakang."Apa gunanya ingin mengamankan perasaanku ketika kau telah beristri lagi. Kau terlambat," jawabku sambil tertawa sinis."Intinya ... ganti saja uang yang kau ambil itu, bayar ganti rugi padanya lalu kau bisa masuk lagi ke rumahmu.""Mana sertifikatku!""Ada sama Mami.""Kenapa ada padanya?""Aku
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status