All Chapters of Menjadi Ibu Untuk Anakku: Chapter 71 - Chapter 80
109 Chapters
70. Keberengsekan Marcel
Mikail membuka pintu kamar mandi yang tak dikunci dengan perlahan. Melangkah masuk dengan tanpa menciptakan suara. Lampu kamar mandi tidak dinyalakan, dan hanya ada kesunyian. Telapak tangannya meraba dinding dan menyalakan lampu. Pandanganya mencari ke setiap sudut kamar mandi dan langsung menemukan keberadaan Megan yang duduk meringkuk di dalam bath up yang kosong. Kepala wanita itu bersandar di dinding dan jatuh ke samping dengan kedua mata bengkaknya yang terpejam. Sepertinya wanita itu tertidur karena terlalu lelah menangis. Sudah setengah jam Mikail memberi Megan waktu untuk wanita itu sendiri, dan ia sendiri sibuk menenangkan emosi yang bergemuruh di dadanya. Duduk bersandar di depan pintu kamar mandi mendengarkan Megan yang terisak. Memastikan bahwa Megan tidak melakukan kekonyolan lain seperti saat di apartemen wanita itu. Sudah beberapa saat yang lalu isakan tersebut mereda dan benar-benar berhenti ketika Mikail memutuskan untuk melihat ke dalam. Kelegaan mengaliri tenggor
Read more
71a. Mengantar Nicholas
Megan terbangun kepala yang terasa berat. Matanya bergerak membuka dengan perlahan dan kehangatan yang ia rasakan bukan dari tubuh Mikail. Melainkan dari selimut tebal yang melilit tubuhnya. Tubuh Megan berguling ke samping dan tak ada Mikail di sisi tempat tidur. Sedikit kesal karena tak bisa melihat wajah pria itu.Sekaligus mengingatkannya akan apa yang terjadi tadi malam. Pelukan hangat dan nyaman Mikail masih terasa menyelimuti tubuhnya meski sekarang Mikail tak lagi ada di sisinya. Mimpi buruk itu datang kembali. Kedua mata Megan terpejam. Keberadaan Marcel benar-benar berpengaruh pada ketakutan yang masih bercokol di dalam dadanya. Entah apa yang akan dilakukannya jika tidak ada Mikail. Mendadak ia merindukan pria itu, pun dengan kejengkelan yang masih tersisa di hatinya karena perdebatan mereka tadi malam karena Alicia. Kepala Megan bergerak ke jam di dinding. Melompat turun dari tempat tidur begitu menyadari hari sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia harus mengantar Ki
Read more
71b. Mengantar Nicholas
Megan ingin menggunakan mobil pemberian Mikail. Tetapi jika tiba-tiba Mikail secara kebetulan melihat mobil itu terparkir di halaman rumah sakit, tentu saja itu akan membuat masalahnya semakin runyam. “Mobilmu saja.” Nicholas terkekeh dengan salah satu alis yang terangkat. “Karena takut ketahuan Mikail?” Megan tersentak pelan, tetapi tetap berdalih. “Aku tak tahu apa yang kau katakan, Nicholas.” “Bukan pembicaraan yang penting. Aku tak peduli kita akan ketahuan atau tidak. Tak ada alasan bagi Mikail untuk marah padamu, kan? Kalian tidak lagi memiliki hubungan apa pun selain sebagai orang tua Kiano. Tidak lebih dan tidak kurang.” Raut wajah Megan membeku, dengan cepat ia mengambil kunci di tangan Nicholas dan menghindari tatapan pria itu. “Kita pergi sekarang.” Megan berbalik dan berjalan lebih dulu. Tetapi ia baru saja mendapatkan tiga langkahnya ketika menyadari kalau Nicholas masih tetap berdiri di ambang pintu apartemen. “Ada apa?” Nicholas mengangkat salah satu lengannya yan
Read more
72. Dipermalukan
“Aku sudah memperingatkanmu, kan? Beraninya kau masih memunculkan wajahmu di hadapanku, hah?” Tangan ibu Nicholas sudah terangkat dan hendak melayang ke wajah Megan. Tetapi Nicholas berdiri. sambil menahan rasa sakit yang masih ada di kaki kanannya. Pria itu menangkap pergelangan tangan ibunya. “Hentikan, Ma.” Wajah ibu Nicholas berputar, dengan kemarahan yang lebih besar lagi karena putranya sendiri yang mencegahnya. “Dia yang sudah membuatmu seperti ini. Apa kau tidak ingat, kau hampir mati karenanya?” “Nicholas sendiri yang memutuskan untuk menyelamatkannya.” Wajah ibu Nicholas memucat oleh kekecewaan akan pembelaan yang diberikan putranya pada Megan. “Kau benar-benar dibodohi olehnya, Nicholas. Apa gara-gara dia kau menolak mama dan Karen mengantarmu kontrol ke rumah sakit.” Nicholas menatap Karen yang berdiri di samping mamanya. “Bisakah kau membawa mama pulang? Sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini.” “Kenapa? Kau tak ingin mempermalukannya di depan umu
Read more
73a. Kembali Memiliki Seutuhnya
“Megan?” Mikail membuka pintu kamar dan memanggil wanita itu yang tidak terlihat di kamar. Kiano sedang mandi dan dibantu oleh Helena ketika ia memeriksa. Pelayan juga mengatakan istrinya ada di kamar. Mikail melepas jas dan mengurai simpul dasinya sambil melihat pintu kamar mandi yang setengah terbuka. Ia bisa melihat baying-bayang Megan di dalam sana tetapi wanita itu tidak menjawab panggilannya. “Megan?” panggilnya sekali lagi dan tak mendapatkan balasan. Mikail pun menyusul dan melihat wanita itu yang tengah melamun di depan wastafel. Mikail berjalan mendekat dan menyentuh pundak istrinya. “Megan?!” Megan seketika tersentak dan menoleh. Terkejut menemukan Mikail tiba-tiba ada di sampingnya. “Mikail?” wajahnya seketika berubah pucat dan gugup. “K-kau datang?” Alis Mikail bertaut dengan heran. “Kau melamun? Aku memanggilmu beberapa kali.” Megan mengerjap dengan gugup. “Maaf. Aku … a-aku sedang memikirkan sesuatu. Apa kau ingin mandi?” Mikail tak menjawab, keningnya sibuk menat
Read more
73b. Kembali Memiliki Seutuhnya
‘Aku sudah mengatakan padamu, Kiano adalah anakku. Dia adalah darah dagingku.’ Suara Marcel bergema di antara kegelapan. Megan menggelengkan kepalanya, tubuhnya berputra dan terhuyung ketika sosok Marcel muncul di antara kegelapan. Dengan Kiano yang berada dalam gendongan pria itu. Kedua lengan Kiano mengalung di leher pria itu, senyum putranya mengembang lebar. Kemudian kepala mungil Kiano bersandar di pundak Marcel, keduanya tersenyum kepadanya. Meski dengan senyum yang berbeda. Kiano dengan senyum polosnya dan Marcel dengan senyum liciknya. Keduanya memiliki lesung pipi yang sama. ‘Mama, Kiano bersama papa. Kiano memiliki papa baru.’ ‘Tidak. Dia bukan papamu, Kiano. Papamu …’ Kemudian sosok lain muncul dari arah samping Marcel, sosok lebih tinggi dan memiliki wajah yang sama dengan Marcel. Itu adalah Mikail. Tetapi ada yang berbeda dengan Mikail kali ini. Kedua mata pria itu memyiratkan kepedihan dan kekecewaan yang mendalam. ‘Mikail?’ pamggil Megan dengan bisikan yang lirih.
Read more
74a. Beban Yang Sedikit Terngkat
Megan terbangun dengan sentuhan seringan bulu yang menyentuh sepanjang garis di punggungnya. Ia mengerang pelan, tak bisa menahan senyum tersungging di kedua ujung bibirnya. Merasakan sentuhan Mikail dan setiap sentuhan yang diberikan pria itu tadi malam. Semuanya terasa begitu melegakan. Beban di dadanya terasa diangkat dan terasa begitu ringan hingga rasanya seperti tubuhnya melahyang di awan saking ringannya. Mikail menyentuhnya dengan lembut. Memuja setiap inci tubuhnya dan setiap sentuhan pria itu mengungkapkan perasaan cinta pria itu yang begitu mendalam. ‘Aku mencintaimu, Megan. Selalu.’ Samar-samar kalimat itu membelai telinganya. Megan tak yakin apakah Mikail benar-benar mengucapkan kalimat itu tepat sebelum matanya terpejam. Di antara kesadaran dan mimpinya. Tak yakin apakah itu fakta atau sebuah mimpi indah, yang Megan yakin. Ia ingin kalimat itu menjadi sebuah kenyataan. Tubuh Mikail bergeser ke depan, menyelipkan tangannya ke balik selimut dan melingkarkan lengannya d
Read more
74b. Beban Yang Sedikit Terangkat
Mikail terdiam. Kontrasepsi? Apakah Megan ingin melakukan program pencegahan kehamilan? Dan seketika Mikail bisa memahami ketakutan dan ketidak siapan Megan untuk yang satu ini. Mungkin Megan sudah siap membiarkan dirinya menyentuh tubuh wanita itu. Tetapi kehamilan adalah hal yang berbeda. Wanita itu takut mereka menghadapi kehamilan tersebut dengan kekacauan. Walaupun sekarang ia lebih dari siap untuk memberi Kiano adik dan betapa tak sabarnya ia ingin mengikat Megan lebih kuat lagi. Mereka memeng perlu melangkah dengan perlahan. Ia harus melamban dan menunggu kesiapan Megan. “A-aku bukannya tak ingin memiliki anak denganmu lagi.” Megan buru-buru menjelaskan. Takut jika Mikail tersinggung dan berpikir ia tak ingin memiliki anak dengan pria itu lagi. “Aku … aku hanya …” “Ya, tentu saja.” Jawaban lembut Mikail menyela kegugupan Megan. Kedua tangannya terangkat dan merangkum wajah wanita itu dengan senyuman penuh kasih sayang. “B-benarkah?” “Ya.” Megan mendapatkan napasnya kembal
Read more
75. Bukan Istri Yang Mudah Disingkirkan
“Ya.” Megan mengangguk, menyamarkan kedipan matanya dengan anggukan singkatnya. “A-aku memiliki sedikit urusan di sana.” Ia bersyukur suaranya keluar tanpa getaran sedikit pun. Mikail terdiam. Tetapi kemudian teringat kalau Megan sedang menjalani pengobatan trauma wanita itu. Ia pun mengangguk. “Kenapa kau tidak membawa sopir?” Megan terdiam, bernapas dengan lega karena Mikail tak bertanya lebih tentang urusannya. “Aku hanya ingin sendiri. Rasanya aku tak memiliki banyak pekerjaan setelah berhenti dari pekerjaan lamaku.” Mikail manggut-manggut. “Kalau begitu pastikan kau menyetir dengan hati-hati, Megan.” Megan pun mengangguk. Sekali lagi bernapas dengan lega meski ia merasa bersalah karena berbohong tentang kepergiannya dengan Nicholas. Yang ia tahu pria itu tak akan menyukai pertemuannya dan Nicholas yang diam-diam seperti ini. Alicia tentu saja dikecewakan dengan jawaban Mikail. Bibirnya menipis tajam dan cengkeraman tangannya di sendoknya semakin menguat. Tentu saja ia tak ak
Read more
76. Kelicikan Yang Tersia
Sampai di rumah sakit, Mikail mengantar Alicia lebih dulu ke ruangan dokter. Janin wanita itu baik-baik saja. Menginjak usia enam bulan dan semua berkembang dengan baik. “Ah ya, tuan Marcel menghubungi saya dua hari yang lalu.” Mikail dan Alicia seketika terdiam, keduanya saling bertatapan dan kemudian kembali menatap sang dokter. “Ya, Dok.” Alicia mengangguk. “Beliau berpesan ingin melakukan tes DNA dengan janin dalam kandungan Anda. Beliau bertanya-tanya apakah sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukannya.” Sekali lagi Alicia mengangguk. “Ya, kami memerlukannya. Apakah itu memungkinkan?” Dokter tersebut mengangguk. “Anda harus menjalani beberapa tes lebih dulu. Saya akan mulai mempersiapkannya.” “Ya, lakukan saja, Dok.” Dokter pun kembali menjelaskan tentang keadaan janin Alicia, menanyakan keluhan-keluhan, dan meresepkan vitamin ibu hamil. Setelah selesai, keduanya pun keluar bersama. “Kau yakin akan melakukannya?” Alicia mengangguk. “Aku sudah bicara dengannya. Da
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status