Semua Bab Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan: Bab 91 - Bab 100
119 Bab
Part 87
Part 87Sementara itu, di rumah besar Sasya."Woi, ngapain lu pada bengong! Cepat bangun!" "Ba-baik, Nyonya!"Dua pria berbadan kekar itu segera beranjak. "Kenapa sih bisa membiarkan Putra lari?'' tanya Sasya kemudian seraya memegangi pergelangan tangannya."Anu, Non, Tuan kabur. Tadi ada yang tiba-tiba datang menolongnya.""Sial!""Dasar penjaga amatiran! Menahan satu orang saja kalian tidak becus! huh! Preman macam apa kalian ini! badan doang yang gede! tenaga kayak banci!" seru Sasya dengan geram. Wanita itupun segera berlalu kembali ke dalam kamarnya.Sasya merenung sendiri di kamar, padahal sebentar lagi Putra kembali jadi miliknya, tapi lagi-lagi hal itu seperti sebuah kemustahilan."Arrgghh! Apa yang harus kulakukan? Putra pasti akan melaporkanku ke polisi lagi! Pria itu begitu kejam pada mantan istrinya sendiri! Huh!" gerutu Sasya.*** Pagi-pagi sekali sebelum berangkat ke kantor, Derry datang ke rumah besar Mahesa untuk menemui sang majikan pertamanya.Derry melaporkan kej
Baca selengkapnya
Part 88
Part 88Putra mengangguk canggung mendengar ucapan ayahnya. "Ayah merindukan kalian, Nak. Di rumah sepi sekali, tak ada tawa dan tangis Alvaro. Terlebih setelah iniden kecelakaan yang dialami Bama. Apa kalian gak ada rencana untuk tinggal di rumah lagi?" tanya Mahesa kembali, penuh haràp."Tidak, Ayah. Maafkan kami. Dari awal lami udah bilang sama ayah kalau ingin hidup berama keluarga kecil kami, apalagi karena sebelumnya beberapa orang disana tak menyukai Hana. Aku tidak mau ambil resiko, Yah! Aku tidak ingin istriku dipermalukan. Jadi biarkan kami tinggal di sini saja."Mahesa menganggukkan kepalanya pelan, ia memang sangat rindu pada anak dan juga cucunya, tapi ia tetap menghormati keputusan anak bungsunya itu. Yang ingin tinggal bersama keluarga kecilnya.Hana berlalu ke dapur untuk membuatkan cemilan juga teh manis untuk suami, mertua sekaligus Derry."Silakan diminum dulu, tehnya, Ayah.""Iya, terima kasih, Nak."Mahesa menyesap teh manis itu sejenak."Bagaimana dengan kandun
Baca selengkapnya
Part 89
Part 89"Ah, kamu benar. Mendengar ucapanmu, aku seolah mendapatkan semangat baru."Hana tersenyum menanggapinya. "Melihatmu tersenyum seperti ini membuatku jadi pengin manggis.""Manggis? Buah manggis, A? Manis, asam, enak sih, tapi belum musim, A. Gak ada di pasar, belum ada yang jualan.""Bukan itu sayang ...""Terus?""Mang-gis, aku makin sayang karena kamu makin manis."Seketika Hana terkekeh. Lalu memegangi dahu sang suami sejenak. "Normal kok!" celetuk Hana dengan ekspresi yang menggemaskan.Putra tersenyum seraya menatap mata Hana dalam-dalam. Lelaki itu justru meraih tangan istrinya, lalu dikecupnya telapak tangan sang istri dengan lembut dan penuh kehangatan membuat desir halus di hati Hana."Tumben A, ngerayu terus. Lagi kenapa sih?""Karena istriku cantik," jawab Putra dengan lugas."Hahaha." Kali ini Hana tertawa lepas. "Padahal dulu kayak kulkas sepuluh pintu. Dingin banget! Bisa-bisanya sekarang jadi begini ...""Karena aku bertemu denganmu. Seseorang akan berubah lebi
Baca selengkapnya
Part 90
Part 90Klontang! terdengar suara benda terjatuh di dapur, Wijaya yang masih terjaga segera memeriksanya. Ia melihat Yolanda menumpahkan beberapa wadah makanan."Apa yang sedang kau lakukan malam-malam begini di dapur?" tanya Wijaya dengan heran, ia mengernyitkan keningnya melihat perawat sang ayah mertua.Yolanda terkejut melihatnya. Ia buru-buru memungut rantang yang kosong itu. "Tu-an, maaf saya---""Kau sedang cari makanan? Apa kamu kelaparan?"Dengan sangat terpaksa Yolanda mengangguk."Astaga! Apa kau belum makan malam?"Yolanda menggeleng lagi. "Tadi saya sibuk merawat Tuan Bama, eh saya malah ikut ketiduran, dan lupa makan malam. Maafkan saya sudah mengganggu, Tuan."Wijaya masih memperhatikan gadis itu yang menunduk. Lalu beralih menatap jam bundar yang bertengger di dinding, waktu sudah hampir tengah malam, tepatnya pukul 23.55 WIB.Wijaya berjalan mendekat lalu mengambil sebungkus roti di lemari penyimpanan."Ini makan saja, buat ganjal perutmu."Yolanda menerima roti itu
Baca selengkapnya
Part 91
Part 91"Gimana, Om? Uang dan shopping kan emang sudah kebutuhan wanita."Bama menghela napas dalam-dalam. "Ya, ya, nanti aku usaha. Tapi ingat, Yola, jangan lakukan apapun yang bisa membuatmu rugi."Yolanda mengangguk dan tersenyum penuh kemenangan."Yola, tolong buatkan aku teh manis. Rasanya aku ingin menikmati teh hari ini.""Baik, Om. Aku akan buatin teh spesial buat Om. Tapi Om di sini saja ya.""Heemmm ..."Yolanda menarik kursi roda Bama agar meneduh ke tepi. Gadis itupun segera masuk ke dapur, berjalan melewati Wijaya yang tengah duduk di bibir kolam renang. Yolanda tersenyum lagi. Aku akan buatkan teh juga buat Tuan Wijaya. Di dapur, Yolanda dengan cekatan membuatkan teh manis sebanyak dua gelas, tak lupa mengambil beberapa cemilan untuk Bama. Dua buah teh manis dan sepiring kudapan ia bawa dengan baki. Saampai mendekati kolam, Yolanda berjalan menghampiri Wijaya. "Maaf Tuan, aku bawakan teh manis hangat untukmu." Suara Yola agak keras. Wijaya menoleh, ia pun tersenyum d
Baca selengkapnya
Part 92
Part 92Farish tertawa mendengarnya. "Ya, ya, baiklah. Aku tunggu kedatanganmu kembali setelah berlibur.""Hmmm.""Berapa hari kau di sana?"Putra melirik ke arah Hana. "Mungkin satu minggu, bisa juga lebih, tergantung kemauan istriku.""Wow ... ya sudah kalau begitu. Titip salam buat keluarga kalian di kampung ya!""Iya, Farish. Kami permisi dulu. Ayo, Sayang!" ajak Putra.Farish menatap mereka sejenak. Ia memotret mereka dari belakang, lalu segera mengabarkan masalah ini pada Sasya. Tapi sayangnya, nomor Sasya tidak aktif.Mobil yang dikendarai Putra mulai melaju, membelah jalan raya. Kondisi jalanan ramai lancar. Sebelum benar-benar pulang ke kampung halaman, ia akan ke rumah utama dulu untuk berpamitan pada sang ayah."Aa kenapa tadi ketus sama dia?""Siapa? Farish?""Iya.""Ya, dia itu berbahaya, Sayang. Memang terlihatnya baik dan ramah di depan. Tapi dia tak sebaik yang kamu kira, lebih tepatnya seperti serigala berbulu domba.""Oh.""Ya. Apa kau tidak tahu? Dia tidak punya pe
Baca selengkapnya
Part 93
Part 93"Tunggu!" Putra segera berbalik dan melihat sang kakak berjalan ke arahnya. Reni hendak pergi menghampiri mereka tapi langkahnya segera dicegah oleh sang suami. Heri langsung merangkul Reni seakan tak memperbolehkan wanita itu berbicara pada adiknya sendiri."Ada apa, Mbak?" tanya Putra setengah berteriak."Kalian hati-hati di jalan!" seru Heri seraya melambaikan tangannya. Ia tersenyum lebar. Putra hanya mengangguk lalu membalas lambaian tangannya. Ia sempat melihat ekspresi sang kakak senyum terpaksa.Putra masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan mobil dengan pelan. Hingga mobil mereka keluar dari rumah besar ini, menyusuri jalanan kota yang ramai, menuju ke kota tujuan.Heri mengeratkan pelukannya pada Reni hingga wanita itu tak berkutik."Jangan sekali-kali kau coba bicara pada Putra! Ingat perjanjian kita, Sayang!" bisiknya di telinga penuh intimidasi. "Ayo kita masuk, Sayang. Sekarang kau sudah benar-benar ada dalam genggamanku!" lanjut Heri lagi, cukup membuat Reni
Baca selengkapnya
Part 94
Part 94"Diam! Kalau kau masih ingin melihat ayah kesayanganmu hidup!" Reni shock berat apalagi mendengar ayahnya disebut-sebut. Mata Reni membulat mendengar bentakan orang yang sangat dia cintai. Menikah dengannya sudah 15 tahun yang lalu. Tapi ia tetap setia meski tak ada buah hati diantara mereka. Entah apa yang membuat sikap Heri berubah drastis tak seperti dulu lagi. Kali ini sikap sang suami benar-benar keterlaluan."Bagus, tetaplah seperti ini baby! Jadilah kelinci kecil yang penurut kalau kau masih mau hidup bersamaku."Reni mencoba berontak, mengibaskan tangan sang suami dari wajahnya. Dia langsung berlalu dan hendak meraih ponselnya, tapi sayang, ponsel itu langsung direbut oleh Heri. "Apapun yang kau lakukan, pesan atau apapun itu, aku sudah menyadapnya. Jadi kau tak bisa bersikap macam-macam lagi! Mengerti?!""Kau jahat sekali, Mas! Keluargaku salah apa terhadapmu?! Padahal aku selalu menuruti keinginanmu! Kau minta modal, ayah selalu mengabulkannya, kau juga hidup enak
Baca selengkapnya
Part 95
Part 95 "Tidaakk, A Putraaa ...!" Hana berteriak dalam hati, ia tak mampu bersuara, hanya bisa menutup mulutnya sendiri seraya menangis. Butiran bening itu jatuh berderaian di pipi.Shock tentu saja, karena tak ada yang bisa ia lakukan. Terlebih preman-preman itu menghajarnya habis-habisan. Seolah tanpa ampun.Hana mencari sesuatu dalam mobilnya, Apa yang harus dia lakukan untuk menolong sang suami? Namun dalam kondisi terjepit, ia tak bisa berpikir dengan jernih. Rasa panik dan takut menguasai hatinya. Ponsel dan semua barang yang berharga sudah dirampas para preman itu. Preman yang sengaja menyembunyikan wajahnya dibalik masker warna hitam.Entah kenapa dengan hari ini, musibah dan kesialan menimpanya di saat ia akan pulang kampung. Di siang hari yang panasnya begitu terik, tapi naas menimpanya. Ya, karena jalanan siang itu begitu sepi tak ada lalu lalang kendaraan. Lokasinya pun sudah jauh dari pusat kota."Kenapa tak ada kendaraan yang lewat sama sekali?" lirih Hana.Panik, tak
Baca selengkapnya
Part 96
Part 96"Lapor, Bos! Kami sudah lakukan sesuai yang bos inginkan!""Bagaimana kondisinya?""Sekarat, Bos, mungkin hampir mati!""Kubilang jangan sampe mati! Harus disiksa pelan-pelan!""Iya, Bos. Sudah sesuai dengan keinginan Anda!""Hahaha ... Bagus, baguss! Gak sia-sia aku sewa kalian! Datanglah ke lokasi ini, ada pekerjaan tambahan untuk kalian! Aku akan kirimkan alamatnya!""Sekarang, Bos?""Ya sekarang, masa lebaran kuda!!" tukas lelaki itu emosi."Baik, Bos. Kami akan segera dataang!" Pria itu mematikan ponselnya dan memberi aba-aba pada rekan yang lain untuk pergi setelah membuat kekacauan."Cabut! Cabut! Bos sudah menunggu!"Mereka saling menganggukkan kepala dan masuk kembali ke mobil meninggalkan Putra yang tergeletak tak berdaya.Sementara itu ...Di ruangan yang cukup gelap, pencahayaan didapat dari ventilasi jendela. Tirai ditutup dengan sempurna meski siang hari. Padahal matahari di luar sangat terik.Pria itu menyeringai, tersenyum penuh kemenangan. Ia bangkit dari ku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status