Semua Bab Mengejar Cinta Sang Dosen Populer: Bab 11 - Bab 20
64 Bab
Bab 11 Kerja Keras
Bab 11 Kerja KerasZen mencoba tidak menanggapi ucapan Andre. Ia fokus dengan makanan dan minuman yang baru saja datang."Rupanya gadis itu bukan mahasiswa. Nggak mungkin juga kamu tertarik padanya kan, Al?""Jelas lah, mau ditaruh mana mukaku kalau sampai tertarik penjaga kasir. Kamu becanda, Ndre.""Tapi ya, Al. Sekali melihat wajahnya, pesona alami kecantikannya itu terpancar dari dalam gitu. Coba saja kalau wajahnya dipoles seperti Vina, bakalan nggak kalah cantik.""Jangan membandingkannya dengan Vina. Jelas bagai langit dan bumi."Andre mendecak kesal."Iya-iya, Vina kan calon jodoh kamu. Makanya buruan dihalalin nanti pindah ke lain hati baru tahu rasa.""Jangan ngomong sembarangan, aku dan Vina dari dulu cuma berteman."Zen memang dijodohkan oleh orang tuanya dengan Vina. Orang tua Vina merupakan sahabat orang tua Zen. Namun, Zen hanya menganggap Vina sebagai teman baik. Sebaliknya Vina sudah berusaha mebdekati Zen, tetapi tidak berbalas. Tiga tahun terakhir Zen justru bersika
Baca selengkapnya
Bab 12A Ketus
Bab 12A Ketus"Buruan masuk!" titahnya tak mau dibantah."Hah.""Zen kenapa masih ada di kampus.""Hmm, saya nunggu bus, Pak Alan," ucap Ning basa-basi."Saya tidak tanya. Buruan masuk, atau saya tinggal di sini biar dimangsa nyamuk," ketusnya. Ning hanya menghentakkan kaki.Ning masuk ke mobil dengan perasaan masih ngedumel. Ia hanya melirik ke samping, wajah Zen tetap fokus ke jalan depan. Tanpa disangka mobil keluar dari kampus lalu setelah melewati jalan besar, Zen menepikan mobilnya."Turun!"Ning terkesiap mendengarnya. Ia hampir saja terlelap saking lelahnya."Maksudnya gimana, Mas?""Itu halte masih rame. Kamu bisa menunggu bus di sana.""Astaga, nih orang sengaja bantu setengah-setengah." Masih dengan ngedumel, Ning terima daja perlakuan Zen padanya. Toh dia bukan siapa-siapa laki-laki itu. Meski dulu Ning pernah menyimpan rasa pada Zen. Kali ini, ia akan mengubur rasa itu setelah mengetahui perlakuan Zen yang membencinya.Dengan langkah gontai, Ning menuju halte yang masih
Baca selengkapnya
Bab 12B
Bab 12B"Syukurlah, Ning ada yang nemenin makan. Kasian kalau makan sendirian.""Iya dong, Ma. Aku kan anak ganteng mama yang paling baik.""Ckkk, ganteng-ganteng tapi masih sendiri, Syam.""Nggak sendiri, Ma. Udah ada Ning, nih.""Syam, apaan sih.""Kalian ini cocok kalau bercanda. Jangan dimasukkan hati ya Mbak Ning.""Iya, Bu.""Oya, Ma. Mbok Nem kemana? Mas Zen minta dibawain minuman dua untuknya sama Mbak Vina di atas.""Wah Mbok Nem lagi mau mijit mama, Syam. Mbak Ning aja yang bawa ke atas ya setelah selesai makan!""Siap, Bu." Ning merasa gusar setelah menjawab dengan mantap."Nggak usah khawatir, Mas Zen nggak mungkin menerkammu, Ning," canda SyamMembuat Ning mendengkus."Nggak lucu, Syam." Syam justru tergelak. Melihat wajah kesal Ning sudah menjadi hobinya. Senyumnya pun mengembang. Ia tidak tahu kalau di dalam hati Ning sudah ketar-ketir. "Habis dari kamar Mas Zen, nanti kita bahas yang kamu omongin kemarin.""Apa?""Ning, masih muda kok sudah pikun. Katanya mau usaha ker
Baca selengkapnya
Bab 13 Rencana Pindah Kos
Bab 13 Rencana Pindah Kos"Ma... maaf kalau tidak ada yang dibutuhkan, saya permisi.""Pergilah. Kamu cuma mengganggu kesenangan kami berdua," ujar Vina.Gegas Ning melangkah keluar melewati pintu. Karena sambil melamun, dia menabrak Syam yang sedari tadi berdiri di depan kamar Zen."Maaf, Ning. Apa ada yang sakit?"Ning tidak mampu menjawab. Matanya sudah berkaca-kaca. Bukan akibat dari bok*ngnya yang terantuk lantai, melainkan hatinya yang tersayat. Ia tidak menyangka Vina dan Zen sudah sejauh itu berciuman di depannya."Beneran kamu nggak apa-apa?" tanya Syam lagi.Ning menggelengkan kepalanya lalu berdiri."Ada apa, Syam?" Zen mendengar berisik di luar kamar pun mendatangi tempat Ning dan Syam."Ning tadi melamun nabrak aku, Mas. Tapi dianya nggak papa kok. Ayo Ning kita lanjutkan rencana kita?" Ning mengangguki ajakan Syam. Sebab mereka sudah janjian mau membahas tentang pemasaran keripik singkongnya di kampus."Mau kemana kalian?""Kencan, Mas. Emang Mas Zen dan Mbak Vina aja ya
Baca selengkapnya
Bab 14A Pulang
Bab 14A Pulang "Ning, jadi pindahan ke kos?" tanya Syam saat berkunjung makan siang di kantin. Suasana kantin yang ramai membuat Ning menghentikan obrolan singkat dnegan Syam. "Tunggu, Syam! Bentar lagi saya off." "Oke. Pesan makan dua porsi seklaian buat kamu ya. Aku tunggu di meja sebelah pinggir itu," tunjuk Syam pada meja kosong yang masih tersisa. Ning tidak mau mendebat. Ia harus bekerja profesional karena jam sibuk kantin jadi banyak pelanggan yang mengantri. "Ning, kamu dekat sama adiknya Pak Alan ya?" "Eh, Mbak Rika. Biasa aja, Mbak. Syam cuma mau bantuin usah keripik saya." "Oh, syukurlah. Jangan lupa stok di sini harus dapat jatah lho. Aku juga pengin mencicipi, Ning." "Siap, Mbak." Ning senang atasannya memberi dukungan padanya untuk menitipkan keripik singkong di kantin. Setelah off, Ning makan siang bersama Syam. Mereka membahas rencana memasarkan keripik. Selain dititipkan di kantin kampus, Syam mengusulkan pada Ning supaya membuat akun online shopping di salah
Baca selengkapnya
Bab 14B Pulang
Bab 14B Pulang "Apa dia sangat berarti bagimu?" "Mungkin." "Lalu?" Syam mencoba mengulik masalah pribadi gadis yang penuh semangat seperti Ning. "Saya telah membuatnya terluka. Ah, sudah lupakan saja, Syam. Kita tidak perlu membahasnya." "Apa dia laki-lali?" "Hmm. Udah jangan tanya lagi. Ayo, saya mau pulang kampung untuk membicarakan masalah produksi keripik dengan bapak ibu. Nanti keburu Mas Eko nungguin." "Ya udah ayo aku temani." "Makasih. Keduanya melangkah menyusuri koridor kampus menuju gedung rektorat. "Jangan lupa mendaftar kuliah. Nanti fokus jualan malah tujuan utamanya lalai," cibir Syam yang disambut gelak tawa oleh Ning. "Kenapa disaat begini kamu justru menghiburku, Syam. Aku semakin takut dengan Zen. Aku harus menjaga jarak dari keluarganya terutama kamu," ucap Ning dalam hati. "Iya-iya. Bawel. Saya pulang sekalian menebus ijazah juga tahu, nggak?" "Apa?! Jadi selama ini kamu nggak ada ijazah?" "Nggak, Syam. Saya belum ada uang untuk mengambilnya." "Miri
Baca selengkapnya
Bab 15 Sabar
Bab 25 SabarNing mengambil ponsel milik Syam. Layarnya tertulis nama Zen."Mas Alan, Syam," ucap Ning ragu."Angkat aja! Bilang kalau aku lagi anter kamu pulang."Deg,"Ini, kamu aja Syam yang ngomong.""Jalanan ramai, Ning. Berbahaya menggunakan ponsel saat menyetir."Ning mendes4h pelan. Ia memberanikan diri mengusap layar lalu menempelkan benda persegi itu ke telinga."Kenapa lama angkatnya? Kamu di mana, Syam?"Ning tersentak mendengar suara bernada tinggi dari seberang. Ia sedikit menjauhkan ponselnya."Mas Alan nyariin.""Jawab aja!" Syam menoleh sekilas ke arah Ning. Karena wajah Ning ragu untuk menjawab ia pun menyuruh Ning meloudspeaker."Ada apa, Mas? Aku lagi nyetir nih.""Kamu di mana, Syam?""Aku lagi di jalan sama Ning. Mau anterin dia pulang.""Apa?!""Sudah dulu ya. Nanti kalau sudah sampai aku hubungi lagi.""Tunggu, Syam!""Matikan aja!""Syam!"Ning terpaksa memutuskan panggilan secara sepihak. Brakk,"Astaghfirullah! Ada apa denganmu, Al?""Nggak usah ikut campur,
Baca selengkapnya
Bab 16A Rumah Sakit
Bab 16A Rumah SakitSampai di rumah sakit, Pak Rahmat mendapat pertolongan di IGD. Dokter menyatakan kalau laki-laki yang sudah berusia lewat setengah abad itu terkena struk. "Apa penyakit bapak saya bisa disembuhkan, Dok?" tanya Ning dengan wajah sendu. Ia sedang konsultasi dengan dokter yang menangani bapaknya. Syam menemaninya, sedang ibunya menunggu di ruang IGD. "Ya stroke bisa sembuh. Tetapi, ada dua hal yang menentukan kesembuhan stroke. Pertama, pengobatan awal yang dilakukan dokter untuk mengembalikan aliran darah normal di otak dan kedua adalah partisipasi pasien dalam menjalani rehabilitasi atau terapi pasca serangan stroke. Beruntung, keluarga segeea membawa Pak Rahmat ke rumah sakit sehingga dapat segera ditangani. Namun, ini membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menyembuhkannya. Pak Rahmat harus menjalani terapi." "Apa biayanya besar, Dok?" "Mbak tidak perlu kawatir, mengenai biaya bisa dicover pemerintah kalau mbak punya kartu jaminan kesehatan." "Oh begitu. B
Baca selengkapnya
Bab 16B
Bab 16B Rumah Sakit"Bu, ini sarapannya. Ibu harus jaga kesehatan supaya bisa merawat bapak. Ning harus balik ke Yogya soalnya. Mbak Titin juga pasti bekerja di rumah Haji Ali. Amir juga sekolah. "Ya, ibu tahu. Nggak usah kamu ceramahi." Glek, Dugaan Ning salah. Dipikirnya sang ibu sudah mulai lembut bertutur padanya. Namun, pagi ini mode ibunya kembali ke setelan awal. Ia melirik Syam yang memperhatikannya. Malu jelas iya, tapi Ning tak acuh dengan hal itu. Ning mengajak ibunya sarapan di luar karena ruangan akan dibersihkan. Ia pamit pada bapaknya dibalas dengan anggukan. "Maaf, Bu. Ibu jangan berpikiraan buruk dulu. Ning di Yogya beneran kerja di kantin kampus. Mas Eko yang nyarikan. Alhamdulillah Ning sudah bisa mengumpulkan uang. Tentang Syam ini. Dia anak dari perempuan yang menolong Ning waktu dicopet di terminal." "Saya Syam, Bu. Saya mahasiswa di tempat Ning jadi kasir. Saya hanya membantu mengantarnya pulang." "Syam juga mau membantu Ning memulai usaha keripik singkong
Baca selengkapnya
Bab 17 Diskusi dengan Keluarga
Bab 17A Diskusi dengan keluargaSetelah mendapat perawatan 24 jam di pantau oleh dokter, Pak Rahmat diperbolehkan rawat jalan. Ning bersyukur dokter mengizinkan ayahnya memeriksakan di puskesmas terdekat dari rumah. Ada dokter yang akan menanganinya, sehingga keluarga tidak repot bolak balik ke kota. Namun, ayahnya dianjurkan melakukan terpai yang sudah dijadwalkan di rumah sakit kota."Bapak dan ibu nggak usah kawatir, Ning akan bantu biaya transport kalau bapak periksa. Semalam Ning sudah diskusi sama Syam, kalau usaha keripik mau kita mulai lagi.""Apa kamu yakin ini akan berhasil, Ning?" Kali ini Ning merasa ibunya melunak. Entah karena apa, yang pasti hati ning berbunga-bunga saat ibunya memandang lembut dirinya. Seulas senyum pun terbit di bibir tipisnya."Kata Syam, usaha dulu Bu. Kalau nggak dicoba kita nggak tahu berhasil atau enggak.""Iya betul, Bu. Di kampus kadang ada event pameran. Nanti bisa produknya kita titipkan di acara itu. Yang penting di sini ada tenaga yang siap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status