Semua Bab Terjebak Gairah Si Bos Mesum: Bab 181 - Bab 190
248 Bab
Apa Karena Kamu Cemburu?
“Kamu pikir, apa yang kamu lakukan, Starla?!” Starla langsung menoleh, dan terkejut ketika melihat Revanno sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya. Tatapan pria itu terlihat begitu tajam dan menakutkan. Tatapan yang jarang sekali Starla lihat selama ini. “Pak Revanno.” Pria yang tadi menolong Starla langsung menjauhkan diri, lalu menunduk hormat ke arah Revanno. Saat ini seluruh penghuni kantor pastinya sudah tahu kalau hubungan antara Revanno dan Starla itu bukan hanya sebatas Bos dan sekretaris. Melainkan sepasang kekasih. Termasuk pria yang menolong Starla tadi. Ia juga tahu soal hubungan sang pemilik perusahaan dengan sekretarisnya tersebut. Revanno kini beralih menatap pria yang masih menunduk hormat ke arahnya. “Kamu dari divisi mana?” Tanya Revanno dengan suara dingin. Pria tadi mendongak. “S-saya ...” Wajahnya tampak begitu tegang. “Saya dari divisi perencanaan, Pak.” “Apa kamu sudah tahu? Kalau say
Baca selengkapnya
Revanno Mulai Menggoda
“Mau kemana? Di sini saja. Aku ingin mendengar jeritanmu,” bisik Revanno seraya melepas jas yang ia kenakan. Starla memelotot. Ia ingin menghindar. Namun, Revanno sudah lebih dulu berhasil mendorong tubuhnya hingga jatuh ke atas sofa.“Revanno!”Starla menjerit. Ia berusaha bangkit tapi Revanno dengan cepat menindih tubuhnya.“Revanno, minggir!” Wanita itu kembali berteriak. Sementara Revanno tidak memedulikannya.“Aku nggak akan minggir,” jawab Revanno santai.Starla kembali memelotot. “Apa, sih?! Minggir, Revanno. Jangan sentuh aku. Aku nggak mau kamu sentuh!”“Kalau aku paksa?” Sahut Revanno seraya menggigit leher Starla.“Revanno!” Jerit Starla seraya mendongakkan wajahnya. “Aku nggak mau. Cepat minggir!”Revanno menggeleng. “Aku nggak mau minggir.”“Kok kamu menyebalkan sekali sih, Revanno?! Kamu nggak lupa kan kalau aku itu masih kesal sekali denganmu.”“Iy
Baca selengkapnya
Berusaha Untuk Percaya
“Kalau sekarang?”Revanno terus menggoda Starla. Tangan pria itu terus merambat naik, mengusap bagian pangkal paha Starla. Tepat di bagian tepi celana dalamnya.Sejauh itu juga Starla tetap bersikeras untuk menggeleng. Ia tidak ingin mengakui apa yang sudah ia rasakan kepada Revanno. Meski saat ini Starla bisa merasakan celana dalamnya terus semakin bertambah basah berkat sentuhan Revanno.Starla benar-benar merutuki dirinya sendiri. Starla benci pada dirinya sendiri yang tidak pernah bisa menolak sentuhan Revanno.Sementara itu, Revanno semakin menekan Starla. Berusaha membuat kedua kaki wanita itu agar semakin terbuka. Starla yang menyadarinyapun berusaha menahan, tapi usahanya gagal. Revanno sudah berhasil membuat kedua kakinya semakin terbuka lebar, begitu juga dengan rok span-nya yang semakin tersingkap ke atas.Starla kembali menggigit bibir saat merasakan tangan Revanno menyentuhnya.“Kamu berbohong rupanya?” R
Baca selengkapnya
William Meminta Revanno Datang Ke Rumahnya
Starla dan Revanno sampai di apartemen ketika jam masih menunjuk pukul empat sore. Beruntungnya, hari ini jadwal pekerjaan Revanno tidak terlalu banyak. Jadi tidak masalah jika ia pulang lebih awal daripada biasanya. Apalagi di kantor juga masih ada Nathan yang bisa Revanno andalkan.“Mandinya aku duluan, ya,” ujar Starla seraya meletakkan tas ke atas meja.“Nggak berdua saja. Tubuhku juga sudah lengket sekali, Starla,” goda Revanno.Starla mendengus. “Nggak! Sudah cukup apa yang kamu lakukan di kantor tadi ya, Revanno. Nggak usah menambahnya lagi di rumah.”“Yah, padahal sekarang tenagaku sudah kembali lagi. Masih kuat kalau untuk bermain satu atau dua ronde lagi.” “Ish! Makan saja itu ronde-ronde.” Starla melempar Revanno dengan kemejanya yang sudah berhasil ia lepas dari tubuhnya. Kini Starla hanya memakai bra dan juga rok span pendeknya.Revanno terkekeh. Meraih kemeja Starla yang mengenai wajahnya, lalu menciumn
Baca selengkapnya
Starla Merasa Belum Siap
Hampir setengah jam lamanya Starla berendam di dalam bathup. Ia teringat kalau Revanno kini tengah menunggu gilirannya untuk mandi. Jadi tidak baik jika Starla berlama-lama di dalam kamar mandi, sementara Revanno menunggunya di luar.Bisa-bisa pria itu marah padanya.Starla segera keluar dari dalam bathup, hendak mengambil handuk. Dan ternyata ia tadi lupa membawa handuk dari luar.“Sial,” umpat Starla. “Masa aku harus keluar dalam keadaan bertelanjang?” Starla mulai membayangkan dirinya keluar dari kamar mandi dengan keadaan telanjang. Sedangkan Revanno sedang duduk menunggunya di atas tempat tidur. Pria itu pasti akan berpikiran kalau Starla sengaja menggodanya. Dan kemungkinan terburuknya adalah, Revanno pasti langsung akan menerkamnya. Dan aktivitas panas yang menguras tenaga seperti di ruangan kantor tadi akan terulang lagi di dalam kamar apartemen ini.Starla menggeleng. Ia masih capek. Setidaknya Starla butuh waktu sehar
Baca selengkapnya
Tiba Di Rumah William
“Revanno, menurutmu lebih bagus pakai gaun yang mana?” Starla bertanya seraya membawa dua gaun berwarna hitam dan juga biru navy.“Nggak dua-duanya,” jawab Revanno cepat.Saat ini jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Revanno sudah selesai bersiap-siap sekitar setengah jam yang lalu. Sementara Starla sampai detik ini masih terlihat bingung memilih gaun mana yang ingin wanita itu kenakan untuk datang ke rumah William—Kakek Revanno.“Kalau ini bagaimana?” Starla kembali bertanya. Kali ini ia mengeluarkan gaun berwarna merah dari dalam lemari.Revanno memelotot. “Nggak! Jangan pakai yang itu.”Starla mendengus. “Sejak tadi kenapa kamu bilang nggak terus, sih? Lalu kamu ingin aku pakai yang mana?!” Starla mulai jengkel.Revanno hanya bisa mendesah. Mana mungkin Revanno bilang iya, sedangkan sejak tadi Starla terus memilih gaun seksi yang ada di dalam lemarinya. Apalagi gaun merah itu. Gaun yang terbuka di bagian bahu d
Baca selengkapnya
Permintaan Maaf William
“Revanno ...,”Revanno menatap pada pria tua yang baru saja memanggil namanya. “Kakek,” sahutnya pelan.William tersenyum. “Apa kabar, Revanno? Lama tidak bertemu?”Revanno terdiam. Rasanya sosok Kakek yang selama ini ia kenal telah menghilang entah kemana. Sosok William yang biasanya tegas, suka memerintah dan menyebalkan itu kali ini tidak terlihat. Malam ini yang Revanno lihat hanya William yang berupa sosok pria tua yang sudah renta, berdiri seraya tersenyum ke arahnya. Senyum itu yang dulunya sering kali Revanno lihat ketika ia masih kecil dan tinggal di rumah Kakeknya.Senyum penuh kasih sayang dari seorang Kakek kepada cucunya.Revanno mengerjap. Menghalau air mata yang hendak turun dari kedua matanya. Bukankah tidak keren jika tiba-tiba Revanno mengeluarkan air mata di hadapan William, Marcus maupun Starla? Bisa-bisa turun harga diri Revanno.“Baik, Kek. Aku selalu baik,” jawab Revanno.Lagi-lagi William tersenyum. “Kemarilah,” ujarnya menyuruh Revanno mendekat ke arahnya.Rev
Baca selengkapnya
Demi Kesembuhan Cheryl
“Bagaimana keadaannya, Dok?” Sonia—Mami Cheryl bertanya ketika Dokter tengah memeriksa keadaan putrinya.“Kondisinya sudah cukup membaik,” jawab sang Dokter seraya memberikan alat-alat yang baru saja ia gunakan untuk memeriksa Cheryl ke perawat yang menemaninya. “Apa akhir-akhir kamu masih mengalami pusing?” Dokter kemudian bertanya pada Cheryl.Cheryl terdiam. “Terkadang pusing. Tapi terkadang juga nggak, Dok. Saya juga bingung. Apa itu berpengaruh dengan kondisi kesehatan saya?”Dokter tersenyum ke arah Cheryl. “Tidak apa-apa. Selama kamu tidak mengalami pusing yang sangat hebat semuanya akan baik-baik saja.”Cheryl mengangguk-angguk. “Lalu kapan saya boleh pulang, Dok? Saya rasa, keadaan saya sudah cukup baik. Tapi kenapa saya nggak kunjung boleh pulang dari rumah sakit ini?”Ramos dan Sonia tampak terkejut dengan pertanyaan putrinya. Mungkin Cheryl berpikir kondisinya memang baik-baik saja. Tapi wanita itu tidak tahu bahwa saat ini ia masih sangat membutuhkan perawatan dari Dokter
Baca selengkapnya
Menolak Untuk Membantu
Pertemuan di rumah William di lanjut dengan acara makan bersama. Berbagai hidangan sudah tersedia lengkap di atas meja makan. Termasuk makanan kesukaan Revanno.Revanno tersenyum ketika melihat makanan favoritnya itu ada di atas meja makan. “Kakek masih ingat rupanya,” ujar Revanno seraya mengambil semur daging. Satu-satunya masakan rumahan favorit Revanno.“Tentu saja. Kakek masih ingat betapa lahapnya kamu dulu jika Kakek menyediakan menu itu untukmu,” sahut William sambil tersenyum.Starla yang tengah duduk di samping Revanno benar-benar turut merasa bahagia atas kedekatan Revanno dengan Kakeknya. Starla bisa melihat sorot kebahagiaan yang di pancarkan dari kedua mata kekasihnya. Hal yang baru pertama kali Starla lihat ketika Revanno bertemu dengan William. Sebab, seingat Starla terakhir kali mereka bertemu pun suasananya tidak sehangat ini. “Jangan lupa makan sayur juga, Revanno.” Kata Starla mengingatkan.“Reva
Baca selengkapnya
Rencana Ramos
“Kamu pikir aku sudi membantumu kali ini?”Suasana menjadi hening sesaat setelah William mengatakan kalimat tersebut. Dan barulah beberapa detik kemudian terdengar suara helaan napas dari seberang telepon.“Wil, cucuku Cheryl. Dia sekarang sedang sakit, dia kehilangan ingatan, dan hanya Revanno satu-satunya orang yang bisa membantunya.” Harry kembali menjelaskan.“Kamu pikir Revanno itu Dokter?”“Tidak. Tapi aku yakin, hanya dia satu-satunya yang bisa membantu proses kesembuhan Cheryl.”William berdecak. “Daripada kamu yakin dengan cucuku. Lebih baik kamu cari saja Dokter terbaik. Dan yakinlah pada Dokter tersebut.”“Wil, kali ini aku mohon bantuanmu. Tolonglah cucuku, Wil.” Harry memohon di seberang telepon.Lagi-lagi William berdecak. Kali ini ia sudah tidak ingin berurusan dengan keluarga Harry. William tidak peduli meski hal itu bisa memutus tali persahabatannya sekaligus. Saat ini yang terpenting bagi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
25
DMCA.com Protection Status