Semua Bab GAIRAH YANG TERTAHAN: Bab 81 - Bab 90
164 Bab
BAB 81 Bukan yang Kuinginkan
Mataku terasa panas, berlinang sudah air mataku saat mendengar satu kalimat yang entah kapan terakhir kali aku mendengarnya. Karena kalimat itu adalah kalimat ajaib yang selalu ditanyakan Ayah atau Ibuku. Aku tidak pernah berkeluh kesah tentang bagaimana sulitnya hari yang aku jalani, tetapi setiap mendengar kalimat itu, selalu sukses membuat aku menitikkan air mata bahkan sebelum aku menjawabnya."Kenapa?" tanyaku sekuat tenaga membendung air mata."Kamu, baik-baik saja?"Aku langsung menutup mukaku dengan kedua tanganku karena air mata sudah tidak bisa terbendung lagi. Aku menangis dan aku tidak ingin terlihat menyedihkan oleh orang lain.Kisah hidup, terlebih kisah rumah tanggaku sudah diketahui oleh Pak Anggara, tetapi rasanya masih amat membuat aku malu jika aku ingat-ingat kembali, karena aku begitu menyedihkan."Aku ..., aku baik, aku baik-baik saja," jawabku tersedu-sedu tanpa aku menurunkan tanganku.Lalu, aku merasakan punggung Pak Anggara menempel di punggungku. "Aku tidak
Baca selengkapnya
BAB 82 Mengemas
"Tanpa terus diingetin juga aku tau, Mbak. Mendingan sekarang Mbak pilih aja mau pakai baju aku yang mana? Aku mau berbenah dan membereskan baju-baju aku sendirian."Mbak Dyan langsung beranjak dan mendekat padaku. "Mana baju kamu yang mahal. Yang bermerk. Karena di pesta itu pasti bukan dari pada kalangan biasa-biasa aja, kan? Aku harus bisa menyetarakan diri. Biar Rendi juga nggak mau punya istri aku.""Semua pakaian yang aku gantung itu bermerek, aku beli saat aku sudah kembali bekerja.""Yang di dalam kotak itu apa?"Mendengar pertanyaan itu, aku segera mengambil kotak hadiah dari Pak Anggara. Aku tidak ingin Mbak Dyan melihat dress yang akan aku pakai malam nanti. Bisa-bisa dia akan merengek meminta aku meminjamkan baju yang khusus dibelikan untuk pesta oleh Pak Anggara. Di tambah di dalamnya juga ada lingerie yang satu paket untuk digunakan. Karena dress yang aku pakai cukup terbuka di bagian belakang meskipun dibagian depannya tertutup."Ini rahasia dan Mbak Dyan nggak perlu ta
Baca selengkapnya
BAB 83 Adegan dalam Kamar Mandi
Aku pun keluar dari rumah, dalam pikiranku Pak Anggara yang menjemputku, nyatanya aku lupa jika suami dan maduku juga akan ikut ke acara yang sama. Dan Pak Anggara sudah mengirimkan pesan bahwa kita akan bertemu di acara nanti."Kamu cantik sekali, Tiana," puji Mas Rendi untuk kedua kalinya dalam hidupku setelah kami menikah.Apakah aku secantik itu sampai Mas Rendi yang tidak pernah memujiku saja, mendadak mengatakan jika aku cantik sekali malam ini. Entah mengapa memang aku merasa tidak ingin kalah dengan tokoh utamanya nanti yang sedang berulang tahun, khususnya di hadapan Pak Anggara."Wah, langka sekali Mas Rendi memujiku. Hari-hari biasanya memang aku biasa saja ya, Mas. Tidak terlihat cantik.""Bukan begitu maksud, Sayang. Pokoknya kamu cantik, lebih cantik saja dari biasanya.""Iya, makasih. Ayo kita berangkat.""Tunggu," cegah Mbak Dyan yang terlihat tidak senang dengan penampilanku yang padahal dipuji cantik oleh Mas Rendi. "Kok kemarin pas aku mau pinjam baju kamu, aku gak
Baca selengkapnya
BAB 84 Merasa Terbodohi
"Kita tidak keluar?" tanya Pak Anggara dengan berbisik padaku."Kenapa keluar? Aku belum menghukummu, kan?"Ceklek!Terdengar suara pintu kamar terbuka dan langkah kaki mendekat. "Kak Gara, kamu ada di dalam?"Segera saja aku memeluk dia sambil menciumnya dengan penuh gairah. Entahlah aku sepertinya mendapatkan kenikmatan lain saat melakukan hal seperti ini dengan sembunyi-sembunyi.Sama hal denganku, Pak Anggara sama sekali tidak menghiraukan suara dari luar. Ia malah makin menikmati apa yang kita lakukan. Tangannya tak tinggal diam dan meraba daerah-daerah sensitifku. Pak Anggara bahkan mengangkat dress-nya, ia juga melepaskan lingerie yang aku pakai."Tunggu, aku yang akan menghukummu, kenapa kamu yang membuka lingerie-ku?""Apa bedanya? Nikmatilah ini," ucap Pak Anggara langsung membalikkan badanku hingga aku menghadap ke kaca dan berpegangan pada wastafel. Benda keras miliknya, ia mainkan dan gesekan padaku. Membuat aku semakin menegang dan tidak sabar untuk segera dimasuki saja
Baca selengkapnya
BAB 85 Lingerie
Aku rasa wajar rasanya jika aku merasa terkhianati dengan semua yang sudah terjadi. Semua yang Pak Anggara katakan seolah tidak bisa ia buktikan dengan pertunangan yang sudah terjadi tadi di depan mataku pula.Pantas saja jika saat itu ia melarang aku untuk datang atas undangan Evelyn, mungkin ia ingin menyembunyikan pertunangannya dariku. Namun kenapa dia tiba-tiba membelikan aku baju untuk aku pakai sekarang, jika pada akhirnya pertunangan itu tetap saja berlangsung. Selain perasaanku yang terluka, aku juga merasa harga diriku turut terinjak-injak karena Pak Anggara yang sama sekali tidak mengkhawatirkan perasaanku. Inikah janji pernikahan yang akan ia realisasikan? Bukan denganku tetapi dengan Evelyn? Sungguh tega sekali. Pada akhirnya aku tidak berakhir dengan siapa-siapa. Begini kah akhir dari kisah percintaanku?Waktu terus berlalu, sulit rasanya aku memejamkan mataku untuk beristirahat. Setiap kali mataku terpejam, aku langsung membayangkan pesta pertunangan yang berkedok pes
Baca selengkapnya
BAB 86 Pembahasan
Esok harinya setelah membelikan aku sarapan, Mas Rendi sudah berpamitan untuk pulang karena Ibu sudah menyuruhnya pulang, karena Mas Rendi juga pergi tanpa pamit semalam sudah terlalu larut.Sekarang aku sendirian di rumah yang cukup besar. Aku tengok kanan dan kiri masih kosong sehingga terasa sekali leganya. Padahal jika sudah diisi berbagai furniture pasti akan pas, tidak begitu sempit dan tidak terlalu luas juga untuk aku yang akan lebih sering tinggal sendirian.Sekitar satu jam setelah Mas Rendi pulang, aku mendengar ada suara mobil dari depan, yang jelas itu bukan suara mobil Mas Rendi. Siapa lagi kalau bukan Pak Anggara yang datang bisa kapanpun sesuka hati dia tanpa bisa aku prediksi.Aku segera berlari untuk menutup pintu yang sedikit terbuka. Maklum lah, aku sudah terlalu biasa jika dipagi hari aku biarkan pintu terbuka sebentar agar siklus udara bisa tetap terjaga di dalam rumah."Tiana, buka pintunya. Aku ingin berbicara sama kamu," pinta Pak Anggara yang melihat aku terb
Baca selengkapnya
BAB 87 Sebuah Perhatian
Aku hanya tersenyum, karena tidak mungkin juga aku mengatakan apa yang aku lakukan juga di belakang Mas Rendi. Itu menandakan bahwa aku sama saja dan tidak ada bedanya jika orang lain hanya tahu tanpa mendengar alasanku."Aku tidak pernah menyesal dengan semua yang sudah terjadi. Hanya terkadang menyesalkan saja kenapa semua harus seperti sekarang. Padahal hal-hal seperti ini tidak pernah aku bayangkan sebelumnya akan terjadi. Tapi semua kembali pada takdir. Kita tidak bisa menolaknya.""Aku yakin, kita juga berhak bahagia. Seberapa banyak pun kesulitan yang sudah kita lakukan, selalu ada jalan keluar lain. Aku juga tidak menyesal, hanya jika dipikir ulang kenapa aku sampai mau jadi selingkuhan istri orang. Yang padahal aku juga bisa mendapatkan seorang gadis."Apa?Jika dipikir ulang, posisi Yoga sekarang adalah posisi Pak Anggara. Ia berhubungan dengan istri orang lain bahkan sampai hamil dan diakui sebagai anak dari suami bukan darinya.Dan sekarang Yoga bilang seperti itu. Karena
Baca selengkapnya
BAB 88 Seolah Sendiri
"Aku sudah periksakan kesehatan aku, kok. Dan baik-baik saja. Mungkin memang belum waktunya. Aku juga masih santai belum terburu-buru ingin mempunyai anak," jawabku dengan halus menolak kebaikan dari Evelyn. Aku tidak ingin memperpanjang urusanku dengannya."Bagaimana dengan suami kamu? Dia juga udah periksa?""Evelyn, maaf sebelumnya. Aku menghargai sekali kebaikan kamu dengan segala perhatian yang kamu berikan. Tapi ini urusan rumah tanggaku, biar aku saja yang tangani.""Ah, ya. Memang betul. Tapi kamu jangan berpikiran yang aneh. Aku memang bukan orang yang suka ikut campur, hanya saja karena kamu dekat dengan tunanganku jadinya aku juga ingin begitu, aku ingin dekat dengan siapapun yang dekat dengan tunanganku."Aku hanya mengangguk. "Ayo keluar. Yang lain pasti nunggu.""Ayo. Oh ya, kamu nyaman kan tidur di kasur itu?""Ha?""I mean, karena kasur ini aku yang pilihkan jadi aku mau tanya pendapat kamu saja.""Kamu yang pilihkan?" Aku mengerutkan keningku. Karena yang aku tahu kas
Baca selengkapnya
BAB 89 Mencari Solusi
"Sayang, sayang, kenapa bicara seperti itu," tanya Mas Rendi yang langsung mendekat padaku seolah merasa bersalah. Entah bersalah karena sedari tadi hanya diam saja, atau merasa bersalah karena diam-diam bermain belakang bersama Mbak Dyan.Rasanya aku sudah sama sekali sulit untuk bisa bersikap manis di depan Mas Rendi. Sikap manja yang selalu aku tunjukkan karena aku bergantung padanya, sepenuhnya telah tiada. Bagiku, Mas Rendi sudah bukan lagi 'rumah' untukku. Dan pada akhirnya, kini aku sudah muak dengan semua yang terjadi. Aku sudah ingin segera mengakhiri semuanya, secepatnya! Entah nanti pada akhirnya aku akan bagaimana, yang terpenting aku selesaikan segala keterikatan aku dengan Mas Rendi."Mas, tau kalau Mas dan Dyan sudah melakukan kesalahan di belakang kamu. Sekarang Mas minta maaf.""Sekarang minta maaf? Karena Mas tau kalau kelakuan Mas ketauan? Kalau aku tidak tau, perselingkuhan kalian di belakang aku tidak akan Mas mengakui dan meminta maaf? Sudah, Mas.""Sudah apa? K
Baca selengkapnya
BAB 90 Bercerita
"Berbeda?" tanyaku yang masih bingung karena aku memang sedang tidak fokus."Ya, hubungan renggang karena alasan apapun, lalu menghadirkan orang ketiga karena kerenggangan itu yang membuat jauh dari pasangan sehingga secara alaminya membuat orang ketiga terasa diundang pada hubungan kalian. Atau, kehadiran orang ketiga lah yang menjadi alasan utama hubungan kalian berdua menjadi renggang. Coba kamu pikirkan lagi."Aku terdiam sejenak dan mencoba memikirkan hal yang dikatakan oleh Pak Hans."Saya dan istri saya sama-sama memiliki prinsip, kesalahan apapun akan saling memaafkan kecuali perselingkuhan atau hadirnya orang ketiga. Yang itu artinya jika hubungan baik-baik saja tetapi salah satu diantara kalian malah mengundang orang ketiga, itu sudah tidak termaafkan. Sejatinya selingkuh itu bukanlah kekhilafan, karena butuh effort untuk melakukannya. Salah satunya adalah kebohongan. Menutupi fakta dengan berbohong. Bukankah itu menjadi awal dan akar hubungan yang tidak sehat nantinya jika
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status