Semua Bab Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan: Bab 101 - Bab 110
119 Bab
Part 97
Part 97Heri melemparkan ponsel itu, murka. Wajahnya terlihat begitu kesal.Ketiga preman sewaan yang berbadan kekar itu hanya menunduk."Kenapa kalian diam saja?!""Maaf Bos, kami salah ambil. Padahal kami sudah mencarinya tapi tak menemukan ponsel yang lain lagi," sahut seorang pria yang berdiri di tengah menjawab."Iya, Bos, apa yang harus kami lakukan? Apa kami perlu balik lagi kesana dan menggeledahnya lagi!""T*l*l, mereka mungkin sudah tidak adak di sana!""Tapi kami sudah memblokade jalan itu, makanya kami yakin gak ada yang bakalan lewat!""Ah, sudahlah! Lupakan hal itu. Kalian pergilah! Dan jangan tampakkan wajah kalian di hadapanku lagi! Ingat, kalian harus jaga rahasia! Aku akan pesankan tiket ke luar kota untuk kalian!""Lho, katanya ada pekerjaan tambahan lagi, Bos?""Kalian gagal, kenapa minta yang lain? Pergi dengan selamat saja sudah untung!" pungkas Heri lagi."Baik, Bos!""Ingat, jangan sampai berurusan dengan polisi!'"Baik, Bos. Tapi kami butuh tambahan dana! Kal
Baca selengkapnya
Part 98
Part 98"Ada apa, Mariana?"Mariana terkesiap sejenak. Ia teringat ucapan tantenya tadi saat di pusat perbelanjaan, ia harus bersikap sewajarnya seolah tak ada apa-apa.Mariana tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang putih."Itu Om, aku mau pinjam tasnya Tante," sahut Mariana beralasan.Heri mengerutkan keningnya. "Tas?"Mariana mengangguk. "Iya, aku mau ketemu sama teman-teman di cafe.""Bukankah koleksi tasmu lebih banyak dan lebih bagus?""Hmmm iya sih, tapi aku bosan. Sekali-kali aku pengen pake yang model lain seperti milik tante."Meyadari ucapan Mariana, Reni pun mulai bersandiwara, mengikuti permainan sang keponakan."Iya, Ana, masuklah dulu. tante hampir lupa klau kamu mau pinjam tas, padahal kamu sudah bilang pas di jalan pulang," ujar Reni menghampirinya. Ia tersenyum.Tanpa menunggu reaksi dari Heri, Mariana langsung masuk kamar Renni, hal yang jarang ia lakukan sebenarnya, masuk ke kamar orang.Reni mengajak Mariana melihat lemari kacanya yang berisi koleksi tas da
Baca selengkapnya
Part 99
Part 99"Haruskah aku melaporkan ini pada Mas jaya?"Reni menoleh ke arah keponakannya itu. "Kau percaya pada suamimu itu?"Mariana mengendikkan bahunya, ragu."Entahlah.""Sebaiknya jangan, Ana. bukankah dia juga pernah membohongimu? Kalau dia tau takutnya nanti jadi makin runyam.""Apa kita perlu memberi tahu Om Farish, ia kan dekat dengan keluarga kita, dia juga baik selalu membantu--""No, no no, biarpun dekat, dia hanya orang luar, Ana. Tidak. masalah ini tidak boleh sampai ke luar. Bisa-bisa media akan memberitakan hal miring. Ini aib keluarga, tak boleh sampai keluar dulu.""Terus hanya kita saja yang tahu, Tante? Kakek bagaimana?"Reni menggeleng pelan. "Tidak, kasihan kakekmu, sakitnya nanti kambuh lagi. akhir-akhir ini beliau sedang membaik. Kau tahu bukan kakekmu pernah bedrest selama berbulan-bulan, tante tidak mau menambah beban pikirannya di saat usianya sudah senja.""Tapi kita bisa apa, tante? Kita butuh perlindungan. papaku gak mungkin, karena sudah tak punya kekuat
Baca selengkapnya
Part 100
part 100"Daddy, cepat sembuh daddy! Varo sama mommy nunggu daddy di sini."Hana termangu sendiri di tempatnya duduk, seraya memangku Alvaro yang mulai kelelahan dan mengantuk. Hana mengirimkan pesan pada Derry kalau dia sudah berada di Puskesmas. Dia juga mengirim share lokasinya saat ini. Ya, untuk saat ini hanya Pak Derry, satu-satunya orang kepercayaannya, di kala keluarga sang suaminya tak peduli. Ia tak ingin ambil pusing untuk hal itu. "Apa aku perlu menghubungi Ayah? Apa tidak apa-apa kalau ayah mendengar berita ini? Aku takut kondisi ayah, tapi kalau tidak diberi tahu, beliau pasti akan marah." Hana bermonolog sendiri. Wanita itu menatap nanar ke arah Putra. yang masih terbaring. Matanya terpejam sempurna dengan kondisi wajah babak belur. Istirahatnya kali ini tampak nyenyak setelah diberi obat.Tiga jam kkemudian ...Pak Derry dan Pak Jay datang bersama. Mereka terlihat panik."Bagaimana kondisi Tuan, Nyonya?" "Sudah ditangani oleh dokterz tapi masih belum sadar, Pak.
Baca selengkapnya
Part 101
Part 101"Kau harus ...." Ucapan Wijaya mengambang di udara. Ia masih menatap lekat gadis itu."Harus apa?" Yolanda merasa gugup dan salah tingkah."Ehemm! Yolaa!!" teriak suara dari dalam menyadarkan mereka.Yola menoleh sejenak. "Maaf Tuan, sepertinya Tuan Bama membutuhkan saya.""Oh iya, aku akan mengirimu pesan," ucap Wijaya setengah berbisik.Lelaki itu menghela napas kasar usai melihat gadis itu kembali masuk dalam kamar ayah mertuanya.'Aku harus bisa memanfaatkannya.'Teringat lagi beberapa waktu yang lalu mengenai keuarganya yang kini kondisinya makin memprihatinkan. Ibundanya terjerat pinjaman online dan pinjaman bank keliling demi memenuhi kebutuhan hidupnya juga menebus obat sang suami. Sudah dijelaskan sebelumnya di sini, bila Mariana menguasai uang Wijaya. Itulah yang membuat wijaya pusing harus putar otak tiap hari demi keinginan dan tuntutan ibunya. Hingga lelaki itu tak mampu berpikir jernih dan mau saja apa yang diperintahkan oleh Heri. karena Heri menjaminkan ha
Baca selengkapnya
Part 102
Part 102"Tentu saja tidak. Pegang saja kata-kataku!" tandas Wijaya mantap.Mau tak mau Yolanda mengangguk. "kau tinggal melakukannya sesuai rencana saja. kita akan berkomunikasi via handphone. Sekarang kembalilah ke kamarmu. Jangan sampai ada yang tahu tentang rencana ini. Atau kau tahu sendiri akibatnya.""Ya, baiklah."Gadis itupun segera pergi meninggalkan gudang belakang dan kembali ke kamarnya, untunglah hari itu, tak ada yang melihatnya. Begitu juga dengan Wijaya, setelah menyelesaikan misinya ia kembali beristirahat. sesuai perintah dari Heri."Kau dari mana saja, Mas?" tanya mariana saat ia membuka pintu kamar dan mendapati Mariana berdiri di dekat jendela."Aku habis cari angin, di sini gerah," sahut Wijaya sekenanya.Mariana menatapnya penuh selidik. "Gerah? kau tak merasakan AC ini menyala dan udaranya dingin?""Emmh, ya, maksudku aku ingin udara segar di luar ruangan," jawab Wijaya kikuk. "Benarkah? Kau sungguh mencurigakan!" pungkas Mariana."Bener dong, sayang, buat
Baca selengkapnya
Part 103
Part 103Bama terjatuh dari kursi rodanya dan kepalanya terantuk aspal. Darah segar mulai berceceran. Dan seketika itu pandangannya berubah gelap.Sementara itu mobil yang menabraknya langsung tancap gas dan lari meninggalkan Bama yang tergeletak sendirian tanpa pertolongan.Menyadari sang majikan yang belum kembali, Pak Agus segera mengecek keberadaannya. Pria itu sangat terkejut saat melihat sang majiakn tergeletak sendirian dengan kondisi tak berdaya. Sedangkan Yolanda menghilang, entah tak terlihat jejaknya.Gegas ia membawanya ke rumah sakit terdekat dan langsung memberi tahu Mariana.***Dering ponsel Mariana berbunyi, wanita yang tengah duduk bersantai di ruang tamu itu segera menatap layar ponselnya.Melihat nama sang sopir tertera di sana, ia pun segera menerima panggilan itu."Hallo, ada apa, Pak Agus?" tanya Mariana to the points.""Hallo Non, Tuan ..." jawab Pak Agus sedikit ragu."Kenapa dengan ayah?""Tuan mengalami kecelakaan tabrak lari, Non. Sekarang Tuan Bama sudah
Baca selengkapnya
Part 104
Part 104"Iya, Mas Bama meninggal karena kecelakaan. Tabrak lari."Untuk beberapa saat Putra tak bisa berpikir dengan jernih. Ia benar-benar shock dengan apa yang terjadi pada keluarganya. Kejadian ini begitu cepat, padahal ia belum pulih betul.Tampak embun tebal menggenang di pelupuk mata.Hana ikut merasakan kesedihan yang sama. Putra terduduk di lantai. 'Ayah, Mas Bama ...' lirihnya dalam hati.Hana mengisik bahu suaminya, memberikannya ketenangan. Wanita itupun mengangguk dan berusaha memberikan semangat untuk sang suami."A, harus kuat ya! Aku yakin A Putra pasti kuat menghadapi ini semua. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan kita. Kita bisa bersabar dan jalani ini semua dengan pasrah dan tetap berdoa. Ayo A, bangun! Mulai sekarang Aa harus sehat dan semangat lagi, kami semua membutuhkanmu."Mendengar ucapan Hana membuat setitik cahaya kesejukan menelusup ke dalam hatinya. "Baiklah, Hana. Terima kasih sudah menyadarkanku dan menguatkanku kembali."Putra b
Baca selengkapnya
Part 105
Part 105Yolanda merasa kesal dengan ucapan salah satu preman yang mengejeknya.'Ck! Apa benar yang mereka katakan? Kalau begitu lebih baik aku kabur saja dari sini. Aku punya uang, aku bisa pergi. Ya, pergi.' Yolanda menunggu para preman itu pergi dan tak mengawasinya lagi. Ia pun berjalan ke arah belakang. Menoleh ke kanan dan kiri berharap tak ada yang tahu. Namun sayang, sampai di pintu belakang, ia tak bisa membuka handlenya."Kenapa susah sekali sih!" gerutunya sendiri.Saat ia berbalik, rupanya salah seorang pria sudah berdiri tak jauh darinya."Hahaha, ternyata kelinci kecil mau coba kabur ya? Tak semudah itu kau bisa keluar dari sini!" tandasnya seraya menatap tajam ke arah Yolanda. "Bos sudah menugaskan kami untuk menjagamu di sini Seketika Yolanda tertunduk. "Aku hanya laper, Om, pengin makan dan jajan. Masak aku gak boleh keluar?" elak Yola lagi."Kau lapar?""Iya.""Kau tunggu di sini dan jangan kemana-mana."Yolanda mengangguk. Dan secara terpaksa, gadis itu kembali k
Baca selengkapnya
Part 106
Part 106 Wijaya tertawa mendengar perkataan Yolanda. "Kenapa Tuan tertawa? Saya serius Tuan, saya tidak mau tinggal di sini. Tolong berikan saya tempat tinggal yang lebih layak.""Hmmm ... Iya baiklah kalau itu yang kau inginkan tapi dengan satu syarat. Kau harus menurut padaku, Cantik!""Pasti Tuan, saya akan menurutinya. Saya akan lakukan apapun perintah, Tuan." "Oke aku pegang kata-katamu."Wijaya memberitahu anak buahnya yang lain untuk segera mengantar Yolanda ke suatu tempat.Mendengar hal itu, Yolanda tersenyum karena ia akan terbebas dari tempat kumuh itu."Ah, yang penting aku keluar dulu dari sini, hal selanjutnya akan kupikirkan nanti," batinnya.Gadis itu masuk ke dalam mobil Wijaya. Begitu pula dengan Wijaya. Ia menatap gadis itu sejenak. "Kau sudah siap?""Yolanda mengangguk.""Kalau kau sudah memilih untuk ikut denganku, maka tidak ada jalan untuk kembali."Mobil Wijaya melaju dengan kecepatan kencang. Kendaraan roda empat itu tengah menyusuri jalanan malam. Wijaya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status