All Chapters of Pulang Ka Bako: Chapter 91 - Chapter 100
122 Chapters
Menjalankan Rencana
Pagi ini Dinda diantar Rudi ke rumah Emi. Dengan takut-takut Dinda membeberkan masalah rumah tangganya kepada mertuanya itu. Lama Emi tertegun setelah mendengar cerita dari Dinda. "Kalau feeling Rudi, sih, Ari sayang sama Dinda, Mi. Tapi sok ngegedein gengsi," tukas Rudi seolah berusaha mengusir gundah dari pikiran uminya, "kalau dia nggak sayang, ngapain nyuruh Dinda yang ngajuin gugatan cerai, tinggal ngomong talak aja, kelar."Emi mulai mengangguk-angguk pertanda setuju dengan pendapat putra sulungnya."Jadi sekalian aja kerjain tuh anak, biar bisa mikir dewasa dikit," imbuh Rudi, berusaha meyakinkan ibunya. "Ya kalau memang begitu, kita coba saja rencana ini. Umi juga nggak tega kalau Dinda sampai makan hati berulam jantung menahankan kelakuan si Ari," pungkas Emi kemudian. "Nda bawa laptop?" tanya Rudi setelah mendengar persetujuan dari Emi. Dinda mengangguk, bangkit dari duduk dan mengambil laptop yang ia letakkan di samping koper. Dengan cekatan Rudi mengetikkan surat pern
Read more
Jangan Pergi
Keributan itu akhirnya dilerai oleh petugas keamanan hotel. Fahri memberontak berusaha melepaskan diri ketika dua orang petugas keamanan menyeretnya keluar dari lobi, dan baru melepaskannya ketika sudah berada di area parkir. Dengan napas terengah, Fahri berbalik, menatap garang pada Dinda yang ternyata sudah berada di belakangnya, yang balik menatapnya sengit. Dinda tak kalah emosi karena Fahri malah mengkambing hitamkan Gibran atas kesalahan yang dibuat oleh Fahri sendiri."Uda ngapain ke sini?" tanya Dinda dengan kedua tangan terlipat di dada. "Sudah tidak sabar mau jadi duda? Uda tenang saja, surat pernyataan cerai yang Uda minta sudah Nda siapkan. Tadinya minggu depan mau Nda kasih ke Uda. Tapi, berhubung Uda sudah ada di sini, sekalian saja Uda tanda tangani." Dinda bergegas membuka tas laptop yang tersampir di bahunya, mengeluarkan secarik kertas dari map plastik, dan menyodorkannya ke tangan Fahri. Penerangan di area parkir yang tidak terlalu terang membuat bias kejut di waja
Read more
Saling Gengsi
Fahri buru-buru masuk mobil, ia baru menyadari semenjak tadi menjadi tontonan tamu hotel. Begitu berada di belakang kemudi, Fahri menumpahkan kesedihan, amarah, dan kecewanya dengan memukuli setir. Dadanya terasa sesak, entah mana yang lebih sakit antara ditinggal Priska atau Dinda. Yang jelas, kali ini Fahri makin terasa gila. Padahal Fahri mati-matian untuk mencegah agar ia tak jatuh cinta dan kembali terluka, tetapi justru yang dirasakannya kali ini malah berbalik. Ia jatuh cinta dan terlambat menyadarinya. Sikap Fahri memang terkadang suka seenaknya. Fahri bertingkah seperti itu semata-mata untuk mencegah perempuan yang menyukainya hanya dari sekedar fisik semata, untuk mendekatinya. Fahri menyadari kelebihannya, memiliki wajah yang menarik dan memiliki harta yang bikin silau mata kaum hawa. Fahri tidak mau hanya dimanfaatkan para perempuan yang menyukainya dari apa yang ia miliki saja. Dari dulu bahkan banyak para gadis di kampusnya berlomba-lomba menarik perhatiannya, tetapi F
Read more
Saling Merindui
Setibanya di kamar, Dinda mendapati kamar kosong. Nunik tampaknya belum kembali ke kamar. Badan dan pikiran yang terasa letih, membuat Dinda merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia hampir saja tertidur ketika mendengar suara pintu kamar terbuka dan Nunik memanggil namanya dengan panik. "Kenapa, Nik?" tanya Dinda dengan wajah linglung. Ia baru saja hampir tertidur, kesadarannya belum sepenuhnya mengumpul. "Suami kamu pingsan di bawah, Dinda!" seru Nunik panik. Reflek Dinda bangkit dari baring. Ia sempat terhuyung karena kehilangan keseimbangan. "Kok, bisa?" tanya Dinda saat ia dan Nunik ke luar kamar secara bersamaan. "Nggak tau juga, aku tadi pas datang ngeliat orang ramai-ramai, pas aku lihat kok kayak kenal. Terus aku ingat, wajahnya mirip sama suamimu."Dinda yang mendadak menghentikan langkah, membuat Nunik bingung. "Lho, kok berhenti?""Kirain beneran suami aku. Nggak taunya mirip doang," ujar Dinda berniat hendak kembali ke kamar dan kembali mau meneruskan tidurnya. "Eh,
Read more
Syarat Dari Dinda
"Nda kemarin ke mana?" tanya Fahri begitu ia selesai makan. Perut yang terisi dan Dinda sudah ada di hadapannya, sedikit memperbaiki suasana hatinya. Wajahnya sudah tak sepias tadi dan tatapan matanya pun sudah tak sesinis biasanya. Ia menatap sendu ke arah perempuan yang tengah sibuk dengan ponsel di meja seberang. Perempuan yang mampu meruntuhkan sikap angkuhnya. Dinda mengangkat wajah dari ponselnya. "Ke Bandung, ketemu umi," sahut Dinda dengan nada datar. Fahri terkesiap wajahnya kembali pias. "Umi bilang apa?""Ya, sama kayak uda bilang kemarin ke Nda. Kalau Nda sudah nggak kuat, silahkan saja ajukan gugatan cerai.""Serius umi bilang gitu?" Fahri menatap Dinda tak percaya.Dinda mengangguk. "Kata umi, nanti setelah Uda tanda tangan surat cerai itu, umi akan berembug sama tetua adat di kampung. Biar nanti pas pendaftaran pengajuan cerai bisa cepat."Tangan Fahri reflek menjangkau tangan Dinda. "Jangan diterusin. Uda minta maaf. Nda pulang, ya," pinta Fahri masih dengan tatapan
Read more
Saling Membutuhkan
"Nggak bisa di nego lagi?" tanya Fahri menatap nanar ke arah Dinda. Dinda menggeleng disertai senyuman. "Kita balik, yuk! Nggak enak dari tadi jadi tontonan gratis." Dinda bangkit dari duduk. Sesaat kemudian meringis sembari memegangi perutnya yang semenjak tadi memang sudah terasa nyeri. Rasa nyeri itu semakin menjadi, menjalar hingga ke punggung dan kepalanya. "Nda kenapa?" Fahri dengan penuh perhatian melingkarkan lengannya di bahu Dinda. Ia baru menyadari keringat yang membanjiri kening istrinya itu. Kini wajah Dinda yang berganti pias. "Sakit datang bulan lagi?" tebak Fahri sembari mengusap peluh di kening Dinda, mengeratkan pelukannya ke bahu sang istri. Hanya mengangguk yang bisa Dinda lakukan untuk menjawab pertanyaan Fahri. Dinda memang selalu merasakan nyeri hebat setiap tamu bulanannya datang. Yang ia butuhkan saat ini adalah, meminum obat pereda nyeri dan meringkuk di bawah selimut hangat. "Bawa obat pereda nyerinya, nggak?" tanya Fahri kembali. Dinda mendongak semba
Read more
Mission Accomplished
Dinda : [Mission accomplished ] Dinda menuliskan pesan pada grup Mission Impossible—yang baru dibentuk tadi pagi bersama keluarga Fahri. Dinda tak mengira misi mereka membuat Fahri bertekuk lutut akan berakhir secepat ini. Semua rencana yang telah mereka susun untuk beberapa bulan ke depan, tak jadi terlaksana. Dena : [Serius Ari udah nyerah, Nda?] Dena membalas pesan Dinda langsung ke kontaknya, alih-alih di grup mereka. Dinda : [Iya, Teh. Uda sampai pingsan segala tadi pas Nda kasih surat cerainya.]Dena : [🤣]Dena : [Ya Tuhan, drama apa yang dimainkan si Kampret itu.]Dena : [Pingsan kenapa dia? Aku pikir dia sakti mandraguna 🤣]Dinda melirik ke arah Fahri yang sudah tertidur pulas. Lelah jelas terjejak di wajah lelaki itu. Dinda membekap mulutnya untuk menahan tawa membaca balasan-balasan pesan dari Dena. Nyeri di perutnya sudah mereda setelah meminum obat pereda nyeri dan kompres hangat yang diberikan Fahri, ditambah pijatan penuh cinta, membuat rasa sakit itu hilang seketik
Read more
Indahnya Berdamai
Saat terbangun, Fahri gelagapan karena sisi ranjang yang ditiduri Dinda telah kosong. Gegas Fahri bangkit dari baring menuju pintu kamar mandi dan mengetuk pintu yang terbuat dari kaca sandblasted di depannya dengan panik sambil memanggil nama Dinda. "Uda kenapa?" tanya Dinda saat membuka pintu kamar mandi dan melongokkan kepala yang terbungkus handuk. "Kebelet," ringis Fahri malu mengakui bahwa ia takut kembali ditinggalkan Dinda. Tentu saja gengsinya masih belum sepenuhnya hilang. Dinda mengulas senyum jail. "Bukan karena takut Nda tinggalin, kan?"Fahri cengengesan. "Salah satunya." Fahri dengan terpaksa mengakui, daripada Dinda kembali ngambek dan kembali pergi."Uda berangkat jam berapa?" tanya Dinda sebelum Fahri menutup pintu kamar mandi. Fahri urung menutup pintu. "Kemana?""Ngantor.""Uda nggak masuk hari ini, mau di sini aja dulu sama Nda.""Ih! Nda kan diklat, ngapain Uda di sini? Ntar bengong-bengong sendirian malah kesambet!""Kan ntar istirahat bisa ketemu lagi." Fah
Read more
Dimusuhi
Dengan berat hati, akhirnya Fahri meninggalkan hotel setelah dipaksa Dinda untuk berangkat kerja. "Nggak baik melalaikan tanggung jawab, Uda. Jangan sampai perusahaan malah merugi kalau nggak diurus dengan baik." Begitu kata Dinda saat Fahri masih bersikeras untuk tinggal lebih lama di hotel bersama Dinda.Dinda mengantar Fahri hingga ke mobil. Bukan hanya Fahri, Dinda pun sebenarnya merasa berat hati berpisah setelah semalam lelaki itu memperlakukannya dengan baik, hingga nyeri haid yang begitu menyiksa tak lagi ia rasakan saat bangun pagi ini. "Hati-hati di jalan, Uda," ucap Dinda saat Fahri menyalakan mesin mobil. Fahri membalas dengan menunjuk pipinya dan menyodorkan ke arah Dinda. "Apaan?" tanya Dinda kemudian mengulum bibir. "Kiss," balas Fahri dengan senyum yang ditahan. Dinda menggeleng malu-malu. "Kan tadi udah.""Lagi.""Malu dilihat orang Uda.""Biarin, sama istri sendiri," ujar Fahri setengah memaksa. Setelah memastikan tak ada orang lain di sekitar mereka, buru-buru
Read more
Hari Terakhir Training
"Gosip yang aku dengar, Pak Gibran di-cut jadi pemateri gara-gara masalah dengan suamimu kemarin," tukas Nunik saat Dinda mengungkapkan rasa penasaran akan absennya Gibran selama seminggu ini. Nunik memang selalu terdepan dalam mendapatkan informasi seputaran kabar yang off the record selama pelatihan."Makanya grup cewek-cewek fans Pak Gibran makin jutek sama kamu, idolanya sampai nggak ngisi kelas." Nunik terkekeh-kekeh saat mengatakan hal itu. Dari semua peserta pelatihan perempuan, hanya Nunik yang masih terasa bersikap netral pada Dinda. Sisanya ada yang terang-terangan menunjukkan rasa tak sukanya, ada pula yang hanya berani menyindir-nyindir."Tapi kok dari pihak panitia nggak ada konfirmasi ke aku, ya? Kan masalahnya juga belum jelas. Lalu kenapa Pak Gibran sendiri yang kena imbasnya." Dinda masih merasa janggal dengan absenya Gibran selama satu minggu ini. "Ya tetap saja Pak Gibran yang salah, sih. Seharusnya dia nggak main perasaan lah sama mentee¹, apalagi mentee-nya suda
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status