All Chapters of Mesin Pencetak Uang untuk Ibu: Chapter 31 - Chapter 40
80 Chapters
Bab 31
Andrew tengah mengamati orang-orang yang sedang menuju Masjid saat Adzan maghrib berkumandang. Dia ingin sekali ikut bersama orang-orang itu untuk beribadah di dalam Masjid namun dirinya tidak tahu bagaimana caranya, kedua orang tuanya sangat modern dan liberal meskipun beragama islam.Orang-orang itu hilir mudik memasuki Masjid kecil yang letaknya berada di pelataran Rumah Sakit."Tuan, maaf aku tinggal dulu ya. Aku mau sholat dulu sebentar." Pamit Rio dari hadapan Andrew.Andrew ingin mencegah Rio untuk mengajaknya juga ke Masjid urung dilakukannya, dia merasa malu harus mengakui bahwa dirinya sama sekali tidak tahu cara shalat."Mari Pak, kita shalat dulu. Imam sudah siap-siap sebentar lagi shalat akan dimulai." Ajak seseorang dibelakang Andrew yang sama sekali Andrew tidak mengenalnya.Dengan ragu-ragu Andrew mengikuti langkah pria itu, apapun yang pria itu lakukan Andrew akan lakukan."Panggil saya Hasan, Pak. Ayo kita ambil wudhlu dulu." Ucap Hasan berjalan di depan Andrew.Andr
Read more
Bab 32
Mami tengah memasak di dapur, sudah beberapa hari ini semenjak aku pulang dari liburan tak kulihat lagi wajah cantik Yuni.Kemanakah dia sekarang? Aku ingin bertanya pada Mami, namun aku tidak berani.Aku takut dia berprasangka yang berlebihan."Sayang, kok diam saja. Cerita dong kalau ada masalah?" Tanya Mami padaku tiba-tiba dari arah belakangku.Aku hanya menggelengkan kepala, malu kalau sampai Mami tahu tentang perasaanku pada Yuni."Eh, Mami ini yang melahirkanmu, tahu kalau anaknya sedang ada masalah. Ayo dong cerita." Paksa Mami padaku, sebenarnya aku tidak ingin membicarakan tentang Yuni pada Mami. Namun, karena aku sangat penasaran kenapa akhir-akhir ini kenapa Yuni tidak datang ke rumahku lagi. Apakah Mami sudah memecatnya ataukah Yuni mengundurkan diri dari Pekerjaan di tempat Mami."Mam, aku mau bicara. Tapi, Mami janji jangan meledek aku." Titahku pada Mami yang tengah memandangiku, mendengar ucapanku dia langsung duduk di kursi sebelahku."Ada apa memangnya Raf? tumben b
Read more
Bab 33
Siang itu saat Rafael selesai berbicara dengan Maminya dan dia mendapatkan angin segar, lantas dia pun dengan terburu-buru pergi ke rumah Yuni. Dia hafal betul jalan kerumah Yuni meskipun dirinya hanya satu kali mengantarkan Yuni kerumahnya.Dengan hati yang berbunga-bunga karena sudah mendapat lampu hijau dia melangkah dengan langkah lebar ke arah pintu rumah Yuni."Assalamualaikum." Salam Rafael pada sang empunya rumah.Tak berselang lama, nampak pria menjawab salamnya Rafael."Walaikumsalam, maaf mencari siapa ya?" Tanya Jaka dengan menatap heran lelaki tampan di hadapannya, apakah ini temanya Radit dan Gino atau bukan."Saya mencari Yuni, apa Yuni ada didalam?" Tanya Rafael hormat, dia menyalami tangan Jaka. Karena Rafael pikir Jaka adalah Ayahnya Yuni."Sebentar saya tanya dulu Ibunya, mari masuk dulu di dalam." Jawab Jaka dengan mempersilahkan Rafael masuk kedalam. Dirinya akan bertanya dulu pada Nina tentang kehadiran Rafael dirumahnya.Dengan tergesa-gesa Jaka menepuk bahu Nin
Read more
Bab 34
Aku menyimpan nomer ponsel Ayah Yuni, dan aku berharap bisa mendapatkan kabar keadaan Yuni yang sebenarnya. Pantas saja perasaanku tak enak dari kemarin, orang bilang katanya kalau kita mencintai seseorang apapun yang terjadi di orang itu akan terasa pada kita."Terima kasih banyak ya, kalau begitu saya pamit dulu." Ucapku undur diri. Aku ingin memberitahu Mami tentang keadaan Yuni dan aku ingin mengajak Mami menengok Yuni di Rumah Sakit.Wanita itu hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, biarlah aku tidak peduli.Dengan perasaan kalut dan was-was aku mengendarai mobilku dengan kecepatan tinggi, aku harus memberitahukan keadaan Yuni pada Mami. Aku merasa Yuni sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja."Ya Allah selamatkan Yuni, aku tidak ingin terjadi hal buruk yang menimpanya." Doaku di dalam hati.Akhirnya aku telah sampai di depan rumah, aku klakson pintu pagar agar Pak Untung Satpam rumah membuka pintu.Tak lama pintu pagar pun terbuka. Aku segera memasukkan mobilku
Read more
Bab 35
Andrew yang tengah makan di kantin Rumah Sakit nampak mukanya sangat letih, sudah berhari-hari dirinya tidur di Rumah Sakit. Rio hanya sesekali datang untuk memberikannya baju ganti dan mengambil pakaiannya yang kotor.Belum ada perubahan di dalam diri Yuni, lukanya memang cukup dalam. Kata Dokter yang memeriksanya, ginjal milik Yuni terkena goresan saat peluru itu di tembakkan di perut Yuni. Jadi ginjal tersebut mengalami pendarahan. Andrew tampak gusar, Dokter menyuruhnya untuk secepatnya mendapatkan donor ginjal agar Yuni bisa terselamatkan dan bisa cepat pulih. Keadaan stabil yang kemarin Yuni dapatkan hanya bersifat sementara."Ginjal siapa yang harus aku donorkan, sedangkan ginjalku tidak cocok. Haruskan Ayah dan Ibunya Yuni, ataukah Radit dan Gino. Karena menurut Dokter kemungkinan besar donor ginjal dari pihak keluarga kemungkinan cocoknya sangat tinggi, sedangkan untuk orang lain tidak menjamin kecocokannya." Ucap Andrew sendirian, pikirannya sedang kalut.Haruskan dirinya men
Read more
Bab 36
Andrew nampak kecewa keluar dari pintu ruangan administrasi rumah sakit ini. Meskipun dirinya akan diberitahukan siapa saja pada hari di saat Yuni dilahirkan."Bagaimana, Tuan apa sudah dapat informasinya?" Tanya Rio sesaat setelah melihat Andrew dan Pak Doni melangkah menuju tempat duduknya.Andrew tampak menggelengkan kepalanya pelan, dirinya merasa sangat penat dengan permasalahan yang menimpanya akhir-akhir ini."Belum, Rio. Kita diminta besok untuk datang kesini lagi," jawab Andrew seraya duduk di samping Rio.Rio tampak mengangguk kemudian dirinya teringat sesuatu."Tuan, lebih baik sekarang kita makan dulu. Siang ini Tuan belum makan, barangkali Pak Doni juga merasa lapar." Ajak Rio pada Andrew untuk makan siang bersama.Sebenarnya perut Andrew memang terasa lapar, namun dirinya belum berselera untuk makan sebelum mendapat informasi tentang Yuni."Ayo, Tuan. Biar kita banyak masalah, tetapi jangan sampai kita melupakan makan agar kita kuat menghadapi masalah yang dihadapi," ter
Read more
Bab 37
Siang Itu Andrew, Rio dan beserta Pak Doni pergi ke rumah Ibu Nina. Sedangkan Yuni Andrew titipkan pada Suster Diana, agar mereka bisa leluasa keluarga agak lama. Karena Andrew pikir mungkin perdebatan yang akan terjadi antara Pak Doni dan Ibu Nina akan berlangsung alot."Rio, aku ingin hari ini masalah mencari donor untuk Yuni selesai hari ini. Aku ingin segera melihat Yuni sembuh, kasihan dia sudah berhari-hari menahan sakit." Ujar Andrew disamping kursi Rio, sedangkan yang mengemudikan mobilnya adalah Rio. Pak Doni duduk di kursi jok belakang sendiri.Sepanjang perjalanan, Pak Doni hanya bisa terdiam. Dirinya bingung antara harus jujur ataukah berbohong, namun dia tidak ingin sampai kehilangan Yuni. Anak yang sudah begitu Pak Doni sayangi."Pak, tolong nanti rayu Ibunya supaya mau mendonorkan ginjalnya. Karena ginjal Bapak ternyata tidak cocok untuk Yuni jadi paling tidak yang cocok mungkin antara Ibu Nina, Radit dan juga Gino." Timpal Andrew dengan melirik ke arah Pak Doni sekilas
Read more
Bab 38
Dengan perasaan senang Andrew melajukan kendaraanya dengan Rio yang berada di belakang untuk menjaga Pak Doni dan Ibu Nina tidak kembali bertengkar.Sedangkan Jaka duduk di kursi depan samping Andrew. Tidak ada percakapan diantara mereka. Ibu Nina merasa senang dirinya akan mendapatkan uang milyaran rupiah sesuai kesepakatan kalau ginjal Ibu Nina cocok oleh Dokter.Mereka berempat turun dari mobil Andrew sesaat Andrew memarkirkan kendaraannya di Parkiran Rumah Sakit tempat Yuni dirawat.Dengan langkah pasti Andrew mencari keberadaan Dokter yang menangani Yuni setelah mereka berempat telah masuk ke dalam ruangan Yuni."Sayang apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini? bukankah bisa membahayakan kesehatanmu?" tanya Jaka pada Nina.Nina yang merasa senang kekasihnya mengkhawatirkan keadaannya hanya tersenyum tipis."Tidak apa-apa banyak orang yang hidup dengan satu ginjal dan dirinya baik-baik saja sampai tua." Jawab Ibu Nina seraya mengelus pipi Jaka.Pak Doni yang melihat kemesaraan ked
Read more
Bab 39
Andrew tampak frustasi, dirinya kehilangan semangat untuk hidup setelah mendengar ucapan Dokter itu tentang kecocokan ginjal Yuni dengan Ibunya."Ini pasti ada yang tidak beres. Tidak mungkin Dokter itu sampai keliru dengan pemeriksaannya." Ucap Andrew di dalam hati.Andrew nampak menghampiri Pak Doni, dia ingin bertanya kejujuran dari Pak Doni."Pak, bisakah kita berbicara sebentar diluar." Ajak Andrew pada Pak Doni yang sedang duduk di pojok ruangan entah sedang memikirkan apa."Boleh, apa yang mau kamu bicarakan denganku?" tanya Pak Doni curiga dengan permintaan Andrew yang tiba-tiba ketika Ibu Nina pergi."Suster Diana tolong saya titip Yuni sebentar." Titah Andrew pada Suster Diana yang sedang mengemasi barang-barang Yuni yang kotor."Baik Pak." Jawab Suster Diana singkat.Andrew tampak malas menjawab pertanyaan dari Pak Doni, namun karena dirinya masih menghargai sebagai Ayah dari Yuni. Jadinya Andrew tidak meluapkan amarahnya.Setelah mereka mendapatkan tempat yang cocok, yaitu
Read more
Bab 40
Tiba saatnya hari yang dinantikan oleh Andrew telah tiba, dia sedang menunggu dengan gelisah di ruangan Yuni."Tuan, apakah anda baik-baik saja? kulihat gelisah sekali." Tanya Rio pada Andrew yang tengah mondar-mandir didepan ranjang Yuni."Aku menunggu kabar dari Dokter itu, mudah-mudahan kita mendapatkan kejelasan. Kasihan Yuni sudah terlalu lama tidak sadar seperti ini." Jawab Andrew dengan kembali mengecek ponselnya barangkali sang Dokter menghubunginya.Rio pun sebenarnya sangat penasaran, benarkah mereka adalah orangtua kandung dari Yuni atau bukan karena terlihat dari sikap mereka pada Yuni sangat tidak mencerminkan sebagai orangtua kandung.Tok...Tok...Tok....Tiba-tiba saja pintu ruangan diketuk dari luar, Andrew langsung membukanya. Dirinya merasa heran dengan kedatangan Rafael dan Ibu Tari sepagi ini."Maaf, Pak. Saya datang kembali kesini karena memikirkan keadaan Yuni terus." Ucap Ibu Tari saat Andrew menatapnya penuh keheranan."Oh tidak apa-apa, jangan panggil saya Pak.
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status