All Chapters of Pulang Ka Bako: Chapter 111 - Chapter 120
122 Chapters
After Hurricane
Fahri bangkit dari baring dengan panik ketika tak melihat Dinda berada di sampingnya. Jam masih menujukan pukul 04.00, dengan tergesa Fahri menuju kamar mandi, panik makin menjadi tatkala tak ia dapati Dinda di sana. Ia beralih keluar kamar, aroma masakan yang menguar samar, meredakan panik yang Fahri rasakan. Apalagi ketika ia melihat punggung Dinda yang tengah asyik mengerjakan sesuatu di meja dapur. "Nda masak apa?" Fahri mendekat sembari mengembus napas lega setelah melihat sosok istrinya. Melihat Dinda tengah sibuk di dapur, sesaat Fahri merasakan seolah dunianya kembali normal. Sudah lama sekali tempat itu tak disentuh semenjak kondisi Dinda tidak baik. Dinda menoleh dengan senyum menghias bibirnya. "Pagi, Uda!" sapanya dengan ceria. "Nda mau masak sarapan." Dinda kembali memalingkan wajah dan menekuri papan pemotong di hadapannya. Fahri menghenyakkan tubuhnya di kursi pantry. Kepalanya sedikit berdenyut karena tadi terbangun dengan panik. "Nda nggak bisa tidur lagi?" tanya F
Read more
Pemulihan
Pagi ini setelah selesai mandi, Fahri kembali mendapati pakaian kerja yang sudah disiapkan Dinda di atas tempat tidur. Bahkan Dinda membantunya memasangkan dasi. Sudah dua minggu ini ia kembali bekerja ke kantor karena di paksa Dinda. Bibir Fahri tak henti mengulas senyum semenjak tadi ia pulang dari mesjid. Kali ini ia sudah tak mampu menahan diri untuk tak mengecup lembut bibir Dinda. Awalnya perlahan kemudian berubah cukup intens karena Dinda juga memberikan respon. "Nanti Uda terlambat kerja," tukas Dinda melepas tautan bibir mereka dengan sedikit mendorong tubuh Fahri dan menunduk malu. Wajahnya mendadak terasa terbakar. Fahri hanya mampu mengangguk dengan senyum kikuk dan menggaruk pelipisnya sebagai tanda salah tingkah. Ia belum kuasa meminta haknya sebagai suami, mengingat perjuangan Dinda untuk kembali bangkit ke titik ini. "Nanti saja kalau Uda sudah pulang kerja," bisik Dinda malu-malu, seakan mengerti keinginan suaminya. Wajah Fahri kembali berubah cerah. "Beneran?"Di
Read more
Seikat Bunga Untuk Dinda
Hari ini Fahri pulang kerja dengan penuh semangat karena mengingat janji Dinda sebelum berangkat kerja tadi. Senyum tak berhenti mengulas di bibirnya. Bahkan dia membeli seikat anyelir putih untuk Dinda, di perjalanan pulang. "Anyelir putih itu melambangkan kesetiaan dan perasaan cinta yang dalam. Ini cocok buat dikasih ke istri, Mas," terang penjual bunga, ketika Fahri kebingungan mencari bunga yang tepat buat Dinda. Harapan Fahri disambut senyum manis Dinda, kandas tatkala melihat istrinya itu menyambut dengan kerudung instan yang miring, wajah penuh keringat dan bekas cakaran. "Nda habis ngapain?" Suara Fahri sedikit histeris melihat tampilan Dinda yang jauh dari bayangannya. "Maaf, Uda. Nda belum sempat mandi karena baru habis mandiin Snowy."Kening Fahri berkerut mendengar jawaban Dinda. "Snowy?"Mata Dinda mendadak berbinar saat mendengar pertanyaan suaminya. "Nda tadi nemu anak kucing di pos satpam. Kata Pak Satpam, anak kucing itu dari kemarin di sana, sepertinya dibuang o
Read more
Cinta Datang Terlambat
Sekuat tenaga Dinda menahan lututnya yang terasa goyah, tatkala melangkahkan kakinya memasuki gedung yang memiliki 20 lantai tersebut. Tujuannya adalah ke lantai 5 gedung itu, menemui Gibran untuk membicarakan perihal surat pengunduran dirinya yang telah ia kirim satu bulan lalu. Dinda berusaha mengatur napas agar mampu menghirup udara dengan normal. Rasa takut terasa menjalar di sepanjang tulang punggungnya. Dingin, terasa hingga ke tengkuk. Sebenarnya perlakuan buruk yang ia terima selama beberapa bulan bekerja di perusahaan itu, belum seberapa dibanding perundungan yang Dinda terima semasa menduduki sekolah menengah atas dulu, tetapi tatapan dan kalimat intimidasi Vanya, seakan merobek-robek kepercayaan dan harga dirinya. Dinda merasa menjadi manusia tak berguna setiap kali ia melangkahkan kakinya di lantai 5 gedung itu. Di tengah rasa panik yang menyerang, kalimat Bianca kembali terngiang. "Kamu itu berharga, tidak ada yang boleh membuatmu merasa rendah."Berusaha menguatkan hat
Read more
Pulang Kampung
"Nanti Snowy sama siapa di rumah kalau kita pulang kampung, Uda?" Pertanyaan tiba-tiba dari Dinda, membuat Fahri—yang hampir tertidur—kembali terjaga. Meskipun telah menjalani beberapa kali sesi terapi, tetapi Dinda masih saja sering membebani pikiran dengan hal-hal yang terkadang dianggap Fahri tidak terlalu penting. Seperti sekarang, Dinda malah tidak bisa ridur hanya karena memikirkan bagaimana nasib kucing peliharaannya itu ketika mereka berangkat ke kampung nanti. "Titipkan di pet hotel saja," putus Fahri berusaha menyabarkan diri dengan pertanyaan absurd Dinda. Matanya sudah berat, tubuhnya juga sudah lelah seharian dengan berbagai meeting bulanan dan tahunan di kantor dan ATPM¹."Tapi Nda takut Snowy nggak diurus dengan baik." Dinda kembali mengungkapkan kerisauannya. Fahri mengembuskan napas panjang, berusaha menyabarkan diri. Hanya masalah remeh, ia berpikir dengan cepat, mencari jalan keluar yang sekiranya membuat Dinda puas dan tak lagi mengajukan keberatan atas usulnya.
Read more
Harapan Fahri
Lima Bulan Kemudian"Misi paket!" Dinda yang tengah duduk meleseh sambil mengutak-atik laptop di depan meja ruang keluarga, sontak bangkit, menyambar kerudung instan yang selalu ia sampirkan di sandaran kursi ruang keluarga, dan melesat keluar rumah. Kening Fahri berkerut, sudah tak terhitung paket yang datang semenjak ia kemarin ada di rumah. Bahkan di sudut ruang keluarga mereka, masih ada beberapa paket yang belum dibuka. Selama ini Fahri tak terlalu memusingkan hobi baru Dinda berbelanja online, tetapi melihat tumpukan paket yang belum tersentuh itu, membuat rasa penasaran Fahri terusik. Apakah ini salah satu efek gangguan yang diderita Dinda atau memang istrinya itu sedang melakukan balas dendam akibat dulu selalu menahan keinginan untuk memiliki sesuatu. Tak lama Dinda masuk dengan sebuah kotak besar di tangan. Melihat Dinda kepayahan membawa kotak itu, Fahri reflek bangkit dari duduk. Menawarkan diri membawakan kotak itu pada Dinda. "Nda belanja apa lagi ini?" Penasaran, akh
Read more
Konseling
Di dalam kamar mandi, jemari Dinda bergetar memegang kemasan plastik yang berisi alat untuk pendeteksi kehamilan tersebut. Takut membelenggu hati Dinda. Ketakutannya bukan tanpa alasan, selama enam bulan belakangan ini, Dinda masih rutin mengkonsumsi antidepresan. Kehamilan ini di luar rencana. Dinda takut obat-obatan yang ia konsumsi selama beberapa bulan ini mempengaruhi janin yang mungkin saja sudah terlanjur hadir di rahimnya. "Nda!" Suara Fahri kembali terdengar dari luar. Panik kembali melanda pikiran Dinda. "Sebentar, Uda! Nggak sabar banget, sih!" Dinda kembali membalas dengan berteriak dan tanpa sengaja, Dinda menyenggol wadah yang telah berisi air seni yang akan digunakan untuk melakukan tes kehamilan tersebut. Tiba-tiba saja kesal melanda hati Dinda. Ia kemudian bergegas ke pintu, memberengut kesal saat melihat wajah Fahri yang hendak bertanya di depan pintu. "Belum!" ketus Dinda sebelum Fahri membuka suara, "katanya di kemasan itu sebaiknya dilakukan pagi hari." Dinda
Read more
Grow Old With Me Please
Keluar dari ruangan Bianca, Dinda mengeluarkan ponsel, memeriksa pesan dari Fahri, dan mengulas senyum tipis tatkala melihat nama Fahri tertera pada layar ponsel. Gegas Dinda membuka pesan dari Fahri. 14.00: [Nda, sepertinya uda telat jemput. Tadi ada meeting dadakan sama Om Syahrial. Kalau Nda nggak keberatan, naik taksi ke kantor uda.]Baru saja Dinda hendak mengetikkan balasan, suara Fahri dari arah parkiran memanggil. Terlihat sosok jangkung itu tergesa menyusul Dinda ke teras klinik. "Lho, katanya Uda nggak bisa jemput?" tanya Dinda sembari mengulas senyum. "Uda izin sebentar sama Om Syahrial.""Jadi ngerepotin." Dinda tersenyum semringah. Ada hangat yang terasa menjalar tatkala menyadari suaminya itu mengorbankan waktu demi memenuhi janji untuk menjemput. "Nda bisa naik taksi saja, padahal."Fahri merangkul pundak Dinda sembari berjalan beriringan menuju mobil. "Takut Nda nyasar."Dinda mencebik. "Ya nggak bakal nyasar, lah. Tinggal ketik alamat di aplikasi."Dinda duduk deng
Read more
Kejutan Anniversary
Dinda bersenandung kecil sambil menunggu Fahri pulang kerja. Ia kembali menata ulang beberapa sendok di meja makan yang telah dihias sedemikian rupa. Satu tahun kembali telah terlewati, hari ini tepat tiga tahun pernikahan mereka. Dinda sudah mempersiapkan hadiah untuk Fahri, dibungkus dalam sebuah kotak yang dikasih pita. Dinda membuka kembali kotak tersebut, senyum terkembang indah di bibirnya yang hanya dipoles lip gloss, membayangkan reaksi Fahri saat menerima hadiah yang ia berikan. Saat mendengar suara mesin mobil memasuki garasi, buru-buru Dinda menutup kembali kotak itu, dan menyimpannya ke dalam laci pantry. Ia akan memberikan hadiah spesial malam ini untuk suami tercinta setelah selesai makan malam. Dinda bergegas menyambut Fahri di depan pintu tatkala mendengar suara suaminya mengucapkan salam. "Wah! Masak apa, nih? Wangi banget!" komentar Fahri begitu pintu terkuak. "Nda masak Kalio¹ Ayam favorit Uda." Senyum puas terbit di bibir Dinda. Meskipun sikap Fahri sudah jauh b
Read more
Melanjutkan Hidup
"Maaf, Pak, Bu. Kami sudah tidak menerima pasien baru lagi karena sudah mendekati jam tutup klinik." Kedatangan Fahri dan Dinda di klinik dokter kandungan, disambut wajah penuh sesal resepsionis klinik tersebut. "Tapi ini urgent, Mba!" Fahri masih berusaha menegosiasi. "Kalau kondisi gawat, bisa langsung ke UGD rumah sakit terdekat saja, Pak.""Sudahlah, Uda. Besok saja kita periksa," bujuk Dinda menarik lengan Fahri menjauh dari meja resepsionis. "Kalau buat konsultasi besok, bisa di-booking dulu, Bu." Tatapan resepsionis itu beralih ke arah Dinda yang tampak lebih memahami kondisi. "Iya—""Nggak usah! Kita cari klinik lain saja malam ini," potong Fahri dengan wajah kesal dan menarik Dinda keluar dari klinik. "Ini sudah malam, Uda. Pasti klinik yang lain juga sama, tidak mau menerima pasien lagi," tukas Dinda ketika mereka keluar dari lobi. "Kita cari sampai ada yang mau terima." Fahri bersikukuh. "Nggak mau! Nda capek!" Dinda menghempaskan tangannya yang digenggam Fahri. "Ken
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status