All Chapters of Menjadi Ibu Untuk Anakku: Chapter 41 - Chapter 50
109 Chapters
40. Urusan Dengan Marcel
"Alicia!!!" Sekali lagi Mikail memanggil dan menggedor pintu kamar wanita itu dengan kekuatan yang lebih menggunakan kepalan tangannya. Hingga kepanikan dan kekhawatiran memucatkan wajah pria itu. Napas Mikail terengah, napasnya serasa direnggut dengan paksa, hingga semua kelegaan menjadi satu dan menerjang dadanya saat pintu di dorong membuka dari dalam. "Mikail?" Suara memanggil Alicia yang penuh keheranan muncul. "Apa yang terjadi?" Mikail melongokkan kepalanya ke dalam kamar. Mencari sesuatu di lantai dan melihat pecahan kaca yang berhamburan di sekitar lantai tempat tidur Alicia. "Kau terluka?" Alicia mengikuti arah pandangan pria itu kemudian menatap kepucatan pria itu dalam-dalam. Tentu saja ia tersenyum dengan perhatian yang diberikan Mikail terhadapnya. "Tidak, Mikail. I- itu … aku tidak sengaja menyenggolnya dan terjatuh." Raut wajah Mikail seketika membeku. Mencerna satu kali lagi jawaban Alicia dan menatap pecahan gelas di lantai. Kemudian kedua tangan Alicia yang dit
Read more
41. Buat Dirimu Nyaman
Megan langsung memeluk Kiano begitu melihat sang putra yang menghambur ke arahnya saat pintu kamar ia dorong terbuka. Kedua kalinya berlutut, menyejajarkan posisi tubuhnya agar lengan mungil dan pendek Kiano bisa memeluk lehernya. "Apakah mama membuat Kiano menunggu lama?" tanya Megan sambil mendapatkan jarak di antara wajah mereka hingga saling berhadap-hadapan. Kiano menggeleng dengan senyum manis yang tak pernah membosankan untuk Megan lihat. Menularkan kebahagiaan di dalam hatinya. Apa pun itu yang akan ia dapatkan dalam pernikahan di masa depan bersama Mikail, semua itu akan sepada dengan apa yang didapatkannya bersama Kiano. Tak ada harapan sekecil apa pun di dalam hubungannya dengan Mikail. Dan Megan sendiri tak ingin berharap, apalagi kembali jatuh dalam kenaifannya untuk kedua kalinya. Mikail yang menyusul langkah Megan berhenti di ambang pintu. Interaksi ibu dan anak itu lagi-lagi membuat hatinya ditendang oleh sebuah perasaan yang begitu familiar. Yang tak pernah terbay
Read more
42. Keluarga Bahagia
Megan terlihat sudah rapi saat keluar dari kamar mandi dengan mengenakan dress bunga-bunga berwarna peach. Rambut wanita itu juga sudah disisir rapi dan wajahnya dipoles make up tipis-tipis. Ada kepuasan sekaligus kekecewaan bercampur di raut wajah Mikail yang mengamati setiap langkah wanita itu. Puas karena melihat penampilan Megan yang tak pernah mengecewakan pemandangannya. Ya, ada alasan kenapa wanita itu memiliki karir yang begitu cemerlang. Dan kecewa karena pakaian itu menutupi tubuh Megan dan melakukan tugasnya dengan sangat baik untuk melindungi wanita itu dari tatapan menelisik Mikail terhadap tubuhnya. Seringai tersamar di kedua ujung bibir Mikail melihat wajah Megan, yang dengan sikap liciknya yang sama sekali tak sungkan untuk ditampilkan Terang-terangan. "Kenapa kau menatapku seperti itu, Mikail?" tanya Megan dengan kecewa yang menyelimuti raut wajah Mikail terhadap penampilannya. Mendadak merasa gugup dengan penampilannya sendiri. Mungkinkah ada helaian rambutnya y
Read more
43. Menemui Nicholas
Megan terdiam membaca nama Nicholas di layar ponselnya. Menarik napasnya dalam-dalam sebelum menggeser tombol hijau dan menjawab panggilan tersebut. Suaranya berhasil keluar tanpa getaran sedikit pun. "Ya, Nicholas?" Megan tak langsung mendengar jawaban dari seberang. Dalam keheningan tersebut, Megan masih bisa merasakan kemarahan Nicholas saat menemui pria itu di rumah sakit. Sehingga berpikir Nicholas benar benar tak sudi melihat wajahnya lagi dan menyangka pria itu akan menghubunginya lebih dulu. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Nicholas menjawab sapaannya. "Apa kau punya waktu malam ini?" Megan tak seharusnya menjawab ya, tetapi ia tetap mengatakan ya. "Ya." "Bisakah kau datang ke rumah sakit. Kau tahu kita butuh bicarakan, kan?" Megan menggigit bibir bagian dalamnya dan mengangguk. Meski tak tahu apa yang akan ia bicarakan dengan Nicholas selain kata maaf, sekali lagi Megan tetap mengiyakan pertanyaan Nicholas. "Datanglah ke ruang perawatanku." Megan tak langsung m
Read more
44. Membayar Pengorbanan
Suara gedoran bergema dengan keras memenuhi seluruh ruang kerja Mikail. Satu tangannya yang terkepal berada di meja dan tangannya yang lain menggenggam kuat ponsel yang menempel di telinga. Wajahnya merah padam, serasa dibakar mentah-mentah. Dan amarah bergemuruh memenuhi dadanya. Beraninya Megan meninggalkan rumah tanpa seijinnya. Bahkan mengancam anak buahnya hingga tak berdaya dan lebih menuruti perintah wanita itu ketimbang dirinya. "Tunggu di sana sampai dia kembali. Pastikan kau mengawasinya dengan ketat dan laporkan secara berkala padaku," desis Mikail tajam. Memungkasi panggilan dari seberang dengan membanting ponsel ke meja. Ia mendorong tubuhnya bersandar ke belakang dengan mata terpejam. Entah butuh berapa puluh helaan hingga gemuruh di dadanya perlahan mereda. Baru saja ia meninggalkan Megan dengan Kiano yang sedang menghabiskan kue di meja makan untuk mengantar makanan Alicia, saat ia kembali keduanya sudah tidak ada di sana. Mikail pun naik ke lantai dua dan melihat
Read more
45. Setelah Tidak Pulang
Megan tersentak dan bergegas terbangun ketika mendengar suara dering ponselnya. Menemukan dirinya berbaring di tempat asing dengan bau antiseptik yang begitu pekat dan kedua matanya membelalak menemukan ini adalah ruangs perawatan Nicholas. Kepalanya berputar dan melihat tubuh Nicholas yang berbaring di ranjang dengan kedua mata gang terpejam. Teringat alasan keberadaannya di tempat ini. Ia pun bergerak turun sambil menatap jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 5 pagi. Megan pun segera mengambil tasnya dan bangkit berdiri. Berjalan menghampiri ranjang pasien demi memperbaiki letak selimut Nicholas yang sudah rapi. Tanpa menciptakan suara sekecil apa pun yang bisa membangunkan Nicholas. Sampai di lobi rumah sakit, Megan dikejutkan dengan keberadaan Tom yang bergegas menghampiri dirinya yang baru saja menginjak teras gedung. "Nyonya?" "Apa yang kau lakukan di sini?" Megan membelalak pada Tom dengan suara yang nyaris membentak karena mengejutkannya. "Tuan meminta saya
Read more
46. Setengah Fakta Rahasia Marcel
Apa yang kau lakukan, Mikail?" Megan tak bisa menahan getaran dalam suaranya. Kali ini Mikail tak hanya menyentuh dagunya dengan ujung jemari. Melainkan menggenggam rahangnya, memaksa seluruh perhatiannya tertuju hanya kepada pria itu. Seringai Mikail naik lebih tinggi saat mendesiskan jawabannya, "Kau tahu benar apa yang kuinginkan darimu." Megan menelan ludahnya. Seluruh tubuhnya menegang oleh rasa takut yang nulai merebak memenuhi dadanya. "Aku tidak bisa, Mikail. Kau tahu aku tidak siap memenuhi keinginanmu yang satu itu." "Kau memiliki terlalu banyak syarat, Megan. Apa kau tidak menyadari posisimu?" "Kau mengatakan tak akan menyentuh wanita yang tidak menginginkanmu." Suara Megan bergetar semakin hebat. Sorot tajam di kedua mata Mikail sama sekali tak menunjukkan bahwa pria itu mendengarkan kata-katanya. "Mungkin akan menjadi pengecualian untukmu." "Tidak, Mikail. A-aku tidak bisa…" Megan menggeleng dengan sekuat tenaganya dan mendorong dada Mikail untuk menjauh darinya. Ge
Read more
47. Mengais Rahasia
"Bukan pintunya, Megan!!!" Kali ini Mikail menggedor pintu kamar mandi dengan seluruh tenaganya. Hampir merobohkannya jika Megan membukanya sedetik lebih lama. Tubuh Mikail mematung, menatap wajah Megan yang merah dipenuhi air mata. "Aku sudah mengatakan ingin sendirian, Mikail." Suara Megan terdengar begitu lirih. Nyari tak terdengar jika jarak di antara mereka lebih lebar lagi. Mikail terdiam selama beberapa saat. Mengamati raut wajah Megan dengan lebih dalam dan wanita itu sungguh-sungguh menginginkan waktu untuk dirinya sendiri. "Lakukan apa pun yang kau inginkan, Megan," putusnya kemudian. "Hanya pastikan saja pintunya tidak dikunci. Aku tak akan mengganggumu." Megan berkerut kening. Terkejut dan tak menyangka dengan keputusan Mikail. Meski kelegaan itu hanya untuk sepersekian detik, karena berikutnya. Mikail berkata dengan nada penegasan yang tak bisa dibantah. "Setelah kau selesai dengan waktumu, kita akan bicara." Megan terdongak, protes sudah siap di ujung lidahnya, teta
Read more
48. Menggali Rahasia
Wajah Mikail menggelap dengan gurat amarah yang mengeras di seluruh permukaan wajah pria itu akan jawaban angkuh Megan. Bahkan dagu wanita itu terangkat, mencoba memberanikan diri dengan cara yang konyol di mata Mikail. Megan menelan ludahnya, seolah menelan habis ketakutannya akan jawaban yang diberikannya pada Mikail. "Aku hanya berjanji akan melakukan apa pun demi Kiano, Mikail. Masalah atau penyakitku sama sekali bukan urusanmu." Mata Mikail menyipit, mencermati ekspresi di wajah Megan lebih dalam. "Tidak. Aku sudah berkali-kali menegaskan padamu, urusanmu akan selalu menjadi urusanku. Jika kau tidak ingin mengatakannya padaku, aku akan melakukannya dengan caraku sendiri." Kepucatan di wajah Megan tak tertolong lagi. Kedua mata wanita itu melebar, terkejut akan paksaan yang keras di wajah pria itu. Tak ada bantahan, segala hal tentang dirinya, Mikail harus tahu. Dengan sangat detail. Dan Megan tak siap dirinya dikelupas dengan cara yang memaksa. Mikail pun berputar, hendak mel
Read more
49. Memberi Waktu
Tak menemukan Megan di kamar, Mikail pun pergi ke kamar Kiano. Lampu kamar sudah diatur dengan mode tidur. Keheningan menyelimuti seluruh ruangan dan tatapan Mikail langsung mengarah ke tempat tidur. Melihat Megan yang duduk bersandar di kepala ranjang, kepala wanita itu miring ke samping dengan posisi tidak nyaman sedangkan di pangkuan wanita itu ada buku dongeng Kiano yang hampir jatuh ke lantai. Mikail menghampiri sisi ranjang tempat Megan terduduk. Memperbaiki selimut Kiano dan mengecup kening putranya dengan penuh kasih sayang. Kemudian menyelipkan kedua lengannya di balik punggung dan lutut Megan dan mengangkat wanita itu keluar kamar Kiano tanpa menciptkan suara sekecil apa pun agar istri dan anaknya tidak terbangun. Sesampai di kamar utama, Mikail membaringkan Megan di tempat tidur. Menarik selimut hingga ke pundak dan duduk di samping Megan. Tangannya terukur, menyelipkan helaian rambut Megan ke balik telinga. Menatap wajah cantik Megan yang rasanya tak pernah berubah. Hidu
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status