Semua Bab Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan: Bab 131 - Bab 140
317 Bab
BAB 131 : Bukan Pencuri
“Mata lu kemana?” hardik wanita itu lagi.“Kenapa kamu melotot, heh?!” Wanita itu kembali berkata kasar lalu berkacak pinggang, tatkala melihat Aruna yang menatap balik tidak terima.“Anda yang nabrak saya, Mbak,” kata Aruna tetap mengutamakan ketenangan.Teman wanita itu lalu maju dan memandang Aruna dari atas hingga ke bawah lalu mendecih. “Kamu ke sini apa benar mau beli, atau berniat lain?”“Apa maksud Anda?” Kening Aruna mengernyit.“Eh, lu bener Din,” tukas wanita yang berkacak pinggang. “Ni cewek kagak keliatan mampu buat belanja di sini.”“Apa maksud kalian?”“Mbak! Sini mbak!” panggil wanita yang berkacak pinggang pada pramuniaga yang berjaga tidak jauh dari mereka.Perempuan berseragam itu langsung menghampiri dengan senyuman manis di wajahnya.“Iya kak, ada yang bisa saya bantu?”&ldqu
Baca selengkapnya
BAB 132 : Wanitanya
Sontak semua yang ada di area itu menolehkan kepalanya ke asal suara. “Siapa kamu!” sentak Bella kesal sembari berbalik. Namun saat melihat sosok jangkung dengan setelan jas coklat gelap berdiri dengan aura intimidatif nya itu, ia seketika terperangah. Tak ayal dengan Dini, matanya membelalak lebar melihat makhluk jelmaan dewa itu di dekat pintu gerai. Pria gagah nan tampan itu diikuti beberapa orang di belakangnya. “Siapa--” Kalimat sang manager terpotong tatkala dari belakang pria tinggi dan tampan itu, maju seseorang dengan kacamata dan wajah seriusnya. “Pa-pak.. Fathan??” Manager itu mengenali Fathan. Tidak ada yang tidak mengenali tangan kanan sang Bos Besar pemilik plaza termegah di ibukota ini. Fathan adalah orang yang memang sering mewakili sang Bos Besar pada pertemuan jajaran atas di management Amerta. “Apa yang kamu lakukan? Suruh bawahanmu melepaskan tangannya dari nona Aruna!” ujar Fathan dingin disertai tatapan tajam pada sang manager. Sang manager menatap gugu
Baca selengkapnya
BAB 133 : Panggilan Masalah
“Ini semua yang dilaporkan oleh orang-orang kita, Tuan Besar.” Dananjaya Tua menggeretakkan giginya. Ia lalu mengempas lembaran foto-foto di tangannya ke atas meja, namun karena kuatnya empasan itu, membuat beberapa lembar foto terserak jatuh ke atas karpet tebal yang melapisi ruang kerja besar di mansion milik Dananjaya. Sang asisten --Nuh, memberi kode pada seorang pelayan yang berdiri di dekat pintu. Sang pelayan pun tergopoh menghampiri dan tanpa disuruh dua kali, pelayan itu membungkuk dan memunguti foto-foto yang berserakan. Tanpa berani menaikkan wajah, pelayan itu meletakkan dengan hati-hati semua foto yang ia pungut dari bawah, ke atas meja kerja Dananjaya kembali. Setelahnya ia segera kembali ke tempatnya berdiri mematung. “Beraninya anak bodoh itu terang-terangan mempertontonkan ini!” geram Dananjaya sambil mencengkeram ujung pegangan kursi. “Apalagi yang anak itu lakukan di Amerta?” Nuh mendekat lalu meneruskan laporannya. “Setelah membelanjakan banyak barang pada
Baca selengkapnya
BAB 134 : Berdua Dengan Ardiya
Aruna bergegas menghampiri satu orang pria yang berdiri di samping seorang pria yang menelungkupkan kepala di atas meja dekat sebuah kolam. Ia tiba di cafe sesuai petunjuk dari nomor asing yang meneleponnya. “Diya?” panggil Aruna sambil menepuk bahu pria yang menelungkupkan kepalanya di atas meja itu. Tidak mendapat jawaban, Aruna beralih pada pria yang berdiri di samping. “Apa yang terjadi Pak?” “Orang ini mabuk dan membuat sedikit keributan dengan pengunjung kafe lainnya. Untungnya tidak terjadi luka-luka. Tapi ada beberapa kerusakan. Saya harap nona bisa sekaligus mengurusnya,” jawab pria itu sedikit kesal. “Bagaimana teman saya ini bisa mabuk? Apa di kafe ini ada minuman beralkohol?” Aruna menatap pria itu dengan mata terpicing. “Ya. Kami memang menyediakan minuman tertentu atas pesanan konsumen sendiri. Jangan memandang saya seperti itu Nona, kafe ini memiliki izin untuk minuman beralkohol,” ujar pria itu dengan raut muka tidak suka. “Astaga…” keluh Aruna. Ia menatap Ardiya
Baca selengkapnya
BAB 135 : Kiriman Yang Mengganggu
“Ya.. Bram telah ditunangkan dengan seorang nona dari keluarga kaya. Apa kau tidak tau itu?” Ardiya memandang Aruna dengan prihatin. Melihat Aruna terdiam, Ardiya melanjutkan. “See? Bahkan dia tidak bicara jujur tentang itu. Tuan Besar Dananjaya --ah maksudku, kakekku itu bahkan telah mengatur acara lamaran di minggu depan.” “A-apa?” Terasa ada yang menusuk hati Aruna. Tak dipungkiri, ia merasakan rasa sakit itu. “Runaa…” Ardiya terdengar merajuk. Ia setengah memutar tubuh agar bisa menghadap Aruna yang duduk di balik kemudi. “Tolong dengarkan aku… tinggalkan dia…” “Aku.. aku akan bicara padanya nanti,” jawab Aruna ragu. Ya, ia sendiri tidak yakin dengan kalimat yang ia ucapkan itu. Setelah dirinya dipanggil Sang Tuan Besar tadi siang, lalu mendengar berita acara lamaran Brahmana pada nona dari keluarga kaya, rasanya lebih dari cukup untuk membuat dirinya lemas tak berdaya. “Diya--” “Tolong,” sela Ardiya memohon. “Kau adalah temanku yang aku anggap paling dekat. Aku tidak ingin
Baca selengkapnya
BAB 136 : Amarah Brahmana
BRAK! Fathan terlonjak kaget. “Tuan? Ada apa?” Ia bertanya pada Brahmana yang menggebrak meja tiba-tiba. Bukannya menjawab, Brahmana langsung berdiri dari kursi kebesarannya. “Reschedule meeting dengan delegasi Korea!” ujarnya sembari melalui Fathan. “Tapi Tuan--” “Lakukan saja perintah saya!” bentak Brahmana membuat Fathan terhenyak. “Ba-baik Tuan.” Ia ikut berbalik dan mengekori sang Bos Besar yang melangkah gusar. Brahmana memang tidak berlari. Namun langkah lebar dan cepatnya, menyatakan betapa CEO Dananjaya Group itu tergesa. Fathan jelas yakin, sesuatu pasti terjadi. Dan itu adalah tentang Aruna. “Cari dan lakukan apapun untuk mengetahui lokasi Aruna sekarang. Lakukan juga pengecekan rekaman semua CCTV di jalan dimulai dari tempat saya.” Brahmana mengeluarkan perintah. Intuisi Fathan memang benar. Ia pun segera mengangguk cepat. “Baik Tuan.” Brahmana masuk ke dalam lift khusus setelah Fathan menekan tombol buka. “Fathan.” Ia berbalik. Tatapannya terhunus kuat pada sa
Baca selengkapnya
BAB 137 : Menjaga Kepercayaan
Bentley Mulsanne milik Brahmana itu berhenti di tepi jalan satu daerah di pinggiran kota. Brahmana sengaja membawa Aruna ke suatu tempat untuk mereka menenangkan diri dan bicara. Ia bukan tipe pria yang senang menunda penyelesaian masalah. Terutama ketika hati dan pikiran Brahmana menjadi berantakan karenanya. Mereka saling berdiam untuk beberapa saat, meski mobil itu telah berhenti beberapa menit lalu. “Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu?” Brahmana membuka percakapan. Suaranya terdengar lebih berat dari biasanya. Aruna tahu, Brahmana tengah menahan sesuatu dalam dirinya. Namun ia bungkam, dengan jemarinya yang saling meremas. Ia bukan gelisah karena merasa bersalah. Ia juga memiliki amarah yang menyala dalam dadanya, karena Brahmana tidak mengatakan apapun tentang rencana lamaran itu. Bagaimana dengan dirinya? Apakah Brahmana hanya bermain-main saja dengannya, sebelum ia menikahi wanita dari keluarga kaya itu? “Runa…” Brahmana memalingkan wajahnya pada Aruna. “Kau sen
Baca selengkapnya
Catatan Author
Dear GoodReaders... Author sampaikan permohonan maaf pada teman-teman Good Readers, karena satu dan hal lainnya, author pada hari Sabtu ini absen upload. Mohon bersabar, karena Author akan menggantinya di esok hari di jam sama ya.. Sambil menunggu, GoodReaders bisa membuka buku Author lainnya yang berjudul Istri Ku Sang Ratu Bumi. Teman-teman bisa klik di kolom pencarian dengan menggunakan judul tersebut, atau klik profil Author (Tentang Penulis) lalu klik judul bukunya. Kenali Aliya dan Einhard juga kedua sobat-sobat ganteng-nya dan ikuti juga kisah romance, persahabatan serta petualangan mereka berdua yang ngga kalah seru dari Aruna dan Agha-nya. Thanks to all GoodReaders, dan... Terima kasih atas pengertian kalian semua yaa... ^.^
Baca selengkapnya
BAB 138 : Berita Baik
“Kamu ini kenapa?” Joe melempar jaket lalu mengambil kotak P3K dan menghampiri Ardiya yang duduk bersandar di sofa.“Apa yang terjadi, sampai bibirmu terluka gini? Kau benar-benar mabuk, kali ini?” Joe berdecak kesal. “That was afternoon, Dude! Bisa-bisanya kamu mabuk sore-sore gitu!”“Sudah, biar aku sendiri saja,” tolak Ardiya tatkala tangan Joe hendak mengulurkan antiseptik pada sudut bibir Ardiya.“Kamu lepasin pengunjung yang nekad mukul kamu ini?” Kening Joe berkerut. “Sangat bukan Kevin sekali.”Bukan tanpa alasan Joe berkata demikian.Ia mengenal dengan cukup baik seorang Kevin Ardi Dananjaya.Pria yang tumbuh dengan dimanjakan kedua orangtuanya --Harsa dan Melissa-- dan dengan dibekali fasilitas kemewahan yang seolah tanpa batas itu, bukanlah seorang pria yang akan melepaskan begitu saja siapapun yang menentang atau menyinggungnya.Apalagi sampai menyakit
Baca selengkapnya
BAB 139 : Peringatan Lanjutan
“Kau tidak perlu membelikanku ini, Agha…” keluh Aruna sambil memandangi ponsel keluaran terbaru yang ia tahu berharga dua digit. “Kau sudah banyak membelikanku barang-barang. Aku bisa membeli yang biasa saja dengan uangku sendiri.” Brahmana hanya tersenyum menanggapi keluhan dari Aruna itu. Tangannya masih sibuk membolak-balik beberapa dokumen. Mereka berdua kini berada dalam mobil Brahmana untuk menjemput Maira di sekolahnya. Entah mengapa Brahmana bersikeras mengirim supir untuk menjemput Aruna di kediamannya, lalu kembali ke kantor dan mereka bersama-sama menuju sekolah Maira. “Kau terlihat sibuk.” Aruna memperhatikan Brahmana yang tengah berkutat dengan beberapa berkas di tangannya. “Ya, sedikit,” jawab Brahmana cukup singkat. “Kalau memang sibuk, lalu mengapa kau maksa ikut jemput Mai? Bukannya lebih baik kau fokus saja selesaikan dulu pekerjaanmu?” Aruna berdecak. “Mengapa sampai repot-repot memutar seperti ini?” Fathan yang mengambil peran sebagai supir di depan, memas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
32
DMCA.com Protection Status