Semua Bab Istriku Preman Pasar : Bab 21 - Bab 30
51 Bab
Bab 21
Bab 21 - Siapa yang Mama Bicarakan?Kami melangkah bersisian menuju ke warung yang menjual bubur ayam. Pagi itu, entah kenapa terasa sangat indah bagiku. Mungkin karena aku telah yakin kalau aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menghadapi mama tiri ku.Selesai menghabiskan semangkok bubur ayam, kami pun kembali ke rumah. Namun, aku sedikit kaget ketika sebuah mobil berhenti di sampingku. "Kenapa dia bisa ada di sini?" tanyaku di dalam hati. Wajah cantik Nadine muncul dari balik kemudi mobil, senyumnya terlihat sangat terpaksa. Nadine menyapaku tanpa turun dari mobilnya."Selamat pagi, Mas Leon. Dari mana nih?" tanyanya sambil melirik Bela yang berdiri di sampingku."Habis makan bubur ayam, kamu mau kemana?" "Tadinya mau ke rumah, tapi sepertinya batal aja, deh. Aku pamit, ya!" Nadine segera memacu mobilnya meninggalkan kami berdua. "Kasihan," gumam Bela. Kami kembali melanjutkan langkah yang terhenti tadi."Kasihan, siapa?" tanyaku tak mengerti."Itu, pacarnya, Mas. Mbak Nad
Baca selengkapnya
Bab 22
Bab 22 - SahPOV BelaSeminggu kemudian, aku tengah duduk terpekur di tepi tempat tidur. Di luar kamar masih terdengar suara Mas Leon tengah mengucapkan ijab kabul di hadapan tuan Kadi yang sekaligus menjadi wali hakimku. Saat terdengar suara sah yang bergema sampai ke hatiku, aku hanya bisa tertunduk sedih. Apa yang sudah aku lakukan sekarang. Aku menikah bukan karena cinta akan tetapi karena perjanjian. Walau jauh disudut hatiku mulai ada rasa yang perlahan mulai tumbuh karena perhatian mas Leon saat aku sedang sakit atau kesulitan kemarin. Namun, aku tahu kalau kami tak se-level. Benar kata mama mas Leon, kalau aku ini gadis gembel. Namun, aku tidak mengincar harta mas Leon seperti tuduhannya. Kami memutuskan menikah karena keadaan.Mas Leon butuh orang yang bisa menghadapi Maman tirinya sedangkan aku butuh tempat untuk menghindar dari kejaran anak buah bang Jalu. "Bela, kok malah bengong. Ayo keluar, suami kamu sudah menunggu di depan!" Suara lembut kak Asih membuat aku kemba
Baca selengkapnya
Bab 23
Bab 23 - Ramuan KhususPuku lima pagi aku terbangun, sudah menjadi kebiasaan sejak dulu. Saat tiba waktu subuh, ototmatis aku akan terbangun dengan sendirinya. Mas Leon maasih tertidur dengan pulasnya. Kugoyang tangannya dengan pelan agar dia terbangun. Mas Leon membuka matanya, mengerjap beberapa kali lalu mengambil ponsel yang ada di meja samping tempat tidur. "Masih jam lima, Bel. Mengapa kamu membangunkan aku?" keluhnya. "Sudah waktunya salat subuh, Mas," jawabku. "Salat Subuh, hmm, aku gak pernah melakukannya Bel.""Sekarang harus, walau bagaimanapun mas itu tetap imam aku. Jadi saat salat, mas harus bisa meng-imamiku.""I-imam? No, tidak bisa, Bela!" tolaknya. Mas Leon berbalik membelakangi ku. "Baiklah, hari ini aku mencoba mengerti, tapi mulai nanti siang Mas harus belajar hapalan salat. Kebetulan aku punya bukunya." Kutinggalkan mas Leon yang masih bergerak dari posisinya. Setelah berwudu, kutunaikan salat subuh. Kemudian aku beranjak ke luar dari kamar. Suasananya m
Baca selengkapnya
Bab 24
Bab 24 - Sakit PerutPOV Bela"Mas berangkat, ya. Kalau kamu mau keluar minta diantarin supir. Jangan pergi sendirian, bahaya!" pesan mas Leon saat dia mau berangkat ke kantor.Serasa punya suami yang perhatian, gak, sih? Eh, tapi aku memang sudah bersuami, ya. Walau hanya suami bohongan. "Bela, malah bengong!" "Eh, iya, Mas. Hati-hati, ya!" balasku canggung. Jadi begini rasanya para istri yang melepas kepergian suaminya di depan rumah untuk bekerja setiap hari. Kupandangi mobil mas Leon yang semakin lama semakin menjauh. Oke, sekarang bersiap menghadapi amukan ratu dan putrinya. Aku masuk ke dalam rumah, tampak mama dan Yola sedang menonton televisi. Sepertinya khasiat obat itu belum bekerja, mungkin sebentar lagi. "Ngapain kamu duduk di situ, ke dapur sana! Bantu-bantu si bibi ngepel, atau nyuci baju juga boleh!" bentak mama mertua ku dengan sadis. Wah, mentang-mentang mas Leon sudah pergi, dia mulai menunjukkan giginya padaku. Jika seminggu ini dia gak berani memerintahku ka
Baca selengkapnya
Bab 25
Bab 25 - BimbangKarena bosan iseng-iseng aku berselancar di dunia Maya. Foto-foto orang sedang wisuda langsung muncul di layar. Wajah-wajah ceria dan bangga kelihatan sekali dari mereka. Aku menghela napas, andai saja aku bisa seperti ini. Namun, itu hanya khayalan saja. Mana mungkin aku yang hanya tamatan SMP bisa kuliah. Aku baru ingat, apa ini yang di maksud nya tadi. Belajar, terus aku ikut paket C jadi aku bisa lanjut kuliah nanti. Namun, aku bingung mau mulai dari mana. Apa yang harus dipelajari, Matematika, ah itu sih gampang banget. Aku jago dalam hitung menghitung.Kuketik pelajaran SMA di Google, aku malah gak mengerti apa yang dibahasnya. Akhirnya kututup ponselku dengan kecewa.Karena bingung mau ngapain, akhirnya aku memutuskan untuk main ke rumah kak Asih saja. Dengan dibayar supir seperti pesan mas Leon, aku pun pergi ke sana. Di tengah jalan, mampir ke supermarket untuk membeli susu, Pampers dan berbagai keperluan bayi yang lain. Semuanya aku belikan untuk Laras, a
Baca selengkapnya
Bab 26
Bab 26 - Asal Kau BahagiaPOV LeonAku baru saja kembali dari makan siang bersama Nadine. Setelah makan siang dia minta ditemani belanja juga di supermarket. Aku sebenarnya ingin menolak, tetapi sepertinya Nadine sedang bersedih dan butuh teman bicara. Pagi tadi dia datang ke kantorku tanpa memberitahu lebih dulu. Padahal tidak ada jadwal meeting atau pun rapat dengan perusahaan nya. Rupanya dia hanya ingin berkunjung saja. Dan begitulah akhirnya dia minta ditemani makan siang dan berbelanja. Namun, dia tak mau bercerita sedang ada masalah apa."Selamat siang, Pak!" sapa supirku di parkiran membuatku kaget. Sejak kapan dia berada disitu, aku mengemudi sambil melamun rupanya sehingga tak melihat keberadaannya di situ."Siang, sedang apa kamu disini. Bukannya kamu saya suruh stay di rumah. Jika Bela ingin keluar kamu harus siap mengantarkannya!""Sudah, Pak. Tadi Non Bela minta diantarkan ke rumah temannya. Asih istrinya almarhum Ramon. Tapi ...." "Tapi kenapa?" tanyaku tak sabaran
Baca selengkapnya
Bab 27
Bab 27 - Aku Tidak Cemburu "Cemburu? Marah maksud, Mas? Tidak, aku tak cemburu atau marah. Buat apa, pernikahan kita kan hanya pernikahan bohong, pura-pura!" sahut Bela.Ya, kamu benar, Bel. Kita hanya pura-pura saja. Ternyata aku salah, Bela gak masalah akan kedekatan ku dengan Nadine."Syukurlah, kalau kamu gak marah. Tadinya aku pikir kamu akan salah paham melihat kami berdua." jawabku akhirnya. "Tidak, Mas. Aku paham kok dengan oosisi aku di rumah, Mas. Jadi aku mencoba mewujudkan itu secepatnya agar aku bisa pergi dari kehidupan Mas. Dan kamu bisa menikah dengan Nadine secepatnya." Sepertinya Bela susah salah sangka, tapi biarlah. Itu lebih baik saat ini. Karena dia tak punya perasaan apa-apa padaku.Kami tiba di rumah saat hari hampir gelap. Begitu aku masuk, drama dimulai lagi. "Leon, syukurlah kamu pulang. Istri kamu mau membunuh kami. Sepanjang hari mama dan Yola buang air terus. Kata dokter kami telah memakan obat pencuci perut. Pasti dia yang melakukannya!" tuding mama
Baca selengkapnya
Bab 28
Bab 28 - Jebakan YolaPOV BELA"Masih jauh rumahnya, Yol?" tanyaku. Yola yang sejak tadi asyik dengan ponselnya melihatku lalu melihat keluar jendela mobil."Gak, sudah dekat, Mbak!" jawabnya lalu kembali fokus pada ponselnya.Aku mendehem pelan, sebenarnya aku malas memenuhi ajakan Yola. Namun, sepertinya dia memaksa dan aku merasa dia punya rencana untuk membuatku malu di sana nanti.Sebenarnya mas Leon sudah melarang, tapi aku suka tantangan. Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh Yola nanti."Akhirnya sampai juga, jadi disini acaranya?" tanyaku ketika kami turun dari mobil."Iya, Mbak. Di sini acaranya. Ayo kita masuk!" ajaknya penuh semangat.Tanganku digandengnya seolah takut aku kabur meninggalkan dia. Hotel tempat acara ulang tahun temannya Yola ini sungguh mewah. Pasti harga sewanya mahal. Sayang banget, mendingan uangnya disumbangkan ke panti asuhan.Suara musik yang menghentak menyambut kami saat memasuki ruangan. Lampu disko berkelap-kelip menerangi sebagian ruangan y
Baca selengkapnya
Bab 29
Bab 29 Jebakan Yola (2)Dua orang gadis itu sudah berlalu, aku segera menuntaskan rasa kebeletku. Lalu aku ke luar menuju ke meja, dimana Yola dan teman-temannya sudah menunggu."Ini dia mbak saya, kenalkan om!" sambut Yola saat aku sudah mendekat.Kusalami mereka satu persatu dengan tersenyum manis. Sementara otakku masih terus berpikir bagaimana bisa lolos dari jebakan orang-orang tak bermoral ini.Keempat pria yang kutaksir berumur diatasku itu tersenyum melihatku. Mata mereka jelalatan seperti hendak menelanjangi tubuhku."Silakan diminum, mbak!" tawar gadis berbaju merah yang kulihat di toilet tadi."Terima kasih, nanti saja," tolakku. Aku tahu kalau dalam minuman itu pasti sudah diberi obat seperti kata gadis berbaju merah tadi.Dia kelihatan kecewa, lalu melirik ke arah si Om yang bernama Gilang tadi.Kulihat Yola sudah mulai tak sadar, dia tertawa tanpa sebab. Ini sudah gak bagus, aku harus membawanya pulang."Yola!" panggilku. Yola melihat padaku, syukurlah dia masih bisa mer
Baca selengkapnya
Bab 30
Bab 30 - Tuduhan PalsuPOV BelaTaksi yang kutumpangi akhirnya tiba di depan rumah. "Pak, tolong bantu aku?" seruku pada satpam yang sedang berjaga di depan kediaman Mas Leon. "Baik, Mbak. Eh, kenapa Non Yola, Mbak?" tanya sang satpam kaget.Aku menjawab kalau Yola pingsan, setelah membayar ongkos taksi, aku pun masuk ke dalam rumah. "Assalamualaikum," salamku sebelum masuk ke rumah. Sepi, tak ada yang menjawab, kuulangi sekali lagi. Barulah si bibi keluar dengan tergopoh. "Waalaikumsalam, lho, non Yola kenapa, Non Bela?" tanya si bibi panik. "Nanti saja ceritanya, sekarang kita bawa saja dia ke kamarnya, Bi!" jawabku singkat Si bibi tak banyak tanya lagi, langsung mengikuti satpam yang tengah menggendong Yola, lalu membawa Yola ke dalam kamarnya. Sampai di kamar kusuruh si bibi mengganti pakaian Yola. Lalu kami biarkan dia untuk beristirahat.Di ruang makan kuceritakan semuanya pada bibi, beliau sampai menangis mendengar ceritaku."Ya Allah, jahat benar teman-temannya non Yo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status